Ini bukan kali pertama Nessie mendengar kalau Prass ketahuan sedang jalan dengan perempuan. Nessie hanya bisa menggeleng dan menutup telinga, tidak menanggapi Kiki yang baru saja memberitahunya lewat pesan singkat.
Biarkan saja...
Nessie lebih memilih menggambar seperti yang sudah dia kerjakan selama ini. Ia sudah lelah, telinganya sudah kebas, hatinya pun sama.
Ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Nessie. Brandon, atau laki-laki yang akrab dipanggil Brad itu muncul dan duduk asal di lantai, ditengah ruangan kerja Nessie yang berantakan.
"Tumben balik cepet, lagi nggak ada kerjaan?" tanya Nessie pada sahabat laki-lakinya itu.
"Cuma ketemu orang bentar, trus balik," jawab Brad dengan suara tenang seperti biasanya.
Laki-laki itu akhirnya beranjak dari karpet, membuka jendela lebar-lebar dan duduk disana, sambil menyulut sepuntung rokok kesukaannya.
"Udah dibilang buat nggak ngerokok disini!" gerutu Nessie yang kembali tekun pada kertas dihadapannya. Tapi sebentar saja konsentrasinya sudah pecah. Ia menyobek kertas yang sudah di coret2, meremasnya sampai berbentuk gumpalan dan melempar asal kedalam tempat sampah yang berada disudut ruangan.
Sekalipun meleset dan akhirnya gumpalan kertas itu menggelinding jauh, Nessie tidak peduli.
Nanti pasti akan dibereskan juga.
"Banyak pikiran?" tanya Brad yang melihat kelakuan tidak biasa Nessie. Ia cukup mengenal Nessie. Sejak SMA bersama, walaupun hanya berteman.
"Kiki... Liat Prass sama cewek," ungkap Nessie pendek.
Nessie memilih beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Brad dan mengambil sebatang rokok dan menyulut ujungnya dengan api. Padahal dia memperingatkan Brad, tapi dia malah ikut merokok bersama Brad.
Nessie bukan pecandu batangan nikotin itu, tapi kadang dia merasa membutuhkannya, hanya untuk menghilangkan penat yang selalu terasa menyiksa.
"Mau sampai kapan?" tanya Brad yang sudah mengerti arah pembicaraan mereka. Brad selalu menanyakan hal yang sama ketika Nessie mulai menceritakan perihal kelakuan Prass yang nggak ada terpuji-terpujinya.
"Sampai gue capek dan nyerah." Nessie menyesap rokoknya sekali lagi, menghembuslan kepulan asap itu perlahan kearah luar jendela.
"Sekarang masih belum capek?" Brad masih memandang lekat wajah ayu Nessie yang tampak datar, jelas sekali sedang memendam sesuatu. "Secinta itu? Sampai nggak mau nglepasin Prass?" tanya Brad menambahkan.
Nessie menggeleng pelan. Mulutnya masih terkunci rapat, dan dia akhirnya menekan bara rokok pada asbak, lalu terfokus sepenuhnya pada Brad yang sedang memandanginya.
"Lo tau sendiri kalau gue nggak punya siapapun lagi." Selalu dan selalu, alasan itu yang selalu keluar dari bibir tebal nan penuh milik Nessie.
Brad, Prass dan Kiki, sangat amat tau bagaimana kehidupan Nessie setelah kejadian beberapa tahun silam. Keluarganya di bantai oleh segerombol perampok yang ingin mencuri dirumah keluarga Nessie, dan saat itu hanya Nessie yang berada diluar rumah karena sedang liburan dengannya juga Prass dan Kiki.
Siapa yang menyangka hal itu akan terjadi.
Itu adalah kisah memilukan dan tragis. Biasanya Brad hanya melihat kejadian itu diberita berita atau koran atau sosial media, tapi ini terjadi pada keluarga sahabatnya sendiri.
Sejak saat itu, Nessie hanya memiliki mereka, tapi Prass lah yang mengambil peran paling besar dengan menjadikan Nessie sebagai kekasihnya.
"Kata siapa Nes? Lo punya gue, lo punya Kiki," tegas Brad yang sudah tidak tahan lagi. Dia sedih melihat Nessie yang selalu dilanda sakit hati akibat kelakuan brengsek Prass, tapi tidak juga bisa melakukan apapun untuk menyadarkan Prass kalau dia memiliki Nessie yang harus dijaga perasaannya.
"Tapi, apa setelah hubungan gue sama Prass berakhir, kalian masih akan sama?"
***
Prass baru pulang saat tengah malam. Karena sedikit mabuk, Prass berjalan sempoyongan sembari mencari saklar lampu yang tiba-tiba dia lupa berada dimana.
"Prass," panggilan itu membuat Prass bergumam pelan. Dia menyerah untuk menyalakan lampu, akhirnya Prass menghempaskan tubuhnya pada sofa ruang tengah rumah besar ini.
"Kenapa sih akhir-akhir ini kamu mabuk-mabukan terus?" tanya Nessie seraya menggerutu pelan.
Nessie mengangkat kaki Prass agar bisa merebahkan dirinya dengan nyaman, dia juga melepaskan sepatu milik Prass agar laki-laki itu bisa tidur nyenyak.
"Aku cuma capek," jawab Prass bergumam.
Nessie menghela nafas pelan dan meninggalkan Prass mengambilkan selimut untuk laki-laki itu.
"Nggak usah peduliin dia kenapa sih Nes!" tegur Brad yang sudah berdiri ditengah-tengah tangga sambil melipat tangannya didepan dada.
Laki-laki itu tinggi menjulang, dengan dada telanjang, dan porsi tubuh yang sangat bagus. Tampak sangat menggiurkan, apalagi cahaya yang menyorot tampak remang-remang.
"Ngapain disitu?" tanya Nessie yang kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang tempat menyimpan selimut dan teman-temannya.
"Nes, dia udah gede, udah tua malah, nggak usah segitunya kali! Dia aja nggak peduli sama lo!" teguran pedas itu menghentikan langlah Nessie, namun hanya beberapa detik sebelum Nessie kembali melanjutkan langkahnya kembali pada Prass yang sudah terlelap diatas sofa besar itu.
Nessie memang bodoh, dia tau itu.
Tapi, demi tidak kehilangan lagi, Nessie hanya perlu berpura-pura.
Iya kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/241602915-288-k548510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .