Sesampainya di Palembang, Brad bahkan memilih untuk tinggal di hotel daripada tinggal dirumahnya sendiri. Nessie tidak ingin Brad seperti ini, tapi sangat sulit memahami perasaan Brad karena ia sendiri tidak tau rasanya.
Ayah Brad menikah lagi, 4 bulan setelah ibu Brad berpulang. Nessie tidak tau bagaimana kronologinya, karena saat itu, mereka hanya sekedar berteman. Brad tidak mengatakan secara detail kejadiannya.
Saat itu mereka disibukkan dengan pendaftaran masuk Universitas, dan tiba-tiba saja Ayah Brad datang untuk kunjungan dan membawa seorang wanita muda disampingnya.
Nessie yang merasa canggung tentu saja langsung berpamitan. Tapi, keesokan harinya Brad datang ke kampus dengan wajah tanpa ekspresi, seolah ia tidak ingin ada orang yang tau masalahnya.
Kiki sempat menanyakan siapa wanita kemarin, dan dengan santai Brad menjawab 'ibu tiri'. Setelah itu, mereka cukup tau diri untuk tidak bertanya lebih banyak lagi.
"Kamu bisa istirahat disini, aku ke rumah sakit sendiri nggak papa kok..." Nessie menggeleng, menolak gagasan itu.
"Tunggu bentar, aku mau cuci muka, kamu! Jangan tinggalin aku." tunjuk Nessie pada Brad dengan wajah galaknya.
Brad menghela nafas pelan dan mendudukkan dirinya dibibir ranjang. Sedikit banyaknya, ia berharap Nessie ikut ke rumah sakit untuk membuatnya tetap sadar. Sampai saat ini, Brad bersyukur memiliki Nessie, walaupun sedikit merasa tidak enak karena merepotkan wanita itu.
"Kalau kamu ninggalin aku, sumpah... Aku bakal marah banget sama kamu!" suara itu membuat Brad berjengit pelan. Tanpa sadar ia melamun.
"Kamu serem kalau marah, jadi aku nurut aja..."
Brad memperhatikan Nessie yang sedang sedikit merapikan rambutnya, juga memoleskan lipstick tipis dibibirnya agar tidak terlihat terlalu pucat.
"Peluk dulu, aku butuh kamu..." Nessie tersenyum dan memeluk Brad erat. Pria itu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nessie. Walaupun jauh lebih pendek dari postur tubuhnya, Brad tetap menikmati tubuh kecil berisi milik Nessie sekaligus menghirup aroma Nessie dalam-dalam.
Ia ingat aroma ini, ini adalah wangi yang sama dengan hadiah parfum pemberiannya di ulang tahun Nessie beberapa bulan yang lalu.
"Udah... Ayo berangkat, nanti jam besuk habis..."
"Ya udah... Nggak usah jenguk!"
Nessie berdecak dan memukul lengan Brad pelan. Kalau begitu, apa gunanya mereka jauh-jauh datang kesini.
Perjalanan dari hotel menuju rumah sakit hanya butuh 15 menit dengan mobil, mereka memilih menggunakan taksi agar cepat sampai.
"Apa yang harus aku lakuin?" tanya Brad pada Nessie sesaat setelah mereka masuk kedalam lift yang membawa mereka naik kelantai dimana ayah Brad dirawat.
"Tanya kondisi Papa kamu dong, gimana sih!"
"Ya habis itu gimana?"
"Basa-basi sayang... Please deh!"
***
Nessie terhuyung saat tiba-tiba Brad menariknya, mencium dan memeluknya erat. Mereka masih didalam lift rumah sakit. Tapi entah kenapa Brad malah berbuat seperti ini.
"Kita masih di lift, Brad!" sentaknya pelan, seraya menjauh dari posisi mereka.
Tepat setelah itu lift terbuka, tampak seorang suster akan turun ke lantai bawah dengan membawa beberapa berkas ditangannya.
Nessie tersenyum kecil diantara kegugupannya.
"Gimana ketemu Papa?" tanya Nessie pada Brad.
"Nggak gimana, kamu berharap aku kaya gimana?" tanya Brad dengan suara pelan. Tangan mereka masih bertautan dan menuju cafetaria rumah sakit.
Tante Maya memaksa mereka untuk tidak kembali ke hotel terlebih dahulu karena beberapa keluarga besar ayah Brad sedang menuju ke rumah sakit untuk menemui pria itu.
"Jangan dingin gitu, apalagi nenek bela-belain datang cuma buat ketemu kamu..." Brad mengangguk pelan dan menekan lembut bahu Nessie agar duduk disalah satu bangku yang kosong sementara dia memesan makanan untuk mereka.
"Tunggu disini, jangan kemana-mana!"
Nessie menatap punggung Brad yang kian menjauh. Entah bagaimana cara menyatukan Brad dan ayahnya. Wajar kalau Brad marah karena ayahnya menikah lagi 4 bulan setelah kematian ibunya tanpa meminta izin pada Brad sendiri.
Keadaannya rumit, Nessie ingin mencoba, tapi takut kalau Brad merasa dirinya terlalu ikut campur dalam urusan pribadi pria itu.
Nessie menatap cincin yang melingkari jari manisnya. Semalam, dengan berurai air mata haru, Nessie mengangguk menerima lamaran sahabatnya itu.
Dan saat bertemu dengan Tante Maya juga Om Banu, Brad juga memperkenalkannya sebagai tunangan pria itu, Om Banu menyambutnya dengan senyum lebar diwajah pucatnya, begitu juga dengan Tante Maya yang spontan memeluknya dan mengucapkan selamat.
Sementara Brad hanya mengangguk kaku.
Nessie kembali tersenyum saat melihat Brad mendekat.
"Pesan apa?" tanya Nessie pada Brad yang membawa dua botol minuman dingin berukuran sedang untuknya dan untuk pria itu sendiri.
"Mie goreng, aku pilih menu paling aman buat kamu..." Nessie mengangguk pelan dan berujar terimakasih.
Sejak dulu, Nessie cukup sulit beradaptasi dengan tempat baru karena makanan. Lidahnya cukup sensitif sehingga ia memilih untuk makan makanan yang sering dia makan.
Maka dari itu, untuk liburan ditempat-tempat yang sangat baru, seperti ke luar negeri, dia harus berpikir ratusan kali untuk sampai pada keputusan final.
"Brad, Papa kamu nggak menanggapi apapun gitu soal pertunangan kita?"
Sebelum turun ke cafetaria, Nessie sempat meninggalkan Brad berdua dengan Om Banu untuk mengobrol, sementara dia keluar dengan tante Maya.
"Papa setuju, pasti. Lagian Menikah dengan siapapun, walaupun papa nggak setuju, aku tetap akan menjalaninya."
"Jangan begitu..." Tegur Nessie seraya cemberut.
"Papa ngucapin selamat, katanya pilihan aku adalah keputusanku, beliau akan setuju dengan apa yang aku pilih. Bahkan beliau senang punya menantu baik dan cantik kaya kamu." pipi Nessie bersemu. Ia tidak tau itu adalah kebenaran atau Brad hanya membual demi kesenangannya.
"Aku serius, Papa bilang gitu."
----
Sore... Weekend ini kalian ngapain?
Jalan-jalan atau baca novel atau nonton seharian.Semoga kalian suka part ini.
Love, Bella PU
![](https://img.wattpad.com/cover/241602915-288-k548510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .