2. Bagian Dari Cerita (2)

2K 261 8
                                    

Kata orang, rumah ini horor karena rumah bekas pembantaian. Tapi tidak bagi Nessie. Rumah ini tetap rumah milik keluarganya, rumah ini tetap menyimpan banyak kenangan selama hidupnya.

Walaupun Nessie sudah merenovasi hampir seluruh rumah ini, tapi tetap saja dimatanya, tidak ada yang berubah.

Nessie memanggang beberapa roti dan menyiapkan piring diatas meja. Selain dirinya. Kedua sahabat dan kekasihnya ia ajak untuk tinggal disini.

Kiki berasal dari semarang, Brad berasal dari Palembang dan Prass berasal dari Yogyakarta. Di jakarta yang keras ini, mereka hanya memiliki satu sama lain, dan Nessie memilih mengajak mereka untuk tinggal bersama.

Walau diawali dengan rasa keberatanya, nyatanya mereka sudah hampir 7 tahun tinggal bersama dirumah ini.

Awal-awal kematian keluarganya, banyak yang menyarankan untuk menjual rumah ini. Tapi siapa yang akan membeli? Dari pada menjual murah rumah ini, lebih baik Nessie merenovasinya dan beberapa kali melakukan pengajian bersama dirumah ini dengan mengundang tetangga sekitar.

"Harusnya lo bangunin gue." Kiki muncul dan menguap kecil seraya mencepol tinggi rambut panjangnya.

"Nggak serepot itu kok, lagian lo kan baru pulang tengah malam tadi." Nessie menyerahkan segelas apir putih untuk Kiki dan langsung diterima oleh wanita itu.

"Nggak gitu, gue jadi nggak enak, udah numpang, tiap pagi dibikinin sarapan..."

Nessie tertawa kecil dan menggeleng pela. Mereka tidak menumpang menurutnya. Semua biaya tagihan akan selalu mereka bagi empat. Dan setiap bulan akan ada uang patungan untuk membeli bahan makanan tiap minggunya.

Rumah ini memang miliknya, tapi tidak dengan isinya. Ini murni milik bersama.

"Udah mau 8 tahun, tapi masih nggak enakan juga, heran!" decak Nessie seraya mengoleskan selai kacang pada roti untuk dirinya sendiri.

Kiki mengambil selai nanas dan mereka melakukan kegiatan yang sama sambil mengobrol ringan. Tentang pekerjaan, keluarga, adik Kiki yang sudah dilamar sementara Kiki masih single, dan banyak hal lainnya.

"Kenapa nggak lo gebet aja si Brad?" tanya Nessie ketika Kiki mengeluhkan betapa sulitnya mencari laki-laki serius akhir-akhir ini. Umur mereka yang sudah akan menginjak angka 30 tahun tidak bisa membuat mereka ongkang-ongkang kaki dengan santainya dan hanya menunggu jodoh datang sendiri.

"Nggak lah, dia suka sama cewek lain." jawaban Kiki membuatku menaikkan kedua alisku tinggi.

"Masa? Siapa? Kok Brad nggak ngasih tau," decak Nessie sebal. Harusnya Brad cerita padanya, seperti yang sudah-sudah.

"Nggak boleh dikasih tau, nanti juga dia cerita sendiri."

"Lagi ngobrolin apa?" Prass muncul dengan wajah berantakan. Matanya masih setengah terpejam saat dia menghempaskan bokongnya di kursi dan kembali menelungkupkan wajahnya diantara kedua lipatan lengannya.

"Apa aja!" jawab Kiki ketus.

Prass menaikkan pandangannya menatap Kiki bingung. Kenapa wanita iti tiba-tiba ketus padanya?

Nessie yang melihat suasana mulai tegang, langsung menyodorkan air putih untuk Prass, setidaknya fokus Prass teralihkan.

"Hari ini mau nonton apa?" seperti sudah menjadi kebiasaan. Setiap hari sabtu, mereka berempat selalu menghabiskan waktu untul nonton. Melepas penat dengan tertaw. Baru keesokan harinya mereka akan pergi sendiri-sendiri kalau ingin hang out dengan teman lainnya.

"Lagi nggak ada ide, nanti nyari-nyari aja, senemunya," jawab Kiki seraya menggigit roti ditangannya dan meninggalkan Prass dan Nesia berdua.

"Kata Kiki, kamu kemarin keluar sama cewek," ungkap Nessie santai, seolah itu bukan masalah yang perlu dibesar-besarlan. Nessie menggigit rotinya dan menyodorkan roti yang belum dioles selai kearah Prass.

"Cuma temen kok," jawab Prass tak kalah santainya.

Nessie mengangguk dan berlalu menyusul Kiki yang sudah berada diruang nonton mereka. Meninggalkan Prass yang masih mengumpulkan sisa-sisa nyawanya.

***

"Tumben jam segini udah rapi." Brad baru saja keluar kamar saat Prass sudah rapi dengan kemeja dan jeans yang warnanya sudaj sedikit pudar.

"Gue mau keluar," jawab Prass seraya memasang jam dipergelangan tangannya.

Brad hanya mengangguk dan mendului Prass turun. Ingin rasanya Brad memperingati Prass untuk segera mempertegas hubungannya dengan Nessie. Tapi, ia belum ingin ikut campur. Sekali lagi, pertemanan mereka menjadi alasan untuk dirinya tetal bungkam. Pura-pura buta terhadap semua yang telah Prass lakukan dibelakang Nessie.

"Mau sama Rahma lagi?" tanya Brad diujung tangga.

Prass mendelik dan menggeleng.

"Jangan sekarang!"

Brad hanya menggeleng, tidak mengatakan apapun lagi. Dia menuju dapur dan meminum air yang sudah ada diatas meja.

"Nes, Ki?" panggilnya pada kedua perempuan itu.

"Lagi nonton!" teriak Kiki keras.

Brad menyambar toples oreo dan membawanya ke ruang nonton mereka. Ruangan itu 'masih' rapi sepagi ini. Nanti, kalau sudah tengah hari bolong, semuanya pasti sudah berantakan. Bantal kecil-kecil itu sudah bertebaran berikut dengan plastik cemilan yang isinya sudah habis dimakan.

"Prass mana? Tadi pamitnya mau boker, tapi nggak turun-turun sampai sekarang?" tanya Kiki sambil mengunyah tanpa menoleh kearah Brad yang kesulitan menjawab.

Hening beberapa detik, Kiki dan Nessie dengan kompak menoleh kearahnya.

Pasrah, Brad menjawab, "Keluar, aja kerjaan mendadak katanya."

----

Pernah nggak sih kalian berada diposisinya Brad?
Yang serba salah karena dua2nya adalah teman.

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang