Pertunangan Kiki digelar secara sederhana, walaupun tamu lebih didominasi oleh keluarga, tapi tetap saja tempat ini menjadi sangat ramai.
Nessie tentu saja bergandengan dengan Brad, pria itu menggunakan batik dan celana bahan yang pas membalut tubuh atletisnya, sementara Nessie menggunakan kebaya yang kain jariknya bermotif batik yang sama dengan yang Brad kenakan.
Kebaya Nessie jauh lebih sederhana dari pada yang dikenakan oleh keluarga perempuan Kiki dan Kiki sendiri.
"Kamu cantik malam ini." disudut yang agak sedikit tertutup, Brad merangkul pinggang Nessie sementara wanita itu masih mengawasi Kiki, takutnya Kiki mencarinya karena menghilang dari keramaian.
"Kiki nggak akan cariin kita, kamu tenang aja." Nessie mengerucutkan bibirnya. Memang, semua keluarga, bahkan keluarga dari pihak Alvinpun sibuk memberikan selamat dan sesekali berfoto/berselfie ria. Kiki tampak sangat cantik dengan rambut yang disanggul, dan bahu terbuka dengan leher yang dibiasi kalung berlian sederhana hadiah dari Alvin.
Kiki dan Alvin sangat cocok jika disandingkan berdua. Bahkan Alvin tidak sekalipun melepas tautan tanggannya dengan Kiki sejak resmi memasangkan cincin di jari manis wanita itu.
"Nanti kamu mau acara yang seperti ini?" tanya Brad pada Nessie.
Mereka belum sempat membahas mengenai pernikahan setelah beberapa malam lalu. Tapi untuk pertunangan, cukup mereka, karena Nessie tidak memiliki siapapun lagi, dan keluarga Brad sudah sepenuhnya setuju.
"Yep, tapi aku ingin di outdoor," jawab Nessie seraya tersenyum lebar, Brad menghela nafas pelan, bersyukur atas senyuman itu.
Melihat ini, ia tau kalau diam-diam Nessie sudah menentukan pernikahan impiannya, dan Brad hanya akan mengikuti. Apapun yang Nessie minta, ia akan turuti.
"Terserah kamu, aku ikut aja..."
"Jangan terserah dong, inikan pernikahan kita," gerutu Nessie menggemaskan.
"Outdoor atau indoor terserah kamu, yang lainnya aku bakal ikut sumbang suara kok."
Nessie mengangguk pelan.
Ia kembali mengarahkan tatapannya pada Kiki dan tubuhnya menegang saat melihat Prass berjalan mendekat kearah mereka.
Brad langsung mengambil langkah lebar dan berdiri didepan Nessie.
Prass tampak canggung berdiri disana, ia tau kelakuannya sudah sangat keterlaluan dan wajar kalau Nessie sangat menjaga jarak dengannya, tapi rasanya sangat menyakitkan. Prass benar-benar merasa kehilangan sahabatnya walaupun Kiki tampaknya masih menganggapnya sebagai teman.
"Kalian disini." pegangan terasa semakin erat dilengan Brad, ia tau Nessie sedikit ketakutan dan panik. Padahal Nessie selalu menyayangkan kalau Prass akhirnya tidak lagi bersama mereka.
Brad mwngangguk menjawab pertanyaan Prass.
Pras menghela nafas pelan, tampaknya kondisi sudah sangat sulit.
"Ya udah, gue pamit dulu, mau kasih selamat buat Kiki."
***
"Aku pikir aku udah baik-baik aja, ternyata nggak semudah itu ngelupain semuanya," Nessie menyandarkan kepalanya didada Brad, setelah beberapa menit tertahan didalam, Brad berhasil membawa Nessie keluar setelah berpamitan pada Kiki.
Wanita itu mengerti dan mampu menangkap kode yang Brad berikan, bahkan sempat meminta Brad untuk mengabarinya kalau sesuatu terjadi.
"Ada aku sayang, kamu sama aku." Brad melingkarkan tangannya memeluk tubuh Nessie.
Ia tidak akan membiarkan Nessie dilanda ketakutan yang berkepanjangan, sudah menjadi tugasnya menjaga wanita ini agar tetap merasa aman dan nyaman.
"Kamu mau kita nikah disini atau di Palembang?" tanya Nessie pada Brad seraya mendongak, menatap tunangannya.
Ia sudah menahan-nahan ini sejak pembahasan mereka beberapa hari yang lalu. Tapi ada saja pembahasan lain yang membuat mereka menunda sampai hari ini.
"Disini lah, ngapain kita nikah di Palembang? Semua kolega, temanku disini kan," jawab Brad dengan tegas.
"Tapikan keluarga kamu disana, sayang."
Brad menatap Nessie tajam, hingga Nessie salah tingkah sendiri, "Siapa yang minta kamu bujuk aku supaya kita nikah disana?"
Nessie meringis kecil, dia tidak bisa berbohong lagi.
"Mikha, adik kecil kamu."
"Dia bukan adik aku Nes, aku nggak punya adik," jawab Brad ketus.
Nessie menghela nafas dan menciun pipi Brad, menggandeng tangan lelaki itu dan mengajaknya masuk kembali ke acara Kiki yang sepertinya akan segera berakhir.
Nessie bukannya tidak mau membahas ini lebih jauh, tapi mereka sedang berada di acara orang, dan akan canggung kalau mereka malah bertengkar.
***
Sampai pulang Brad masih mempertahankan kekesalannya. Nessie tau pembahasan mereka agak sedikit sensitif karena mengenai Brad dan masa lalunya.
Nessie menyentuh lengan Brad saat pria itu tampak tegang dan mengcengkram stir mobil dengan erat.
"Jangan marah, aku cuma ngomong sama kamu, nggak maksa kamu buat kita nikah disana."
Nessis sungguh khawatir melihat Brad yang seperti ini. Seharusnya ia tidak perlu mempertanyakan hal yang sudah pasti ditolak pria itu.
"Kamu tau, aku kecewa sama diriku sendiri, aku marah dan menyesal saat tau Mama pergi sendirian, nggak ada yang nemenin beliau. Semua keluarga Papa bahkan Papa sendiri sibuk dengan kerjaan mereka sampai meninggalkan Mama yang sekarat sendirian. Bahkan aku nggak ada saat Mama butuh untuk yang terakhir kalinya." Brad mencengkram stir semakin erat, dan Nessie melihat pria itu menangis.
"Pinggirin dulu mobilnya," bujuk Nessie dengan suara lembut.
Ia tidak ingin Brad mengendarai mobil dengan kondisi emosi seperti ini.
Brad menurut, ia menelungkupkan kepalanya pada stir mobil, Nessie melepas sabuk pengaman yang memeluk tubuhnya, menarik pelan bahu Brad dan memeluk pria itu erat.
"It's okay, kamu boleh nangis malam ini, dan besok, semua pasti akan baik-baik saja."
----
Gara2 ceritanya Maya yang sedang on progres, aku jadi lupa sama Nessie-Brad.
Maafin aku 😂Tapi tenang, naskah ini udah hampir kelar, dan semoga nggak males aja nyeleseinnya.
Ohh ya... Kalian suka sama cerita yang lempeng gini atau yang ada "Panas2"nya?
Kasih aku saran dong.Dan semoga kalian suka part ini.
Love, Bella PU
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .