SELAMA berhari-hari merawat Abi secara bergantian bersama Aura dan Ibun, Auro jadi merasa sangat bersyukur sekarang dikarenakan skorsing-nya membawa dia mampu merawat Abi dengan leluasa. Setidaknya juga selama Abi menjalani perawatan, Ibun dan Aura jadi mulai membenarkan hubungannya yang sempat tidak jelas kemarin terhadap Auro.
Ketiga perempuan tersebut seling-menyeling berjuang agar secepatnya Abi bisa keluar dari ruang perawatan yang membatasi Abi untuk beraktivitas lagi. Wirdah juga telah berangkat beberapa hari yang lalu dan Zain tak sempat pulang sebab urusan kuliahnya yang kian gencar meneror tersebut. Alhasil tenaga ketiga perempuan tersebutlah yang berjasa.
"Bun, Ibun istirahat aja dulu, biar Abi Auro yang urus," pinta Auro hendak mengambil alih menyuapi Abinya.
"Nggak usah, Sayang, Auro mending pulang mandi sekarang habis itu sekalian bawain Ibun baju hitam yang udah digantung di lemari ya. Ibun ada undangan kawinan siang nanti, sekalian siap-siapnya di sini aja,"
"Nggak apa-apa emang Auro tinggal?"
"Nggak apa-apa banget. Kalau bisa mandinya lama-lamain dikit ya, Nak, biar Abi quality time dulu sama Ibunmu. Sana cepetan, bawa handphone Abi juga, biar gampang pesen Go-Carnya," Abi menyenyumi Auro dengan alis menggodanya.
Auro hanya mampu menghela napas menonton kelakuan Abinya yang super bucin, persis yang diceritakan Via saat itu.
"Ya udah deh, Auro pulang aja kalau gitu. Assalamu'alaikum, Bi, Bun," ucap Auro berpamitan kemudian menyalami keduanya. Ia juga membawa serta ponsel milik ayahnya untuk memesan Go-Car langganan dia seperti dulu setiap ke sekolah.
Beres membersihkan diri di dalam rumahnya yang tak berpenghuni selain dia saja, Auro lalu memasuki kamar utama milik orang tuanya. Matanya berpencar mencari sesuatu di antara dua lemari besar yang terpampang dalam ruangan suami istri tersebut.
"Lemari Ibun kayanya yang ini nih," tebak Auro beropini sendiri. Ia lalu membuka pintu putih tersebut dan menggeleda dari atas hingga ke bawah.
"Ini apaan nih? Kok ada yang taruh sendal jepit segala di lemari, gede banget lagi," komentar Auro membolak-balik sepasang sandal yang diperkirakan bukan milik Ibun, ukurannya sangat besar teruntuk kaki Ibun. Sandal tersebut lalu disimpan kembali ke tempatnya dan mulai mencari barang yang niat awalnya memang adalah sebuah baju.
"Di lemari Abi ternyata," ujar Auro setelah menemukan.
Auro segera menuju ke rumah sakit kembali menggunakan Go-Car pesanannya membawa serta ponsel Abi yang hanya merugibesarkan dia membawanya, sebab sepengetahuan minimnya Auro telah berusaha menerjemahkan dengan hanya menebak lewat gambar saja setiap isi yang tertera pada layar ponsel milik Abi.
"Thank you, Mash," lirih Auro sesampainya di rumah sakit kepada supir yang mengantarnya. Supir tersebut sempat terkekeh jijik mendengar bahasa Inggris Auro. Auro pun begitu!
"Lama banget sih, Ro," protes Ibun sesampainya Auro memasuki ruangan.
"Heuh, Abi nih ngasih HP cuman nyusahin doang. Disangkanya bakal ngebantu, malah bikin tambah lama, mau pesen Go-Car aja nggak tahu deh salah pencetnya berapa kali," demo Auro kesal sembari menyerahkan ponsel milik Abi.
"Lah kok Abi yang salah? salah siapa coba nggak bisa bahasa Inggris," timpal Abi tak ingin kalah.
"Besok-besok setelan bahasanya menyesuaikan aja, Bi. Auro pusing belajar pake HP-nya langsung bahasa Inggris!" cicit Auro menuju sofa hendak menyerahkan juga bungkusan paperbag dress Ibun.
"Nih, Bun. Bajunya Auro cari di mana-mana tadi ternyata taruhnya di lemari Abi!"
"Hihi, lemari Ibun emang pengen dibongkar, Sayang, tahu lah Ibun taruh apa aja tuh di lemari sampai numpuk gitu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA (END)
Fiksi Remaja"Nakal, bego, keras kepala, pembangkang, durhaka ... Sebenernya kelebihan gua apa sih, sampai harus nekad hidup di dunia ini?!" -Aurora *** Aku menjadikan diriku seperti bayaran atas...