Happy Reading and Enjoy.
Nessie menggeleng dengan polosnya. Ia tidak mengerti kenapa hal ini adalah masalah besar baginya. Brad berlebihan!
"Lo pernah ML sama gue, tapi nggak pernah sama pacar lo?" tanya Brad yang masih tidak percaya.
Nessie mengerutkan keningnya, "Emangnya kalau pacaran harus 'gituan' gitu?" tanya Nessie sengit.
Ia tersinggung, tentu saja.
Ia bukan seperti kebanyakan orang yang kalau pacaran harus berhubungan badan. Ia juga bukan wanita yang suka dengan bangga menunjukkan kalau dia 'sering' bersetubuh dengan lawan jenis. Dia bukan wanita seperti itu, walaupun Nessie sadar sepenuhnya kalau dia bukanlah seorang 'perawan'.
"Bukan gitu maksud gue," ralat Brad cepat, ia menyadari perubahan emosi Nessie, tidak ada lagi senyum malu-malu di wajah wanita itu, dan ini sepenuhnya salahnya.
Kalimat itu hanya spontan keluar.
"Gue bukan cewek gitu ya, Brad!" peringatan itu membunyikan alarm tanda bahaya di kepala Brad.
"Gue tau, sorry kalau kata-kata gue menyinggung lo. Gue cuma spontan nanya... Karena... Ya lo 4 tahun pacaran sama Prass, tinggal satu rumah juga."
Penjelasan Brad membuat Nessie menghela nafas pelan. Nessie mengerti sekarang, mungkin orang diluar sana juga akan menganggapnya begitu.
"Lo adalah laki-laki satu-satunya sejauh ini." Nessie berujar dengan pelan dan meninggalkan Brad yang terdiam seketika. Brad bahkan tidak mencegah Nessie yang masuk kedalam villa tanpa penjelasan lebih.
"Ness..." Brad memanggil wanita itu, namun Nessie sudah menghilang dibalik pintu.
***
Brad belum mendapati Nessie keluar kamar sampai saat ini, matahari sore sudah menyorot tajam masuk kedalam villa dan sedikit mengganggu Brad yang sedang rebahan didalam.
Nekat... Brad mengetuk pintu kamar Nessie. Selain khawatir wanita itu marah karena ucapannya, Nessie juga belum makan sejak kedatangan mereka ke Bali.
Tak ada jawaban sampai panggilan ke empat, Brad menekan knop pintu dengan pelan. Pintu sama sekali tidak terkunci.
Ia melihat kamar yang luas, ranjang besar dikelilingi 4 tiang dan kelambu putih yang terikat pada tiap tiang. Kamar yang di pakai Nessie adalah kamar utama. Brad tidak masalah walaupun ia sepenuhnya yang membayar Villa ini. Ia bisa tidur dimanapun, bahkan disofa depanpun ia bisa tertidur dengan lelap.
Ia mengguncang tubuh Nessie yang tengah tertidur lelap dengan posisi tertelungkup, sebagian rambutnya yang tergerai bebas menutupi wajah ayunya."Ness, bangun... Udah sore, nggak mau ngejar sunset apa?"
Wanita itu melenguh pelan, menyibak rambutkan dan menoleh kearah Brad yang duduk dibibir ranjang.
"Jam berapa?" tanya Nessie dengan suara seraknya.
"Jam 5, ayo bangun... Lo belum makan juga seharian ini."
Wanita itu kembali melenguh pelan dan berdehem mengiyakan. Walaupun kembali merebahkan kepalanya diatas bantal dan kembali memejamkan matanya.
Brad tertawa kecil melihat Nessie seperti ini, tangannya spontan mengacak rambut Nessie. Ia lega, Nessie sepertinya sudah melupakan kalimat tidak sopannya siang tadi.
"Gue mau pesen makan, lo mau nyemil apa makan berat?" tentu saja Brad bertanya hanya untul basa basi semata. Ia sudah memesan bebedapa jenis makanan berat. Nessie harus makan nasi.
"Makan berat, yang penting ada nasinya."
"Udah gue pesen, lo bangun deh, mandi atau cuci muka dulu." Sekali lagi Nessie hanya melenguh pelan, dan Brad memilih untuk meninggalkan Nessie yang masih bermalas-malasan.
Brad menghempaskan dirinya diatas sofa yang sebelumnya ia tampati untuk tidur siang. Jarang-jarang Brad mendapatkan liburan seperti ini. Dulu, kalau dengan Prass, tidak ada hari untuk bersantai, mereka sibuk menjelajahi pantai demi pantai, dengan alasan 'liburan hanya sebentar, kalau cuma mau tidur kan bisa di Jakarta'.
Tapi sekarang Brad mengerti. Liburan nggak melulu menjelajahi tempat baru.
Brad terkejut saat Nessie tiba-tiba duduk dan meletakkan kepalanya dipangkuannya.
"Kenapa?" tanya Brad.
"Kayanya gue masuk angin deh..." keluh Nessie dengan suara pelan. Brad spontan menyentuh kening Nessie, dan rasanya, suhu tubuh Nessie masih normal.
"Nggak panas..."
"Gue masuk angin, bukan demam!" decak Nessie pelan, "Perut gue kembung." Brad mengangguk dan meminta Nessir untuk mengangkat kepalanya.
Ia mengambil kotak obat yang selalu mereka bawa jika sedang traveling, ada obat masuk angin juga minyak telon disana.
"Dipake dulu." Brad menyerahkan minyak telon kepada Nessie dan langsung diterima wanita itu.
"Nanti minum obat, kalau udah makan."
***
"Lo sadar nggak sih, kalau kita waktu itu nikah, mungkin kita udah punya 2 anak." Tiba-tiba saja Brad berkata demikian.
Nessie terkejut dan menoleh kearah Brad yang sedang menghisap rokoknya. Makanan mereka baru saja habis, dan Nessie kalap. Seharian tidak makan berat membuatnya menghabiskan hampir sebagian makanan yang Brad pesan.
"Kenapa ngomong kaya gitu?" tanya Nessie. Mereka tidak pernah membahas hal ini. Selain karena takut Kiki dan Prass tau, mereka juga menganggap itu hanya kesalahan satu malam akibat sama-sama mabuk.
Nessie ingat dengan jelas, dengan kondisi telanjang, mereka berdebat keras mengenai tanggung jawab Brad, yang akhirnya Nessie tolak karena mereka masih berusia 22 tahun, masih sangat amat muda.
"Yang lo nggak tau sampai saat ini, gue malam itu nggak mabuk."
----
Semoga kalian suka part ini.
Love, Bella PU
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .