36. Mengejar Finlandia

75 13 11
                                    

"KARENA materi sudah habis, pekan ini kita akan fokus ke soal-soal kampus luar negeri seperti Harvard, NTU, serta pemantapan TOEFL dan IELTS," papar Kak Tirta, seorang pengajar di tempat les Auro sekarang.

"Soal-soal ini nggak akan pernah didapat di soal-soal sekolah karena tarafnya juga udah soal seleksi kampus internasional, tingkat kesulitannya udah bukan lagi diperuntukkan untuk siswa-siswa biasa, jadi kalian harus bisa mengerjakan semampu kalian. Soal-soalnya akan Kakak bagikan sebagai tugas akhir untuk hari ini, kalian harus bisa cari penyelesaiannya. Ready?"

"Ready!" Serentak seluruhnya menjawab setuju.

Pasca-soal-soal tersebut berada di genggaman, tidak hanya Auro saja yang berasa buntu seketika, seisi kelas pun merasakan hal serupa. Soal macam apa yang mereka terima itu?! benar-benar 180 derajat berbeda dengan materi sekolah.

"Ada yang tahu jawaban nomor satu?" lempar Kak Tirta kepada sembilan orang murid tetapnya. Semua hanya menggaruk tengkuk kebingungan, "Nah itu merupakan salah satu contoh dari soal NTU, kalian harus lebih giat lagi belajar dan kalian pasti akan bisa ngerjainnya. Okey, sampai di sini pertemuan kali ini, soal boleh dibawa pulang. Selamat berkenalan dengan soal taraf internasional," tambah Kak Tirta tanpa beban meninggalkan keruwetan pikiran seisi kelasnya. Benar-benar bertambah sulit tingkatan yang Auro lalui sekarang.

Dan semua yang ditakutkan Arkan CS tak perlu dipertanyakan lagi, kecemasan Bara dulu kini menjadi nyata di depan mata. Mereka harus menjalani pertemanan mereka seperti sediakala lagi yakni tanpa seorang gadis yang sering mereka bawa bersama mereka.

Semenjak mengenal soal-soal skala luar negeri, sebagian hidup Auro bagai telah lenyap juga dari dunia nyata, dia hanya punya waktu mengerjakan soal dan duduk bersama buku-buku yang berbahasa asing. Seluruh pelosok kehidupannya telah berubah, isu panas kecurangannya kemarin akhirnya terbantahkan dengan pembuktian nyata bahwa dia memang tidak melakukan hal tersebut. Seisi ruang guru membicarakan perubahan besar yang terjadi pada murid yang pernah sangat menyebalkan itu bahkan tidak jarang mereka membawa kisahnya ke kelas lain atau ke kelas adik-adiknya untuk diceritakan sebagai motivasi bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki seluruhnya. Seperti yang telah dilakukan Auro.

Siapa yang tidak terkagum-kagum melihat gadis kekar yang bisanya hanya terkantuk-kantuk di kursi terbelakang kemarin kini lancar menjelaskan dengan sangat mudah di depan kelas bahkan sampai ke rumus-rumus rumit sekalipun.

Lepas guru mengajar, seisi kelas juga akan menjadi kosong seluruhnya, sebagian besar menuju ke kantin dan dua sisanya akan memangkal di perpustakaan sekolah. Jangankan berbincang dengan sahabat-sahabatnya, bahkan sahabat-sahabatnya pun kini menjadi sungkan menemui Auro. Paling jawabannya akan sama, Auro hanya mengangguk tersenyum lalu pergi begitu saja, masih lumayan seperti itu daripada harus mendengar lisannya mengatakan kalimat pedas andalan Auro.

"Aku sibuk banget, next time ya," kata Auro yang seolah meruntuhkan semua pernyataannya dulu. Perlu ditegaskan bahwa mereka memang tidak satu planet lagi, mereka sudah harus menyebrangi samudera untuk sekadar berkumpul lagi.

Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa mereka telah diminta untuk berkumpul di lapangan menunggu pengumuman kelulusan dari kepala sekolah.

Tak ada yang tersisa di luar sekolah, seluruh siswa kelas XII lengkap berbaris di lapangan disaksikan oleh adik-adiknya yang menonton dari balkon kelas masing-masing. Wajah siap menyambut pengumuman mereka pun telah tergambar jelas dari raut-raut wajah, seluruhnya berkeyakinan bahwa tak akan ada yang tertinggal tahun ini seperti tahun-tahun yang telah lalu.

"Selamat ... seluruh kelas XII dinyatakan lulus tanpa terkecuali!!!" raung kepala sekolah dari pengeras suara mengundang riuh teriakan bahagia dari seisi lapangan.

AURORA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang