Sarah bangun mendapati Vino sudah tidak ada disampingnya. Ia langsung turun kebawah memeriksa.
"Hai" sapa Vino dengan suara bariton, sebenarnya Sarah suka, menurutnya seksi. Tapi dia enggan mengatakannya.
"Buat apa?" Tanya Sarah melihat Vino sibuk didepan kompor.
"Scramble egg, bentar lagi jadi. Lo mau susu atau teh?" Tanyanya memberi pilihan.
"Susu aja" jawab Sarah cepat.
"Oke" Vino langsung bergerak mengambil susu UHT di kulkas.
Tak perlu lama menunggu, sarapan buatan Vino sudah diantar ke meja makan. Ada scramble egg, sosis, dan roti panggang. Lengkap dengan susu coklat kesukaan mereka berdua.
"Tumben, Vin" ucap Sarah sambil mengunyah sarapannya.
"Nanti lo terbiasa ngelihat gue kayak gini" balas Vino sambil menyeruput susu.
"Ohya!" panggil Vino. Sarah lantas menoleh. "Malam nanti tidur sama gue lagi aja, biar nyenyak" tawarnya percaya diri.
"Gak sama lo juga gue tidur nyenyak aja" seloroh Sarah sewot.
"Kalau gak sama gue, gak ngorok lo tadi malam" gurau Vino.
Sarah mengangkat alisnya sebelah. "Emang gue ngorok?" Tanyanya tak percaya.
"Ngorok, ngigau lagi. Aku cinta banget sama kamu, Vin" tambah Vino dengan wajah datar khas miliknya.
"Bangke! Gue gak pernah ngigau kayak gitu" semprot Sarah tidak senang.
"Well, kita buktiin malam nanti. Gue bakal videoin" tambah Vino.
Telepon Sarah berdering disaku celana olahraga miliknya. Vony.
"Dimana, Ra?" Tanya Vony dengan suara tidak bertenaga.
"Masih dirumah, satu jam lagi gue sama Vino kesana" ucap Sarah.
"Gak usah. Lo istirahat aja. Kemarin Lo gak ada istirahat. Hari ini gue aja"
"Lo kapan sampai?"
"Semalam, larut banget" jelas Vony.
Sarah menutup teleponnya sambil mengurut keningnya pening.
Tangan Vino terulur memeluk tubuhnya dari belakang. "Kan udah gue bilang, Ra. Kalau lagi sama gue lo bisa nunjukin sisi lemah lo"
"Gue lemah banget kalau orang yang gua sayang sedih, Vin" ucapnya dengan mata yang menatap kosong.
"Semua orang gitu, Ra. Apalagi lo yang punya simpati tinggi sama sesama manusia" Walau tau kata-katanya mungkin tidak works. Setidaknya Vino sudah mencoba.
"Kita hadapin ini bareng-bareng, Oke?" Ucap Vino penuh senyum menangkup kedua pipi Sarah.
Sarah hanya tersenyum paksa. "Vin, mau sesuatu" pintanya.
"Apa?"
"Peluk" ucap Sarah lembut.
Selama Vino kenal Sarah, baru kali ini ia melihat sisi lembut Sarah. Ia tidak bisa mengatakan kematian anak Annes baik, tentu tidak, sahabat istrinya tengah berduka. Tapi entah mengapa, ia merasa lebih dekat Sarah karena itu.
Vino langsung menariknya kedalam dekapannya sambil mengelus belakang punggung Sarah agar memberi efek tenang.
"Gue rasa-rasa badan lo kekar juga ya, Vin" ucap Sarah sambil mengerayangi tubuh Vino.
"Lo selalu ngeledek gue cungkring. Gue itu lebih bad ass dari kelihatannya" ucap Vino bangga. "Nanti gue lihatin kalau pakai kaos lekton. Mupeng nanti lo, dijamin" guraunya. Sarah tertawa renyah, itu tawa pertamanya pagi ini.
"Hari ini pakai mobil aja, kalau pulang malam lo bisa langsung istirahat" tambahnya.
"Gue sih terserah, Vin. Mau pakai becak kesana juga gak masalah" jawab Sarah santai.
Vino sudah berjalan duluan ke kamar bersiap-siap. Begitu juga Sarah, ia kembali kerumahnya untuk bersiap-siap.
Vino sudah menunggu didalam mobil. Sarah masuk tanpa pertengkaran untuk hal sepele, ia bahkan tidak memiliki tenaga untuk itu.
"Nanti kalau gak kuat. Gak usah ikut ke pemakaman, biar gue aja" Vino inisiatif.
"Gak apa-apa. Hari ini gue masih kuat, gak tau besok"
"Cuti ajalah, Ra. Waktu nikahan kita juga lo gak sempet cuti" Saran vino.
"Perlukah?" Sarah cukup setuju dengan usulan itu.
"Boleh lo pikirin sih"
"Tapi nanti gue ngapain, Vin? Kalau gabut doang mah mending kerja. Nanti gue bokek" ucap Sarah jujur.
"Gabut aja. Memang hobi lo, kan" saran Vino. "Kalau cuman kerja karena karena takut bokek, yaelah, Ra. Plorotin aja gue, emang gue kerja kalau gak buat kita siapa lagi" tambah Vino.
"Biasa aja dong, gak pake flexing segala. Jijay" Sarah tak terima. "Okelah, nanti gue minta tolong Anna ngurusinnya. Gue gak ada tenaga lagi" ia menyetujui ide baik vino.
Mereka sampai dirumah Annes. Baik Annes, Vony, dan Sarah sengaja memilih komplek rumah yang berdekatan. Karena hal-hal seperti ini harus secepat mungkin sampai.
"Vony udah sampe?" Tanya Vino sambil melepas sealt belt milik Sarah.
"Hooh, semalam. Udah larut, langsung kesini katanya"
Vino membukakan pintu untuk Sarah "Oo oke, yuk" ajaknya sambil menggandeng tangan Sarah.
Sarah berlalu masuk saja tanpa menyambut tangan Vino. 'kampret' batin Vino. Vony dari kejauhan notice hal itu. Ia simpan nanti bahan gosip hangat kali ini.
***
Sarah dan Vino kembali kerumah setelah lewat tengah malam. Di pemakaman, Annes pingsan. Membuat Vony dan Sarah kelimpungan.
Karena itu, setelah tiba di mobil. Sarah langsung tidur pulas.
"Untung aja gue rajin olahraga, Ra" dengus Vino gemas sambil menggendong Sarah masuk kedalam rumahnya.
Vino dengan telaten melepas sepatu Sarah, mengelap wajah Sarah dengan handuk lembab lalu menyelimutinya hingga nyaman.
Jangan tanya kenapa tidak ganti baju, daripada ia terkena amukan Sarah dan membuatnya menjadi tidak bertemu Sarah berhari-hari. Ia biarkan saja bau badan Sarah menyeruak dikamarnya.
Vino sempat mandi sebentar lalu ikut merangsek masuk ke kasur dan memeluk Sarah.
"Gue tahu lo sayang banget sama dua kutu kupret yang suka gangguin gua. Tapi, cara lo ngetreat mereka bener-bener buat gue kagum, Ra sama lo" racaunya sendiri. Ya mumpung nyonya tidak dengar.
"Gue gak kebayang kalau lo cinta sama gue. Pasti lo ngelakuin hal yang gue sendiri gak bisa ngebayanginnya" ucapnya sambil mengulum senyum malu karena berandai-andai sendiri.
Ia menarik Sarah dalam dadanya. Tidak peduli jika besok siempunya marah-marah karena Vino mepet-mepet. Modus sekali kali sama istri mah pahala, benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomanceBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...