8. Pandangan Masa Depan

1.5K 295 28
                                    

Karena diharuskan membawa pasangan, Nessie terpaksa harus memaksa Brad untuk menemaninya datang ke party yang diadakan oleh pelanggan Nessie. Ingin tidak datang, tapi rasa tidak enak lebih mendominasi dan Brad hanya bisa pasrah saat dipaksa mengenakan pakaian resmi untuk malam ini. 

"Kenapa nggak bilang dari beberapa hari lalu sih..." gerutu Brad seraya memasang jam tangannya. Nessie sudah berdiri dengan tidak sabar didepan pintu kamar Brad. 

"Lupa kalau diundangannya harus bawa pasangan, sorry..." Brad menghela nafas pelan saat melihat wajah memelas Nessie. 

"Okay, ayo berangkat... nanti malah terlambat."

Nessie melenggang didepannya. Wanita itu tidak terlalu tinggi, malah cenderung pendek kalau dibandingkan dengan Brad. Tapi Nessie itu hampir mendekati sempurna. Sekalipun tidak kurus seperti model-model di instagram, tapi lekuk tubuh Nessie sangat pas. Berisi di tempat yang tepat. 

"Gaunnya baru?" tanya Brad dibalik kemudinya. 

Jalanan lumayan padat, tapi kendaraan masih bisa jalan walaupun cenderung pelan. 

"Kenapa? terbuka banget ya?" tanya Nessie seraya memperbaiki letak gaun bagian dadanya. sebenarnya... bisa dibilang malam ini Nessie tampak sexy dengan potongan rendah gaunnya di bagian dada Nessie. Apalagi payudara Nessie tidak bisa dibilang kecil. 

"Nggak... baru lihat aja..." 

"Dikasih sama Sania... pas banget lagi..." 

Mungkin Brad harus berterimakasih pada Sania yang notabenenya adalah teman Nessie yang menekuni pekerjaaan yang sama dengan Nessie. bedanya, Nessie hanya berfokus mendesain gaun pengantin, sementara Sanie mendesain apapun, sesuai permintaan kliennya, atau sesuai keinginan pasar. 

"Bagus, mungkin nanti kita bisa mampir ke club, udah lama nggak minum."

***

Selarut ini, Brad baru pulang setelah seharian bertemu kliennya, pekerjaannya akhir-akhir ini cukup menyita perhatiannya, dan sejak pergi ke pesta kenalan Nessie 2 hari yang lalu, ia baru melihat Nessie lagi.

Tapi, sepertinya Nessie sedang lembur saat melihat lampu diruang kerjanya masih menyala. 

Ketukan dipintu membuat Nessie menoleh dari lembaran kertasnya, Brad masuk dengan senyuman kecil diwajah lelahnya. 

"Kenapa nggak tidur?" tanya Brad yang mendekati meja kerja Nessie, menaruh tas kerjanya di lantai dan duduk lesehan didepan Nessie. 

Matanya mengintip karya Nessie kali ini, dan Brad terpaku.

Biasanya, dia akan selalu berkomentar mengenai karya-karya Nessie, entah terlalu sederhanalah... atau malah berlebihan... tapi kali ini sempurna, gaun pernikahan yang masih dalam bentuk gambar itu tampak nyata dan sangat cantik. 

"Pesanan klien?" tanya Brad dan wanita itu langsung menggeleng.

"Buat gue..." Brad tentu saja terkejut dengan jawaban Nessie. Sejak 'putus' dengan Prass, Brad sama sekali tidak tau kalau Nessie dekat dengan laki-laki. Dari informasi yang dia dapatkan dari Kiki, Nessie katanya sudah tidak mau berpacaran dan ingin langsung mencari calon suami. 

"Udah ada calon emang?" tanya Brad berbasa-basi. ia menatap kearah Nessie, tangannya mengambil minuman kaleng yang ada dimeja, tentu saja itu milik Nessie. 

"Gue cuma tiba-tiba kepikiran aja, selama ini gue punya kalian, sekarang, ketika satu persatu sahabat kita keluar dari rumah ini, gue jadi kepikiran... mungkin gue juga harus segera cari calon laki." 

Brad terpaku sepersekian detik, kemudian dia mengangguk pelan.

"Gue nggak bakal keluar dari rumah lo dalam waktu dekat, apartemen itu nggak cocok dan nggak sesuai sama yang ada difoto..."

"Kok baru bilang? kan gue jadi nggak perlu takut bakal kesepian."

***

Prass merasa sangat menyesal.

Baru kali ini, seumur hidupnya, Prass merasakan penyesalah yang begitu besar. Rahma... yang awalnya Prass kira benar-benar tulus mencintainya, ternyata mendekatinya hanya untuk balas dendam karena pernah ditolak oleh dirinya. 

"Lo percaya gue masih mau sama lo sementara dulu lo nolak gue?"  

"Rahma, aku udah milih kamu, ninggalin temen-temen aku buat kamu tapi..."

"Gue udah mau married Prass..." Prass menggeleng lencang, dia tidak percaya dengan semua hal yang baru saja didengarnya.

"Cuma karena dulu aku ninggalin kamu dan milih Nessie, kamu ngelakuin ini sama aku?" tanya Prass yang masih tercengang.

Hatinya sakit luar biasa. Prass pikir Rahma akan jadi pelabuhan terakhirnya, tapi semua bayangan dikepalanya mendadak sirna. Prass yang terlalu berharap dan harapan yang terlalu besar itu berbalik menusuknya.

Prass tidak mengatakan apapun lagi, ia hanya bisa pergi meninggalkan apartemen Rahma dengan bahu terkulai.

Dimobil, dia menatap layar phonselnya, memandang satu persatu nomor sahabatnya, berharap ia bisa menghubungi salah satu.

Tapi tidak, hampir satu bulan dia keluar dari rumah Nessie, dan selama ini Prass sama selali tidak berkomunikasi dengan mereka, bahkan dengan Brad sekalipun.

Padahal ia sudah berjanji akan sesekali datang dan main kesana.

Sedikit putus asa karena tidak ada yang bisa dia ajak curhat malam ini. Selain bersahabat dengan Brad, Kiki dan Nessie. Prass tidak memiliki siapapun lagi, kwluarganya jauh, teman pun tidak ada yang bisa ia harapkan.

Akhirnya, Prass berteriak kesal seraya memukul stir mobilnya.

Menyalurkan kekesalan yang bergumul didadanya.

----

Karma is real, dude!

Pasti kalian suka nih, Prass langsung dapat instant karma gini.

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang