33...

78 8 2
                                    


Ini, hari ini yang antara di tunggu dan ingin di hentikan.
Setelah berlalu hal yang membosankan akhirnya mereka sampai di hari itu, hari pertunangan.

"Em, nak Evans mereka siapa?"

Ayah Arin sedikit penasaran melihat banyak sekali pria berkostum hitam seperti mengamankan tempat. Bahkan mereka lebih banyak dari tamu yang datang. Tentu saja ini menimbulkan pertanyaan untuk ayah Arin.

Dan yang sebenarnya terjadi, Evans hanya ingin acara ini aman dari incaran siapapun, terutama Cassano.

"Mereka, satpam. Kebetulan tempat ini memang habis di pakai oleh orang penting jadi Anda tidak perlu khawatir"
Evans berhati-hati saat menjelaskan hal tersebut pada ayah Arin meskipun ada kebohongan di dalamnya.

"Virgo, apa yang kau lakukan di sini? Kau jadi bodyguard apa kau ganti pekerjaan?"

Lucu melihat pelayan mereka saat di kapal ada di barisan keamanan milik Evans. Berdiri dengan tegap.

"Sebenarnya aku memilliki banyak pekerjaan"
Jawab virgo dengan nada candaan yang kental.

Arin terkekeh, pria itu memang selalu menyenangkan.

Setelah acara, keluarga Arin akan bersinggah di apartemennya. Durasi waktu yang mereka jalani juga tidak lama, karena ini pertunangan yang hanya mengundang sedikit sekali orang.

Cincin emas yang tersemat di jarinya adalah awal dari ikatan yang akan di buat erat.

Evans juga menggunakannya, cincin perak langka, beruntung saja ia bermitra dengan pemilik tambang. Pria itu tetap saja menawan dengan atau tanpa cincin.

"Kau tersenyum sedari tadi, apa yang terjadi?"

Mereka dalam perjalanan pulang ke apartemen ketika Evans menyadari Arin terus-menerus kelihatan bahagia.

"Aku terlihat cantik hari ini maka itu aku senang"
Alibi yang bagus, semoga saja Evans bodoh bisa diperdaya begitu.

Yah, pria itu percaya saja, perasaannya yang pertamanya sedikit keras belum berubah.

"Aku akan ke kamar mu jika kau mau aku bercengkrama dengan keluarga, bagaimana?"

"Tidak, lebih baik masing-masing dari kita beristirahat. Mereka pasti mengerti, jadi jangan khawatir"

Arin dan Evans sama-sama mengerti jika pekerjaan yang mereka lakukan melelahkan. Mereka saling memahami.

"Baiklah, thank you"

Mereka berjalan bersama, sedangkan keluarga Arin sudah ada di apartemennya karena ia dan Evans harus menemui seseorang dulu sebelumnya.

"Untuk apa berterimakasih, ini biasa saja--"

"Evi"
Suara orang lain memanggil.

Evans berhenti dengan wajah sungguh terkejut begitu juga Arin.

Apa yang terjadi, siapa wanita itu.

Wanita itu berlari dan langsung memeluk Evans membuat Arin makin membulatkan matanya.

Arin mundur selangkah dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Hanya ada sebuah pertanyaan besar saat ini terjadi.

Evans sekilas menatap Arin tapi pria itu juga masih nampak terkejut bukan main.

Wanita itu mulai menangis dalam pelukan Evans.

Riko dan satria yang baru masuk langsung menghampiri dengan perasaan yang sama terkejut.

"Tolong bawa Arin naik ke kamarnya"
Perintah Evans.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang