6. Bagian Dari Perpisahan (2)

1.8K 308 7
                                    

"I Know..."

Nessie bergerak mendekati Prass, memeluk pria itu erat. Rasanya Nessie ingin menangis, Prass bukanlah orang lain. Dan walaupun rasanya untuk Prass sudah pudar sejak lama. Tapi ia tetap menyayangi Prass sebagai sahabat.

"Nessie, sorry... Aku pikir kita udah nggak bisa bersama sebagai kekasih lagi." Prass memeluk erat Nessie, menumpahkan segala kegelisahannya selama beberapa waktu belakangan. Prass berat mengatakan ini. Tapi mereka memang tidak bisa bersama lagi selain sebagai sahabat.

"I know, akupun sudah merasakannya." Nessie tersenyun kecil setelah melepaskan pelukan Prass, "Tapi kamu nggak perlu pergi... Kita masih bisa bersahabat seperti sebelumnya," imbuhnya masih dengan suara pelan.

"Aku... Sorry, Rahma nggak suka kalau..."

"I see..." Nessie mengangguk paham, "Seenggaknya pergilah besok pagi, pamitan juga sama anak-anak."

Nessie menepuk kedua bahu Prass pelan, dia sekali lagi memeluk laki-laki itu sebagai salam perpisahan. Pelukan singkat yang terasa bermakna.

"Ness..." panggil Prass sebelum Nessie benar-benar keluar dari kamar yang sudah bertahun-tahun ditempatinya ini, "Sekali lagi, aku minta maaf."

****

Selain takut cicak yang terlihat menjijikkan. Nessie juga takut kehilangan. Walaupun begitu, pagi ini ia tetap tersenyum pada Brad yang menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.

Nessie tau Prass sudah pergi, pagi-pagi sekali. Pria itu mengetuk pintu kamarnya, sekalipun tidak ia bukakan, Nessie tetap bisa mendengar salam perpisahan pria itu.

"Lo masih punya gue sama Kiki, bahkan Prass juga janji buat tetep sering main kesini." Nessie membalas pelukan Brad erat. Semalam, Nessie sangat ingin menangis, tapi ia masih bisa bertahan untuk tidak meneteskan air mata. Pagi ini, rasanya berbeda. Rasanya ada satu bagian yang kosong dihatinya. Sangat terasa sampai begitu menyakitkan.

"Sorry, gue jadi mellow gini," ujar Nessie seraya melepaskan pelukannya depan Brad.

Laki-laki itu tersenyum dan mengacak rambut Nessie gemas.

"Lo masih punya kita, Ness, tenang aja." Kiki tiba-tiba meneluknya dari samping, menggoyangkan tubuhnya menunjukkan betapa mereka saling menyayangi dan melindungi satu sama lain.

Nessie mengangguk dan tersenyum cukup lebar. Setidaknya... Perlakuan Brad dan Kiki pagi ini, membuat moodnya sedikit lebih baik.

Dari samping tubuh Brad, ia melihat sarapan sederhana diatas meja. Melihat Kiki yang masih berantakan dan baru keluar dari kamarnya, Ia melirik Brad yang mengusap tengkuknya dan tersenyum canggung.

"Masak? Tumben..." cibirnya pelan.

Kiki ikut menoleh kearah meja makan, dan tersenyum menggoda kearah Brad. Wanita itu tidak mengatakan apapun dan segera duduk dikursi kemudian membalik piringnya.

Kiki tau kenapa Brad rela bangun sepagi inu dan memasak. Walaupun tidak spesifik ditunjukkan pada Nessie, tapi Kiki paham. Dia hanya berusaha untuk tidak peka dan membuat kesal pria itu.

Terbukti, Brad meliriknya sinis dan tersenyum kearah Nessie yang sudah duduk disampingnya.

Nessie melirik kursi kosong disamping Brad. Biasanya, mereka juga sangat jarang sarapan pagi bersama. Hanya ketika mereka sama-sana memiliki kegiatan pagi.

Tapi... Memang terasa ada yang mengganjal. Selain kursi itu kosong, Prass juga memang sudah tidak lagi tinggal dirumah ini.

"Akhir minggu ini mau kemana Ness? Sibuk nggak lo?" tanya Kiki disela kunyahannya.

Nessie yang sedang meratapi kepergian Prass mendadak menoleh kearah Kiki dengan kening berkerut. Otaknya blank sesaat.

"Ada undangan dari klien gue, pesta peresmian gitu, nggak paham lah..." Nessie menggeleng pelan dan menyendok nasi goreng buatan Brad.

Rasanya enak, standar nasi goreng walaupun nggak seenak buatan abang-abang dipinggiran jalan. Setahunya, Brad memang bisa memasak, lama hidup sendirian membuat dia harus bisa melakukan apapun. Mungkin selama tinggal bersama, Brad jadi malas karena selalu ada yang memasak dan memikirkan perut para pria dirumah ini.

"Yah... Padahal gue mau ajak lo ke Semarang." Nessie kembali menoleh kearah Kiki, kali ini dengan ekspresi terkejut.

Ia tau Kiki sudah beberapa tahun ini menghindar untuk pulang ke Semarang karena selalu ada masalah dengan orang tuanya. Mungkin karena umur Kiki yang sudah tidak semuda dulu -untuk ukuran perempuan- akhirnya mereka selalu merecoki urusan percintaannya.

"Kenapa? Bapak sama Ibu nggak papa kan?" tanya Nessie pada Kiki.

Nessie mengenal kedua orang tua Kiki, bahkan mereka sudah menganggap Nessie, Prass dan Brad sebagai anak sendiri saking dekatnya.

"Nggak papa, gue cuma capek aja menghindar terus, mau nurutin mau mereka aja." Wajah Kiki tampak biasa saja, padahal biasanya Kiki selalu uring-uringan kalau sudah menyangkut urusan jodoh yang ditawarkan oleh kedua orang tuanya.

"Jangan bilang lo nerima perjodohan itu!" tuding Brad dan langsung diangguki oleh Kiki.

"Dia duda..."

"What the..."

"Dengerin dulu!" potong Kiki langsung sebelum kedua sahabatnya protes, "Dia duda tanpa anak, mantan istrinya kabur sama pacarnya, cuma nikah 4 bulan, trus single sampai sekarang."

"Umurnya?" tanya Nessie dengan mata menyipit.

"32, nggak jauh beda lah sama kita." Kiki dengan santai menyuapkan satu sendok terakhir nasi gorengnya juga dengan telur ceplok yang tinggal sepotong.

"Jangan bilang lo udah ketemu sama dia!"

----

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang