21. Keluarga

1.4K 267 9
                                    

Brad dengan gugup berdiri pada lingkaran berbentuk hati yang ditaburi kelopak mawar. Ide lamaran ini dia dapatkan dari internet karena otaknya buntu dan bingung harus bertanya pada siapa. Dan untung saja Brad bisa mendapatkan bantuan dari staff resort saat mereka pergi tadi.

Sudah 2 menit berlalu, seharusnya Nessie sudah selesai menonton video singkat yang dia buat secara dadakan.

Walaupun tidak cukup profesional dalam mengedit video, tapi Brad berusaha semaksimal mungkin agar video itu tetap layak setidaknya di mata  Nessie.

Brad meneguk salivanya sendiri dengan kasar, dengan tangan sedikit gemetar, Ia mengeluarkan kotak cincin kecil yang sudah berada disakunya sejak beberapa saat yang lalu. Brad selalu membawanya dan berharap mendapatkan moment untuk melamar Nessie secara sederhana dan spontan.

Dia tidak menyangka, demi memenangkan hati sang pujaan, Brad rela melakukan semua ini.

Knop pintu ditekan, waktu seolah berjalan dengan lambat, sampai akhirnya Nessie berdiri didepan pintu kamar yang terbuka dan mematung.

"Brad..." bisiknya dengan suara pelan.

Brad tersenyum dan berjongkok, membuka kotak cincinnya dan mengangkat sejajar dengan wajahnya.

"Kamu tau aku sangat sulit berbasa-basi. Semua kalimat yang ada divideopun aku harus lembur semalaman dan mencari referensi di internet dan menyambungnya satu persatu." Nessie tertawa pelan dan mengangguk, matanya berkaca-kaca.

"Rasanya pacaran udah nggak cocok lagi buat orang seumuran kita, so... Will you merry me?"

Jantung Brad berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Brad takut. Kemungkinan untuk diterima dan ditolak adalah 50:50 karena sebelumnya mereka tidak memiliki hubungan apapun selain persahabatan mereka.

Walaupun sebelumnya Brad sempat dengan spontan 'melamar' Nessie dan hanya ditanggapi candaan. Brad pasrah, kalaupun Nessie akhirnya menolak, ia hanya perlu berusaha lebih keras dari biasanya.

"Brad, kamu serius?" tanya Nessie.

Brad mengangguk tegas, "Aku nggak pernah seserius ini sebelumnya."

***

Nessie bergelung memunggungi Brad sementara pria itu memeluknya semakin erat, enggan melepas Nessie dari dekapannya.

Walaupun phonsel salah satu dari mereka sudah meraung sejak tadi, tapi keduanya masih ingin melanjutkan tidur nyaman mereka.

Nessie mengenyahkan tangan Brad dari dekapannya, ia sudah tidak tahan dengan bunyi phonsel yang memekakkan telinganya.

"Bentar lagi..." keluh Brad pelan.

"Hape kamu, ganggu..." Nessie turun dari ranjang dan mengambil phonsel Brad. Saat melihat nama dilayar phonselnya, tubuh Nessie mematung.

Hanya butuh satu detik sampai panggilan itu mati, si pemanggil menyerah. Namun hanya sesaat, karena nama itu kembali muncul dilayar phonsel Brad.

"Brad..." Nessie mengguncang pelan tubuh Brad hingga pria itu membuka mata.

Brad menemukan kepanikan di mata Nessie dan langsung terjaga. Ada yang tidak beres.

"Tante Maya telfon..." Nessie menyerahkan phonsel itu kepada pemiliknya. Brad langsung beranjak dari ranjang dan menyambar kaosnya, tanpa kata ia keluar dari kamar, meninggalkan Nessie yang masih khawatir.

Nessie mendudukkan dirinya dibibir ranjang. Ingin keluar dan menemani Brad, tapi Nessie tidak berani. Sekalipun sudah berstatus sebagai tunangan pria itu. Nessie merasa masih ada batasan untuk mereka berdua.

Sama seperti masa lalunya yang buruk, Brad juga memiliki masa lalu tak kalah kelam. Lama sekali dia tidak mendengar kabar itu dari Brad, Nessie pikir semua sudah baik-baik saja mengingat sudah 10 tahun waktu berlalu, tapi ternyata tidak, ekspresi Brad menunjukkan semuanya.

Setelah menunggu hampir 5 menit, Nessie dengan langkah pelan menyusul Brad dan mendapati pria itu tengah merokok ditepi kolam.

Langit masih gelap, ia baru sadar kalau waktu masih sangat pagi.

"Ada apa?" tanya Nessie yang duduk disamping Brad.

Pria itu hanya menggeleng tanpa suara. Kebahagiaan semalam seolah lenyap tak bersisa. Yang terlihat hanya kehampaan yang menyesakkan.

"Kamu tau... Kadang aku merasa aku nggak berguna buat kamu. Saat aku butuh, kamu selalu ada, tapi kamu sendiri nggak pernah berbagi sama aku..." keluhan Nessie membuat Brad tanpa sadar tertawa Kecil.

"Aku cuma nggak mau kamu kepikiran."

"Kamu nggak adil!" decak Nessie seraya beranjak dari duduknya, ia kesal dengan Brad yang masih tidak mau berbagi dengannya.

"Hei... Jangan marah... Aku emang nggak ada masalah selama ini, sampai beberapa menit yang lalu," ujar Brad seraya menghela nafas pelan.

"Kenapa?" tanya Nessie dengan suara lembut, dia kembali duduk ditempat semula dan menatap Brad penasaran.

"Papa... Papa masuk rumah sakit."

***

Setelah melewati kedilemaan yang panjang, Brad dan Nessie akhirnya kembali duduk dikursi pesawat, bukan untuk kembali ke Jakarta, namun untuk mengunjungi keluarga besar Brad di Palembang.

Sejak tadi, Brad tidak melepaskan tangan Nessie dan ia tau Brad gugup.

Setelah menghindar selama bertahun-tahun, akhirnya Brad 'dipaksa' untuk kembali ke kota kelahirannya.

Walaupun beberapa kali  ke Palembang untuk pekerjaan, Brad sama sekali tidak berniat untuk menengok keluarga besarnya. Nessie sedikit paham dengan posisi Brad. Apalagi tante Maya bukanlah ibu kandung Brad.

"Kamu pasti bisa, kamu pasti akan baik-baik saja."


----

Disclaimer : Brad dan Nessie nggak ena-ena.
Mereka cuma tidur berdua.

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang