11. Nothing Else

1.6K 279 3
                                    

Brad menggeleng pelan, ia menghentikan mobilnya didepan rumah Nessie dan turun untuk membuka pintu gerbang. Brad tidak pernah meminta Nessie untuk membukakan pintu gerbang kalau mereka sedang keluar bersama. rasanya sangat tidak gentle. 

"Baru kali ini dia telfon selama sebulan belakangan." Nessie masih terdiam. apa hanya dirinya yang sudah bertemu dengan Prass setelah sebulan ini?

"Ketemu juga enggak?" Brad kembali menggeleng. 

Nessie akhirnya mengikuti Brad turun dari mobil, lidahnya gatal ingin menanyakan sesuatu, tapi dia mendadak melupakan Prass saat melihat laki-laki asing diruang nonton rumahnya dengan Kiki.

Brad melirik kearahnya, tampak sekali ikut bingung dengan kehadiran laki-laki asing itu. Asing disini bukan bule, tapi asing karena mereka tidak pernah melihat si pria itu.

Apa ini si duda yang akan dijodohkan dengan Kiki?

Not bad, sih.

"Brad, Nes... Kenalin ini Alvin." si pria bernama Alvin ini bangkit dari duduknya dan menyalaminya sembari berkenalan singkat, begitu juga dengan Brad.

Alvin sangat tinggi, mungkin sama tingginya dengan Brad. Ada apa dengan pria dan tubuh tinggi?

"Mau nginep?" tanya Nessie pada Alvin dan Kiki.

"Nggak lah, dia nginep dihotel." Nessie mengangguk dan pamit meninggalkan Kiki, Alvin dan Brad yang sedang mengobrol ringan.

Nessie sudah kelewat lapar, ia membuka plastik hitam berisikan makanan yang dibelikan oleh Brad. Nessie tidak tau Kiki dan Alvin sudah makan atau belum, tapi dilihat diwastafel yang ada piring bekas makan, sepertinya mereka sudah makan.

"Laper banget?" suara Brad membuat Nessie menoleh.

"Lumayan, makan siang cuma gorengan doang," gerutu Nessie seraya mencuci tangannya dan mengambil piring untuk lauk mereka.

"Bukan makan namanya kalau gorengan doang," sahut Brad yang ikut mengantri untuk mencuci tangan di wastafel.

Biasanya, Nessie adalah yang paling cerewet dirumah ini. Tidak ada yang boleh makan kalau belum bersih-bersih badan, setidaknya mengganti pakaian karena kita tidak pernah tau apa yang kita bawa dari luar. Tapi malam ini, bodo amat lah, Nessie sudah sangat lapar.

"Nggak usah buka satu lagi, ini aja, gue nggak bakal habis juga," cegah Nessie pada Brad yang hendak membuat bungkus nasi yang satu lagi.

Nessie hanya tidak mau membuang makanan, satu bungkus nasi di warteg langganan mereka itu sangat banyak, bahkan cukup untuk dua orang.

Tanpa mengambil piring untuk membagi dua nasi itu, Nessie malah membuka lebar bungkus nasi dan ditaruhnya diatas meja bar.

Nggak enak juga kalau makan dimeja makan karena ada Kiki dan Alvin yang bisa melihat mereka.

"Alvin kayanya baik," ujar Nessie membuka pembicaraan, tangannya mencomot sambal yang baru saja dituangkan oleh Brad.

"Iya sih, mapan juga keliatannya..."

"Keliatan dari mana?" tanya Nessie seraya menaikkan alisnya, sembari menunggu jawaban Brad, Nessie memandangi Brad yang sedang menyuapkan nasi dan sayur.

"Keliatan kali merek jam tangan, celana, kaos, jaket yang ada disofa, semua mencerminkan kalau dia mampu beli." Nessie mengangguk pelan.

Ia tidak sempat memperhatikan karena perutnya sudah mulai keroncongan, tadi.

"Kiki kayanya udah cocok sama Alvin, lo nggak mau?" tanya Brad pada Nessie.

Wanita itu memilih menghela nafas pelan, siang tadi, karyawannya iseng "Mbak bikin gaun buat orang lain mulu, nggak mau bikin buat sendiri?" sekalipun tidak tersirat kalau mereka menanyakan "kapan nikah?" tapi tetap saja Nessie merasa.

"Pengen sih, tapi nggak tau mau sama siapa."

***

Nessie memilih melanjutkan pekerjaannya, sketsanya tinggal sedikit, tinggal menyempurnakannya.

Setelah makan tadi, Brad memilih untuk naik ke kamarnya dan tidur, sementara Kiki ikut ke hotel bersama Alvin.

Ternyata Kiki bisa nakal juga. Pikirnya saat Kiki pamit untuk ikut Alvin.

Setelah mandi dan mengganti pakaian dengan baju tidur, Nessie kembali turun kebawah, masuk kedalam ruang kerjanya.

Matanya agak sedikit berat, efek makan malam yang lumayan banyak dan kelelahan setelah seharian bekerja membuat ia tidak bisa berlama-lama.

Ekor matanya melirik jam dinding, pukul 12.

Nessie mengeritkan keningnya, rasanya baru satu jam yang lalu ia mulai kembali bekerja, tapi ternyata waktu sudah berlalu selama 3 jam.

Nessie bergerak meregangkan ototnya yang terasa kaku, lalu menguap kecil.

Saat keluar, semua lampu masih menyala. Nessie mengintip dari jendela untuk melihat apakah gerbang rumah sudah tertutup atau belum, lalu mengecek pintu belakang juga jendela untuk memastikan semua aman.

Saat berada ditengah tangga, Nessie dikejutkan oleh klakson yang terdengar nyaring berasal dari depan rumahnya.

Ia bergegas turun dan melihat, mobil Prass!

Nessie segera mengambil kunci dan membuka pintu, mengecek Prass, kenapa laki-laki itu disini, ditengah malam seperti ini?

Prass masih membunyikan klakson mobilnya, Nessie bergegas mengecek, Prass sepertinya sedang mabuk berat, kenapa bisa menyetir sampai disini? Sendiri?

Khawatir, Nessie membuka gerbang dan mengetuk pintu mobil Prass.

"Lo ngapain sih tengah malam begini?" bentaknya pelan. Melihat kondisi Prass, Nessie memaksa agar pria itu membuka pintu kemudi dan menarik Prass untuk turun.

"Sialan, berat banget lagi!" gerutu Nessie seraya membawa tubuh mabuk Prass dan didudukkan dikursi teras, sementara Nessie kembali ke mobil Prass yang masih menyala dan memasukkan kearea rumah.

"Rahma... Kamu jahat..." Prass mulai meracau  tidak karuan.

Nessie menghela nafas kesal, kenapa sh Prass harus datang dengan kondisi seperti ini?

Ia segera menarik Prass untuk bangkit dan membawanya masuk kemudian menghempaskannya disofa ruang tamu. Terserah lah kalau kepalanya terantuk bagian kayu dari kursinya.

"Rahma..." tiba-tiba Prass menarik Nessie dan mendorongnya berbaring dibawah kurungan tubuh Prass.

"Prass, sadar!" Nessie meronta sekuat tenaga, mendorong Prass, tapi tidak menghasilkan apapun. Tenaga Prass terlalu besar walaupun pria itu sedang mabuk.

Nessie kembali mendorong dada Prass dengan panik, tapi Prass menahan kedua tangannya diatas kepalanya.

Tidak ada yang bisa Nessie lakukan lagi, ia menangis keras, dan hanya bisa berteriak, berharap Brad bangun dan menyadari kalau ada yang tidak beres dengannya.

Srett.... Suara robekan membuat Nessie semakin meraung

"Brad... Please, help me!"

-----

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang