Nenek Brad sudah berusia 80 tahunan, rambut beliau sudah memutih secara keseluruhan, masih mampu berjalan walaupun harus menggunakan tongkat atau dipapah oleh anggota keluarga lainnya.
Melihat semua keluarga Brad membuatnya iri. Mereka semua tampak merindukan Brad walaupun tidak bisa memilih antara Brad dan Tante Maya.
Nessie disapa oleh beberapa sepupu Brad dan adik tiri pria itu.
"Kak Nessie pacarnya Bang Brandon?" tanya Mikha si adik tiri yang sangat mirip dengan Om Banu versi perempuan.
"Iya, tunangannya malah." Nessie menunjukman cincin sederhana yang dihiasi berlian kecil diatasnya pada Mikha yang hanya menanggapi anggunakan pelan.
"Kenapa?" tanya Nessie yang nelihat kejanggalan dari ekspresi Mikha.
"Nanti kalau nikah sama Abang mau di Jakarta?" tanya Mikha lagi.
Nessie semakin bingung, kemana arah pembicaraan ini?
"Nggak tau, kakak baru dilamar semalam sama abang kamu, kami belum bahas masalah nikah mau dimana."
"Bisa nggak kakak bujuk abang supaya nanti nikah disini?" Nessie belum merespon apapun, dia bingung jika diminta demikian, "Semua orang antusias untuk ketemu sama Abang saat Mama telfon dan bilang Abang lagi disini, semua sayang Abang, bahkan Mama sekalipun, tapi abang seolah nggak mau ketemu kami, Mikha aja baru pertama kali lihat abang secara langsung, biasanya cuma dikasih liat foto abang yang ada di instagram sama Mama atau Papa."
Nessie mematung, sejauh itu 'jarak' Brad dengan keluarganya. Yang Nessie tau, Om Banu memang sekali datang ke Jakarta untuk bertemu dengan Brad, tidak tau kalau dia benar-benar kehilangan kontak dengan keluarga lainnya.
Saat hendak menjawab permintaan Mikha, Brad tampak membuka pintu dan bergerak kearahku.
"Nenek mau ketemu kamu."
***
Nessie menyandarkan dirinya kearah Brad, tengah malam mereka baru pulang ke hotel menggunakan taksi. Setelah mengobrol dengan para sesepuh termasuk adik dari Om Banu yang datang belakangan, Brad kembali diajak nongkrong keluar oleh para sepupunya.
Keluarganya memiliki bangak sekali anggota dengan suara tinggi. Awalnya Nessie tidak terbiasa, tapi akhirnya mengerti karena memang sudah menjadi ciri khas.
"Maafin aku..." Brad memeluknya didalam taksi, mengusap punggungnya.
Nessie sedikit kelelahan.
Penerbangan, lalu mengobrol dengan para orang tua yang tidak henti menanyainya sebagai calon menantu dikeluarga itu, lalu keluar dengan para sepupu membuat tenaganya terkuras.
"It's okay, kamu pasti kangen sama mereka." bisik Nessie yang masih mencari posisi nyaman dipelukan tunangannya.
Tunangan... Ia masih tidak menyangka status itu telah disandangnya dalam 24 jam ini.
"Aku bahkan lupa nama beberapa dari mereka..."
"Wajar lah, udah 10 tahun kamu nggak balik kesini, beberapa dari mereka pasti berubah dan kamu lupa, trus ada beberapa juga yang udah nikah dan punya anak..." kata Nessie seraya memejamkan matanya.
"Ada juga yang mau nikah..." Nessie tertawa pelan mendengar itu, Brad hanya menyebutkan dirinya sendiri.
"Itumah kamu!" membahas pernikahan, Nessie kembali teringat percakapannga dengan si kecil Mikha. Anak 10 tahun itu entah apa yang dipikirkannya sampai berani mengatakan itu pada Nessie yang bisa dibilang orang asing.
Ingin rasanya membahas hal ini dengan Brad. Tapi... Mereka baru bertunangan kemarin, takutnya Brad merasa kalau dirinya terlalu mendesak pria itu.
Nessie menghela nafas pelan tanpa disadari Brad. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk membahas pernikahan, nanti... Kalau Brad mulai membicarakan pernikahan mereka, Nessie akan sekalian membahas pernikahan mereka akan digelar dimana.
Malam ini, biarkan mereka beristirahat dengan pikiran yang lebih tenang.
***
Pagi ini Nessie tersenyum lebar saat mendapati email yang baru saja masuk. Dia sudah menantikan ini sejak beberapa bulan yang lalu tanpa orang lain ketahui.
Brad yang baru saja bangun, bingung melihat Nessie sudah senyum-seyum sepagi ini, bahkan Nessie sepertinya belum mencuci wajahnya atau menggosok giginya.
"Kenapa kamu?" tanya Brad seraya menarik bantal yang semalam Nessie gunakan untuk dipeluk karena dirinya masih cukup mengantuk dan lelah.
Siang ini mereka harus kembali ke Jakarta karena pekerjaan masing-masing dan sebelum itu, Nessie dan Brad memilih pamitan terlebih dahulu pada keluarga Brad.
"Wedding fashion show aku jadi, akhirnya..." Brad yang masih ngantuk awalnya belum menangkap, sampai akhirnya otaknya mampu mencerna kalimat Nessie dengan baik.
"Ohh... Wow, congrats, babe..." Brad bangkit dari tidurnya dan memeluk Nessie, ikut bahagia atas pencapaian kekasihnya.
"Thank you..." Nessie kembali menitikkan air matanya. Ia terharu dengan apa yang didapatkannya beberapa hari belakangan, Brad, lalu wedding fashion show yang sudah dinantinya sejak tahun lalu akhirnya bisa terlaksana dibulan depan.
"Kapan acaranya?" tanya Brad seraya mengecup kedua mata Nessie. Ia tau Nessue bukan menangis karena sedih.
"Tanggal 30 bulan depan..." Brad mengangguk dan mencatat baik-baik tanggal itu diingatannya. Dia akan berusaha keras untuk membantu Nessie sebisanya, meluangkan waktu menemani Nessie dimasa-masa sibuknya. Bukankah itu lebih berarti?
"Mana hadiah aku?" tanya Nessie yang masih menautkan kedua lengannya di leher Brad yang masih duduk diatas ranjang sementara dirinya berdiri dilantai berhadapan dengan Brad.
"Hadiah apa?" tanya Brad bingung, ia tidak menyiapkan apapun sebelumnya.
"Ini..." ciuman panjang itu membuat Brad tanpa sadar tersenyum kecil.
Brad menekan bagian belakang leher Nessie agar mereka semakin erat dan intim dalam sebuah ciuman.
Brad berharap kebahagiaan ini tidak berakhir begitu saja.
----
End.
Tapi boong.
Semoga kalian suka part ini.
Love, Bella PU.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomansaBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .