“Tugasku hanya berusaha, aku tak memaksa siapa pun memujiku. Aku hanya ingin usai dengan sebaik-baiknya.”
—Aurora, 2018
ʕ´•ᴥ•'ʔ
Hari susulan tiba, tepat di hari pertama menapaki lantai sekolah Auro telah disambut keharusan mengikuti ujian semester private alias sebuah keberuntungan masih diizinkan mengikuti ujian bersama Delly di ruang guru.
Segala yang dipahaminya pun semampu mungkin dikeluarkan.Juga perihal susulan yang mereka jalani tersebut, daftar nama 50 terbaik di ujian kemarin tiba-tiba ralat dikeluarkan oleh anggota mading, mereka harus menunggu hasil akhir seluruh peserta ujian termasuk Delly dan Auro, meski tak ada jaminan apakah nama mereka akan tetap masuk di dalam list 50 terbaik itu.
Auro lamat mengamati kertas ujian yang serupa dikerjakan teman-temannya kemarin bersama Delly di sampingnya melakukan hal yang sama, dengan pemahaman mereka masing-masing mereka berusaha memberikan yang terbaik di ujiannya kali ini.
“Lu tadi yang taraf intensitas jawab apa?” tanya Auro memulai obrolannya setelah lepas satu mata ujian.
“Kalau nggak salah … gua jawab C deh, yang 70 Db itu,” jawab Delly mengingat-ingat.
“Gua dapetnya 90. Taraf pertamanya kan 80, sepedanya 10, jadi 10 log 10, ditambahin aja nanti dapetnya 90,” terang Auro pada jawabannya.
“Oh ditambah ya, gua juga tadi lupa-lupa inget ditambah apa dikurang, ya udah gua kurang aja,”
“Nggak apa-apa dong, yang penting kan udah ngerti cara ngerjainnya gimana,”
“Ya udah sih ya,” Delly mengedik bahunya menerima.
“Oh iya, gimana kalau kita belajar bareng, Del, gua kalau di kelas nggak bisa konsen, pada berisik apalagi udah nggak ada kegiatan belajar mengajar gini, kan,” tawar Auro.
“Boleh, gimana kalau belajarnya di bawah pohon aja, sekalian nonton Arkan di lapangan. Yuk,” ajak Delly cepat lalu berjalan lebih dulu menyusuri koridor sekolah menuju tempat yang hendak mereka sambangi, Auro pasrah mengikuti saja. Mereka saling berdiskusi kecil di sana bagai dua manusia yang amnesia, lupa pada apa yang telah terjadi sebulan yang lalu.
Setiap mata yang memandang, jelas berubah terkesima sekaligus tercengang, apa yang kira-kira telah terjadi sampai manusia yang seharusnya tambah bermusuhan malah sedekat nadi sekarang.
“Lu dapet trik hafal mitosis ini darimana?”
“Gua setengah bulan ini bimbel sih, berhubung udah ujian semester juga jadi gua sama temen les gua minta kelas tambahan gitu buat persiapan ujian makanya langsung dikasih trik-trik cepat biar kepake di ujian. Untung juga kemaren diskors kan, haha, jadi bisa dateng lebih awal dari yang lain dan nanya langsung yang nggak gua pahamin ke tutor,”
“Temen-temen les lu nggak curiga emang lu suka dateng awal?”
“Mereka pernah nanyain sih, ya udah gua jawab aja. Untungnya mereka nggak langsung ilfeel, hihi,”
“Lu enak banget belajar rame-rame, Ro, kalau gua malah belajarnya sendiri aja kemarin di rumah sakit, dokternya sumpah cerewet banget! Pokoknya semuanya dilarang, nggak boleh banyak pikiranlah, nggak boleh tidur larut, makan harus teratur, gua belajarnya tuh jadi terbatas banget,”
“Seriusan?”
“Serius. Ngeselin banget, kan?”
“Ya udah nanti lu kode aja ya yang susah, sekalian tanggung jawab udah ngirim lu ketemu dokter yang lu maksud itu, haha,”
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA (END)
Teen Fiction"Nakal, bego, keras kepala, pembangkang, durhaka ... Sebenernya kelebihan gua apa sih, sampai harus nekad hidup di dunia ini?!" -Aurora *** Aku menjadikan diriku seperti bayaran atas...