Extra Part

1K 112 4
                                    

Brad berdecak sebal saat ia membuka mata dan mendapati Nessie sudah tidak ada ditempatnya. Ini sudah kesekian kalinya dan Brad rasanya tidak bisa lagi menoleransi lelakuan wanita itu.

Brad memungut boxer miliknya, membiarkan bagian tubuh lain terbuka dan menyusul Nessie yang ia yakin sudah berada diruang kerjanya kembali. Sudah satu minggu Nessie selalu meninggalkannya diranjang sendirian dan wanita itu memilih menyelesaikan pekerjaannya.

Brad mengerti, mereka akan pindah sementara karena rumah ini akan segera direnovasi karena Brad dan Nessie menginginkan kolam renang dirumah, juga beberapa bagian yang ingin di tambah menggingat sebentar lagi akan ada anggota baru dikeluarga kecil mereka.

Seluruh lampu dilantai bawah telah padam, hanya satu ruangan yang masih tampak terang dan tampak mencolok walau dilihat dari tangga. Pintunya bahkan sedikit terbuka dan Brad dapat melihat siluet yang diciptakan oleh cahaya disana.

Beberapa kali pria itu menghembuskan nafasnya sebelum benar-benar menyusul Nessie.

Pintu ia dorong agak keras, sengaja menarik perhatian Nessie tanpa harus memanggil wanita itu.

Brad tidak peduli Nessie terganggu, ia juga tidak peduli Nessie yang terlonjak kaget karena kelakuannya.

"Apaan sih kamu!" sengit wanita itu.

Brad menatap tajam Nessie hingga wanita itu cemberut, melipat kedua tangannya diatas perutnya yang sudah membesar, hingga payudaranya tampak membusung seolah menantangnya.

Tapi ini bukan saatnya Brad meminta jatah, lagipula beberapa jam yang lalu Nessie telah memberikan kepuasan batin padanya, walaupun dalam kondisi hamil besar seperti itu.

"Kamu yang apaan! Udah tau lagi hamil besar kaya gitu, masih aja lembur-lembur!" nada suara Brad satu oktaf lebih tinggi dari biasanya, ini sangat jarang sekali terjadi.

Selama ini Brad hanya akan menegur Nessie kalau wanita itu sulit diberitahu atau sedang kumat manjanya. Tapi membentak, ini bisa dibilang hal yang baru.

Bahkan Brad menyesal didetik berikutnya saat melihat Nessie terkejut.

"Aku baru..."

"Jangan bilang kamu baru lembur kali ini. Kamu kira aku nggak tau kalau kamu tiap malam diam-diam ninggalin aku tidur sendirian?" Nessie terkesiap, ia tidak tau kalau Brad sadar selama beberapa hari ini.

"Kamu..."

"Terserah kamu! Aku cuma mau bilangin ini demi anak kita yang masih dalam perut kamu, selama ini aku nggak larang kamu buat kerja, aku nggak larang kamu lembur, tapi nggak dalam kondisi hamil kaya gini!" terlanjur, Brad memilih melampiaskan kekesalannya pada Nessie malam ini, dan berjanji akan meminta maaf besok pagi, karena ia sudah terlalu keras pada wanita itu.

Tidak tanggung-tanggung, Brad meninggalkan Nessie bahkan membanting pintu ruang kerja istrinya itu, menegaskan kalau Brad benar-benar kesal pada Nessie yang sulit diberitahu.

Nessie mengerjapkan matanya, perlahan ia bangkit dari kursinya dan mengambil langkah lebar untuk menyusul Brad. Pria itu marah, benar-benar marah.

Nessie hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktu kepindahan mereka, dan setelah itu ia akan sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga yang hanya akan mengurus rumah dan Brad sambil menunggu si kecil lahir.

Nessie paham, mereka telah 1.5 tahun menunggu si kecil, Brad juga sangat-sangat antusias dalam kehamilan pertamanya ini, tapi Nessie malah seenaknya.

Lampu kamar masih sebagian mati, persis seperti saat Nessie turun dan meninggalkan Brad yang tadi masih terlelap setelah percintaan mereka yamg cukup menguras tenaga.

Ia memilih mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum mengusul Brad yang sedang marah. Entah pria itu sudah tidur atau belum, Nessie tidak tau.

Nessie perlahan naik keatas ranjang dengan sedikit kesulitan, tubuhnya lelah, dan ranjang ini terlalu tinggi untuk ukuran wanita hamil bertubuh mungil sepertinya, padahal sebelumnya Nessie sama sekali tidak mendapatkan kesulitan yang terarti.

Brad memunggunginya, didengar dari deru nafasnya, pria itu belum tidur.

"Maaf..." Nessie meletakkan dagunya diatas bisep Brad yang sedang berbaring miring memunggunginya.

"Aku cuma mau pas kita pindah, aku udah nggak punya kerjaan lagi, dan fokus ngurus kamu sama anak kita..." Rasanya Nessie ingin menangis. Brad tidak pernah semarah ini padanya. Biasanya, kalau Brad sedang kesal, pria itu masih nemeluknya, memberikan pelukan yang nyaman untuknya, tapi kali ini...

"Papa..." jurus terakhir, Nessie sudah terlalu lelah untuk berpikir lagi.

Brad bergerak kecil, tidak membalik tubuhnya sama sekali. Nessie menyerah dan memilih menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Terserah laki-laki itu mau marah sampai kapan!

***

Brad membalikkan tubuhnya menyerah, ia menarik selimut yang nenutupi seluruh tubuh Nessie, memeluk wanita itu dari belakang dan mengarahkan tangannya untuk mengusap perut buncit Nessie.

"Maaf karena udah bentak kamu." Brad mendengar isakan kecil yang membuatnya kian merasa bersalah.

Seharusnya ia tidak perlu mengeluarkan nada tinggi seperti itu.

"Aku minta maaf..." Nessie berbalik dan menenggelamkan wajahnya didada Brad yang telanjang, menikmati pelukan hangat suaminya.

"Aku... Aku minta maaf, Papa..." dipanggil Papa seperti ini membuat Brad tersenyum kecil. Ia merasa seperti ayah yang sedang memarahi anak gadisnya yang bersalah.

"Rasanya aneh kalau dipanggil Papa sama kamu..." Brad hanya ingin mencairkan suasana, ia tidak ingin berlarut-larut pada masalah yang bisa diselesaikan dalam sekali bicara.

"Nantikan juga pasti dipanggil Papa..." kata Nessie setelah mengendalikan dirinya, dan mengusut ingusnya dengan gaun tidur yang dia kenakan.

"Ya kan nanti, sekarang cukup dipanggil 'suami' atau 'sayang' aja sama kamu..." kecupan kening yang panjang Brad layangkan untuk Nessie, berharap bisa mengenyahkan perasaan bersalahnya pada wanita itu.

"Maafin aku, udah bentak kamu," imbuh Brad berbisik.

Nessie memeluk Brad erat dan tubuh mereka saling bersentuhan satu sama lain, perut besar Nessie terhimpit diantara mereka hingga pergerakan sedikit saja begitu terasa.

Gerakan itu membuat Brad mengarahkan tangannya membuka gaun tidur Nessie.

"Anak papa belum tidur?" Bisik Brad, gerakan-gerakan kecil itu membuat Brad tersenyum lebar, sementara Nessie mulai memejamkan matanya menikmati usapan suaminya.

"Jangan kaya gini lagi, Ness... Demi kamu, demi anak kita juga."

"Iya sayang."

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang