52~Finished?

76 3 0
                                    

Kalau boleh memilih. Vino hanya ingin menempel Sarah kemanapun wanita itu pergi. Tapi, namanya Sarah, ia tentu akan risih jika Vino meninggalkan pekerjaan hanya untuk memuaskan ego semata.

Tidak profesional katanya. Menyebalkan, Vino paling tidak suka diejek-ejek soal pekerjaannya. Walaupun istrinya sendiri.

"Kita gak bisa undur sampai besok aja ya?" Tawar Vino melihat sekretaris perusahaan datang dengan niat menjelaskan topik apa yang akan mereka bahas nanti siang.

Sang Sekretaris menghela nafas "Aduh, gak bisa, Bang. Kasian mereka udah hampir empat kali Abang undur" Jelasnya.

"Yaudah" ucapnya, lalu bangkit dari kursi yang paling ia sayangi dan nyaman menurutnya.

Vino berjalan paling belakang diantara para anak-anak kantor yang lain ditambah dua pemagang baru yang Minggu kemarin habis dimarahi Vino.

"Muka Bang Vino gitu amat. Berantem ya sama mbak Sarah?" Tebak Ganda melihat wajah kawan lamanya seperti orang tiga hari tidak pulang kerumah.

"Gak"

Ganda diam. Itu lebih dari cukup mengatakan, ke tidakseimbangan mood Vino kali ini disebabkan oleh wanita Vino, Sarah.

Vino beserta timnya meeting di salah satu kafe dekat kantor mereka. Vino hanya memesan coklat panas, ia lebih sibuk mendengarkan permintaan kliennya dibandingkan hunting makanan lucu. Itu bagian date-nya dengan Sarah.

Sedang timnya, berfoya-foya ria. Karena makanan kali ini di sponsori kantor.

"Makasih banget Vino sudah mau nerima projek kami. Saya kira harus nunggu satu tahun dulu baru bisa dealing" pujinya selepas menjabat tangan Vino sebagai salah satu bentuk kerja sama.

"Hmm, don't mind" ucapnya ringan.

Beberapa tim ikut mengantarkan klien pergi hingga tersisa Vino dan---

"Vin, bukannya lo hari ini annive, ya?" Adif membuka obrolan. Sedang Vino menyesap coklat yang sudah tidak panas lagi.

Ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kehadiran gue dikantor make you feel weird?"

Vino menautkan alisnya heran "Heh, for what? We've been finished for long time, right?" Vino tidak suka bila ada orang yang menyimpulkan sesuatu dengan cepat, termasuk mantannya sendiri, Adif.

"Mungkin aja, Sarah mungkin gak nyaman, tau kita satu kantor" ucapnya.

"Gak lah, dia bukan tipe orang kayak gitu. Dan, lo perlu diperjelas gak sih, Dif?" Vino menaruh gelas coklatnya.

"Pekerjaan gue atau lo sendiri gak ada hubungannya. Lo akuntan, gue artist" ucap Vino. "Gue juga heran kenapa lo ikut pitching sama klien" tegasnya.

"Gue gak masalah banget ya lo dan gue satu kantor. Tapi udah sama tau kan? Lo dan gue udah lama selesai. So stop using us! Thats weird, Dif" peringat Vino sebab sadar Adif seringkali menggunakan kata 'kita' dalam beberapa kalimat yang ia keluarkan.

Adif diam. Ia heran, Vino berubah total.

"Vin--kita--"

Detik berikutnya Vino mengunggu.

"Lo, gak dendam kan?"

"Buat?" Tantang Vino semakin kesal.

"Gue ninggalin lo beberapa tahun lalu?" Ucapnya lantang.

Vino mendelik astaga, batinnya.

"Yaa-- setelah pernikahan gue. Kita gak pernah lagi ketemu or keep in touch satu sama lain, kan?"

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang