Nessie terengah, meringkuk disudut sofa seraya memegangi bagian baju tidurnya yang telah robek. Ia ketakutan. Kalau saja Brad tidak turun dan mencegah semua ini terjadi, Nessie tidak tau besok ia akan seperti apa.
Brad memukul Prass membabi buta, bahkan Prass sudah tergeletak tak berdaya walaupun masih tetap sadar.
"Brad, stop..." bisikan Nessie bagai kalimat ajaib yang langsung menyadarkan Brad.
Brad beranjak dari tubuh Prass yang sudah lemas, sudut bibir dan hidung Pras bahkan berdarah.
"You okay?" Brad menggerutu pelan, pertanyaan itu sangatlah bodoh. Nessie jelas tidak baik-baik saja. Baju tidurnya sobek, air mata masih mengalir deras dipipinya, dan nafasnya masih memburu. Tampak sekali ketakutan.
Brad bersyukur dia segera bangun dan turun saat mendengar teriakan Nessie. Walaupun awalnya ragu karena ia pikir salah dengar, akhirnya Brad mengecek, memastikan kalau tidak terjadi apapun.
Lampu sudah sebagian dimatikan, dan ia harus mendekat untuk memastikan. Emosinya meledak seketika saat melihat Prass sedang menindih Nessie dengan satu tangan yang sudah berada di payudaranya.
"Bisa jalan?" tanya Brad dengan suara yang sangat amat pelan.
Nessie menggeleng, kakinya gemetar luar biasa, tubuhnya lemas, dan tidak ada yang bisa dia lakukan selain menangis.
Brad dengan sigap mengangkat tubuh Nessie, ia sama sekali tidak keberatan, menaiki tangga satu persatu dengan tubuh wanita ini dalam dekapannya.
"Jangan tinggalin gue..." seperti anak kecil, Nessie menarik karet celana Brad karena pria itu hanya mengenakan celana piyamanya malam ini. Tadi, Brad tidak sempat menggunakan kaosnya.
"Gue mau ambilin baju, trus ngurus Prass dulu, lo tunggu disini, gue bakal balik lagi, gue janji." Nessie ragu untuk melepaskan tangannya, tapi akhirnya mengangguk pelan.
Brad bukanlah orang yang suka ingkar janji.
Setelah mengambilkan gaun tidur panjang, Brad memandang Nessie sebentar sebelum turun untuk mengecek Prass.
"Jangan pukulin Prass lagi..."
"Setelah apa yang udah dia lakuin, lo masih belain dia?" tanya Brad dengan nada yang tinggi.
Nessie tersentak, dan menatap Brad dalam. Laki-laki itu sangat marah.
Nessie bangkit dari ranjang dan memeluk Brad, meredakan amarah pria itu. Tidak peduli dengan atasannya yang robek dan menunjukman bra merah yang masih dia kenakan.
"Sorry, bukan bermaksud belain Prass. Tapi dia mabuk, dia ngira aku Rahma..."
"Kita bahas ini besok, gue mau turun ngurus si brengsek dulu, ganti dulu bajunya..." Brad berusaha menatap mata Nessie. Berusaha menahan diri untuk tidak melihat lebih bawah lagi. Jangan bodoh Brad! bukan saatnya berpikir yang tidak-tidak.
Nessie akhirnya berbalik, membiarkan Brad untuk turun. Mengganti pakaiannya dengan gaun tidur panjang yang diambilkan oleh Brad. Ia menarik selimutnya, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Lampu masih menyala. Nessie hanya tidak bisa tidur dengan lampu mati, bahkan hanya redup.
Sejak kematian keluarganya, Nessie tidak pernah bisa tidur dalam kondisi gelap atau dia akan mimpi buruk dan akan terjaga sepanjang malam.
Saat matanya mulai terpejam, Nessie berjengit dan spontan bangun saat pintu terbuka. Brad disana, dan kini sudah mengenakan kaos polosnya.
"Sorry, kalau udah bisa tidur, aku tinggal." Nessie langsung menggeleng cepat. Dia tidak mau sendiri malam ini. Bayangan beberapa menit yang lalu terlalu menakutkan.
"Temenin..." Brad mengangguk dan menutup pintu kamar.
"Tidurlah, gue tungguin sampe lo tidur, baru gue balik ke kamar." Sekali lagi Nessie menggeleng cepat.
"Temenin, please... gue nggak mau sendirian malam ini," pinta Nessie memelas.
Butuh beberapa detik sampai akhirnya Brad mengangguk setuju, "Gue di sofa aja..."
"Brad!"
"Gue nggak bisa, Ness... Lo tau kalau gue..."
"Malam ini aja, please..."
***
Baru saja mata Brad terpejam, ia langsung membuka mata saat tiba-tiba Nessie mendekat dan memeluknya erat. Brad sudah menahan diri untuk tidak menyentuh Nessie lebih dari yang seharusnya. Tapi Nessie malah seolah membiarkan dirinya untuk disentuh lebih dari batasan persahabatan mereka.
Brad berusaha mengingat semua hal indah dihidupnya, untuk mengalihkan pemikirannya tentang betapa indahnya tubuh wanita disampingnya ini.
Brad... sudah lama sekali ingin melupakan hal ini. Tapi tidak bisa.
Nessie adalah satu-satunya wanita yang berhasil menghancurkan pertahanan kelelakiannya. Padahal, jauh sebelum berteman dengan Nessie, ia kerap berganti-ganti perempuan sampai-sampai Kiki mengecapnya sebagai Playboy.
Memang tidak salah, tapi hatinya tidak pernah berganti perempuan.
Nessie adalah yang pertama dan stau-satunya. Yang berhasil mengetuk hatinya, sekaligus yang telah mengambil keperjakaannya.
Sampai sekarang, Brad bahkan kerap membayangkan wanita itu kalau sedang bersolo ria.
"Brad?" suara pelan itu membuatnya merinding. mendadak seluruh tubuhnya menegang dan terjaga sepenuhnya.
"Jangan tegang gini."
***
Pagi ini, Rumah dihebohkan dengan Kiki yang baru saja datang dan langsung berteriak memanggil Prass.
"Tahan... Ki, dia pasti bingung bangun-bangun kamu marahin." Alvin cukup mengerti apa yang telah terjadi semalam. Subuh tadi, Brad menelfon dan menceritakan secara singkat tentang kejadian yang menimpa Nessie.
Kiki bahkan sampai mengajukan cuti dadakan dengan alasan sakit tadi pagi.
"Dia hampir perkosa sahabat aku, Mas!" sentak Kiki kesal.
"Ki..." suara Brad dari arah tangga memutus perdebatan mereka.
"Nessie dimana?" tanya Kiki cepat, dia khawatir mental Nessie akan terguncang walaupun Kiki cukup yakin Nessie akan baik-baik saja setelah semua hal yang telah terjadi dalam hidup wanita itu.
"Diatas, dia nggak mau ketemu Prass."
-----
Hari ini suram banget, dari pagi sampai jam segini masih grimis aja.
Ada yang dirumahnya gitu juga?Semoga part ini mampu menghibur kalian yang lagi suntuk dirumah.
Love, Bella PU
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomansaBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .