10. Prass

1.7K 297 12
                                    

Nessie terkejut saat salah seorang karyawannya mengatakan kalau Prass datang. Pria itu telah menghilang selama sebulan belakangan. Tidak muncul dirumah, tidak menelfon bahkan mengirim pesan. Dan tiba-tiba Prass muncul di rumah produksinya.

Nessie memberi arahan kepada bawahannya sebentar sebelum keluar menemui Prass.

Nessie melihat Prass tampak sangat berbeda, terakhit ia lihat, pria itu tampak sedikit berisi dan segar, tapi kenapa sekarang malah sepertinya Prass kehilangan beberapa kilo berat badannya.

Dan kantung mata tebal pria itu membuat Nessie meringis pelan.

"Hei, baru kelihatan, sibuk banget ya?" tanya Nessie berbasa-basi. Ia memeluk Prass singkat, namun saat hendak melepaskan diri, Prass menahannya, memeluknya semakin erat.

"Kenapa?" tanya Nessie pelan.

"Nggak papa." Prass mengurai pelukan mereka dan tersenyun sendu kearah Nessie.

Ia merindukan wanita ini, yang kalem dan tidak neko-neko, yang hanya takut kalau dia kesepian.

"Bentar ya, gue ambil minum dulu."

Gue? Bahkan Nessie tidak menggunakan 'aku-kamu' lagi.

Prass mengikuti gerak gerik Nessie, dari mengambil mug, kemudian membuka lemari pendingin dan menuangkan air disana.

"Kenapa nggak pernah main, nggak boleh sama Rahma?" tanya Nessie seraya menyerahkan air untuk Prass. Pria itu menerimanya namun tidak langsung meminumnya.

Prass tertegun... Rasanya ia sangat menjijikkan. Setelah meninggalkan Nessie juga kedua sahabatnya yang lain, ia kembali hanya untuk berbagi kesedihan.

"Kangen aja, rasanya jadi aneh." Kini Prass meneguk air dingin ditangannya. Menghalau gugup dan menutupi kenyataan dengan kegiatan lainnya.

"Makanya main... Bentar lagi Brad juga dateng, Kiki baru balik dari Semarang, sekalian aja makan diluar, udah lama kan nggak kongkow bareng."

Prass memilih menggeleng pelan, menolak ide Nessie, "Aku cuma lagi lewat, trus mampir, siapa tau kamu disini, habis ini masih ada kerjaan dan belum bisa nongkrong-nongkrong lagi," ujar Prass menolak.

Padahal dia tidak memiliki pekerjaan apapun, Prass hanga belum siap bertemu dengan Brad maupun Kiki.

"Ohhh... Ya nanti main kek kerumah, yang lain pasti kangen sama lo."

Prass mengangguk dan tersenyum kecil.

***

Brad memarkirkan mobilnya didepan rumah berlantai satu yang kini sudah menjadi rumah produksi untuk butik Nessie. Kalau Nessie selalu mengatakan usahanya hanya usaha kecil-kecilan, berbeda dengan pandangannya. Nessie telah berhasil dibidangnya. Bahkan beberapa kali wedding dress buatan Nessie digunakan oleh artis papan atas. Dia hanya berusaha merendah.

Ya... Memang sejak dulu, Nessie tidak pernah sombong walaupun telah mewarisi kekayaan yang jumlahnya tidak sedikit dari mendingan orang tuanya.

Malam ini Brad terlambat menjemput wanita itu, pekerjaannya sempat terkendala dan harus merubah beberapa hal untuk memuaskan kliennya.

Ia mengirimkan pesan pada Nessie kalau dirinya sudah didepan. Brad terlalu malas untuk turun, ia juga sedang kelaparan dan berharap segera bertemu dengan nasi.

Padahal... Dijalan tadi, Brad memilih drive thru dan membeli burger juga segelas cola ditambah kentang goreng. Tapi seperti kebanyakan orang, Brad tidak akan kenyang kalau belum makan nasi.

"Lama banget deh," gerutu Nessie saat baru memasuki mobil.

"Sorry, sebagai gantinya, gue yang beliin makan malam deh," bujuk Brad seraya mengendarai mobilnya membelah jalanan malam. 

Perjalanan pulang cukup lancar, jalanan tidak terlalu padat dan Brad memberhentikan mobilnya didepan salah satu warteg langganan mereka yang buka 24 jam. 

"Mau apa?" tanya Brad.

"Ikan bakar ya, sayurnya yang biasa." Brad mengangguk dan turun dari mobil, membiarkan mesin mobil menyala karena Nessie tidak ikut turun. 

Nessie melihat Brad masuk kedalam warteg langganan mereka kalau dirumah sedang tidak ada yang memasak. Nessie membuka kaca jendela dan menghirup udara malam yang bisa dijamin hanya ada polusi. 

Langit sedang cerah, tampak biru gelap dihiasi dengan bintang-bintang yang bertebaran. Jarang sekali melihat langit secerah ini. Mungkin karena sore tadi hujan mengguyur ibu kota.

Dering phonsel membuyarkan lamunannya, bukan miliknya ternyata. Nessie melihat phonsel Brad tergeletak diatas kursi kemudi, mungkin jatuh dari saku ketika Brad sedang duduk. Nama Prasetya berkedip-kedip disana. 

Nessie tanpa ragu mengangkat telfon dari Prass. 

"Hallo, Prass?" sapanya terlebih dahulu. 

"Ehh... lagi sama Brad? aku lagi ada perlu sebentar." Terdengar nada canggung dari seberang sana, tapi Nessie tidak terlalu mempedulikan.

"Brad lagi beli makan, hpnya ketinggalan, mau nunggu? bentar lagi juga balik kok," ujar Nessie. 

"Nggak deh, sampein aja kalau aku telfon, nanti aku telfon lagi aja." Nessie memilih mengiyakan, dan tanpa basa-basi langsung memutuskan sambungan. 

Tepat setelah sambungan terputus, Brad tampak muncul dengan membawa satu kantong makanan, dan ditangan satunya, dia memegang gorengan yang sambil dia makan. sepertinya sudah sangat-sangat lapar. 

"Hp gue disini?" tanya Brad setelah masuk dan menyerahkan makanan mereka pada Nessie. 

"Ini, Prass tadi telfon," ujar Nessie seraya menyerahkan phonselnya pada Brad. 

"Peangin dulu," ujar Brad seraya memutar stir mobil dan kembali ke jalanan, "Prass ngapain telfon?" imbuh Brad bertanya. 

"Nggak tau, katanya ada perlu sebentar, gue tawarin nunggu, tapi katanya nanti aja... ya udah, gitu doang." Brad mengangguk tanpa menoleh kearah Nessie. ia masih fokus pada jalanan komplek yang sudah cukup sepi. 

"Lo emang masih suka ngobrol sama Prass sebulanan ini?" 

----

Semoga kalian suka part ini.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang