Brad naik keatas ranjang Nessie, memeluknya erat dan berkali-kali mengecup kening Nessie. Tidak peduli wanita itu akan terganggu atau tidak.
Nessie mengerang pelan dan mendorong dada Brad agar menjauh darinya. Ia masih kesal pada pria itu. Walau ketakutan juga menyelimuti sebagian besar hatinya.
Nessie memilih berbalik memunggungi Brad, terserah laki-laki itu mau tidur diranjangnya atau hanya sekedar menggodanya.
Ia masih memejamkan matanya, walaupun begitu ia tidak bisa tidur lagi karena perutnya terasa lapar. Ia ingat kalau setelah makan siang, Nessie belum makan apapun lagi.
"Hei... Maafin aku dong," bisik Brad seraya mengecup-ngecup kecil tengkuk Nessie hingga wanita itu menggeliat kegelian.
"Mending kamu nggak usah pulang, tidur aja sama tante-tante itu!" balas Nessie ketus.
"Sumpah, sayang, aku nggak pernah main belakang sama tante Yunita, dia kaya gitu karena ngira aku masih single..." Nessie bangkit dan Brad pasrah melepaskan pelukannya terhadap Nessie.
Wanita itu duduk dengan melipat kedua kakinya, kedua tangannya terlipat didepan dada, matanga menyipit menatap Brad sengit.
"Duduk!" perintah Nessie langsung dituruti oleh Brad.
Kini mereka duduk ditengah ranjang dengan posisi tubuh yang saling berhadapan, bedanya Nessie manatap Brad menuntut, sementara Brad hanya bisa pasrah.
"Jelasin sama aku!"
"Tante Yunita... beliau klien aku, proyek rumah pribadi beliau selesai beberapa waktu yang lalu." Brad menghela nafas pelan, "Awal pertemuan kami, jujur aja beliau ngasih aku tawaran buat jadi 'simpanannya' tapi aku nggak mau, tentu saja. Bukan karena aku udah punya kamu, tapi memang aku nggak mau."
Nessie masih memandangi Brad tajam ditengah keremangan. Belum mengatakan apapun untuk menanggapi cerita Brad.
"Sejak aku tolak, tante Yunita beberapa kali kirimin aku foto nggak senonoh, awalnya cuma foto selfie beliau dengan belahan dada yang agak sedikit kelihatan, lalu berlanjut dan mulai nggak karuan, aku pernah tegur sekali, tapi nggak dihiraukan sampai aku jengah sendiri." Brad menatap persis ke manik mata Nessie, wanita itu masih bergeming.
"Please, katakan sesuatu..." Brad menyentuh kedua lutut Nessie memelas, ia tidak tahan melihat Nessie diam seperti ini. Rasanya, Brad ingin mencium wanita itu keras-keras sampai mereka lupa diri. Tapi takut kalau Nessie akan semakin marah karena masalah mereka akan menggantung begitu saja.
"Ceritain pertemuan kamu sama dia tadi..."
"Nggak terjadi apapun, aku cuma bilang buat berhenti ganggu aku karena aku akan menikah. Aku bahkan udah blokir semua kontak yang bersangkutan sama dia, nggak peduli aku kehilangan relasi. Please, sayang... Ini cuma salah paham."
Nessie menghela nafas pelan, dia lega, walaupun tidak melihat atau mendengar secara langsung, Nessie merasa kalau pria itu jujur. Pancaran mata Brad tampak putus asa, dan begitu tulus saat memohon padanya.
"Nggak ada jaminan kalau kamu nggak bohong sama aku."
Brad langsung mengeluarkan phonselnya, menunjukkan daftar blokir pada Nessie, ia sudah tidak tau lagi harus berbuat apa.
"Sumpah, aku sama sekali nggak bohong, aku rela kamu apain aja kalau aku ketahuan masih berhubungan sama tante Yunita."
"Termasuk aku tinggalin?"
"Nes..." Brad menelan salivanya sendiri, "Okay, tapi selama bukan aku yang mulai, berarti bukan salah aku!" finalnya.
"Okay."
***
Brad bergelung nyaman memeluk Nessie. Akhirnya, setelah menjalani hari yang panjang, Brad bisa memeluk dan mengendus-endus aroma Nessie yang begitu ia rindukan. Pertengkaran mereka membuat hari berjalan terasa begitu lama.
"Balik ke kamar sana..." usir Nessie seraya menyingkirkan lengan Brad yang melingkari perutnya. Pria itu sudah rebahan disampingnya, sementara Nessie sedang menggambar diatas tabletnya.
"Seharian berantem bikin kangen," ujar Brad dan Nessie hanya memutar bola matanya jengah. Mereka bertengkar hanya bebebrapa jam, nggak sampai seharian, Brad berlebihan!
"Nggak enak sama Kiki, udah sana..."
"Kiki pasti ngerti kok, lagian aku nggak ganggu kamu kerja juga." Nessie menghela nafas pelan, menyerah mengusir Brad dari kamarnya.
Setelah menerima penjelasan dari Brad, Nessie memilih untuk turun dan makan, ia hendak membuat mie instan kuah dengan telur juga potongan cabai, tapi Brad menginterupsi dan mengatakan kalau dia sudah membeli makanan saat pulang tadi.
Nessie hanya bisa pasrah dan mengubur keinginannya untuk makan mie malam-malam. Atau Brad akan mengomel bahkan akan mengungkitnya sampai besok.
Mood bagusnya belum kembali, tidak ada yang dihasilkan selain coretan-coretan abstrak diatas layar tabletnya.
Nessie menghela nafas pelan, menaruh tabletnya diatas meja samping ranjang, tangannya beralih menyisir tambut Brad yang beberapa kali menggesek kulit pinggangnya yang sedikit terbuka.
"Lepas dulu... Aku mau tidur." Nessie menepuk lengan Brad yang melilit pinggangnya erat, pria itu hanya mengerang kecil san melonggarkan pelukan, membiarkan Nessie mengambil posisi nyaman untuk berbaring.
Karena kesulitan tidur, Nessie hanya memandangi wajah Brad seraya sesekali mengecup rahang tegas pria itu.
"Nanti kamu mau anak berapa." Random, Nessie tiba-tiba saja bertanya begitu.
"Hm?" Brad mengerjapkan matanya.
"Nggak jadi, tidur lagi aja." Brad memeluk Nessie semakin erat, menenggelamkan wajahnya di leher wanita itu.
"2 atau 3 kayanya cukup."
----
Hei... Long time no see.
Aku lagi dilema mau mengakhiri cerita ini seperti apa.Tapi semoga cepat selesai dan Maya bisa di uo secepatnya.
Semoga kalian suka.
Love, Bella PU
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .