Brad mengangkat kepalanya dari bantal dan menoleh kearah Nessie yang tidur telentang. Padahal masih pukul 11, tapi wanita itu sudah terlelap dipertengahan film kedua yang sedang mereka tonton.
Kiki pamit untuk pergi karena teman kerjanya tiba-tiba mengajaknya untuk bertemu. Jadilah hari ini hanya ada Brad dan Nessie. Tapi Nessie malah sudah tidur, meninggalkannya nonton sendirian.
Brad memperhatikan Nessie sebentar sebelum kembali merebahkan kepalanya pada bantal kecil warna warni pilihan Kiki dan Nessie. Ia selalu berusaha menahan dirinya untuk tidak selalu memperhatilan Nessie diam-diam. Apalagi saat tidak ada orang dan Nessie sendiri sedang tertidur lumayan lelap.
Tangannya terulur, meraih tangan Nessie yang tergeletak disamping tubuhnya. Spontan, ibu jarinya mengusap jari jemari lentik Nessie. Dia selalu melalukan ini disetiap ada kesempatan. Dan dia selalu berharap kalau Nessie tiba-tiba bangun dan memergokinya.
Dengan begitu, Brad akan dengan mudah mengungkapkan isi hatinya. Rasa sukanya terhadap Nessie yang muncul entah sejak kapan.
"Brad..." suara parau wanita itu terdengar.
"Hm." bukannya panik dan langsung melepaskan tangan Nessie. Brad membiarlan saja. Dan sepertinya Nessie juga sudah tau kelalukannya.
"As always, usapan tangan lo tuh bikin nyaman. Jadi pangen tidur lagi." Nessie menggeralkan tubuhnya. Memeluk lengan telanjang Brad. Ini bukan pertama kalinya Nessie bermanja dengannya. Tapi kelakuan Nessie inilah yang selalu membuat jantung Brad berdebar kencang.
Ia macam anak bocah yang belum pernah pacaran.
"Ness, kalau Prass balik ntar dia salah paham," ujar Brad mengingatkan. Meskipun dia berharap Nessie tidak melepaskan dirinya dan menjauh.
"Udah, biarin aja."
***
Prass melayangkan ciuman singkat pada Nessie yang sedang membersihkan sisa-sisa makan malamnya dengan Brad. Laki-laki itu awalnya ingin membantu, tapi Nessie menolak. Toh cucian piring mereka tak seberapa banyak karena Prass baru pulang dan Kiki masih dikontrakan temannya dan sepertinya tidak bisa pulang malam ini.
"Kamu udah makan?" tanya Nessie tanpa menoleh kearah Prass yang kini sudah berdiri didepan lemari pendingin, meneguk air dingin langsung dari botolnya, "Jorok tau!" decak Nessie.
"Kelewat haus..." Prass tersenyum tanpa rasa bersalah dan mencomot apel kemudian berlalu, meninggalkan Nessie yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Biasanya, mereka akan berbagi tugas, tapi entah kenapa minggu-minggu ini semua orang dirumah itu sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Nessie mencium kening Prass dari belakang saat laki-laki itu duduk disofa dan sedang memainkan phonselnya.
Sekilas, Nessie melihat nama Rahma. Tapi dia memilih acuh.
"Jangan tidur kemaleman," pesannya dan berlalu meninggalkan Prass yang masih asik menggigit apel merah ditangannya.
Nessie menghela nafas pelan. Masuk kembali keruang kerja seharusnya Nessie sudah dalam kondisi siap untuk bekerja, secara fisik dan pikiran. Tapi kenapa Nessie malah duduk termenung didekat jendela dan memandang keluar.
Jendela ia biarkan terbuka agar angin sedikit masuk.
Sekali lagi, Nessie menghela nafas panjang. Beban berat terasa semakin menimpa bahunya.
Sepertinya memang tidak bisa dilanjutkan lagi.
Rahma... Nessie tau siapa wanita itu. Rahma adalah mantan gebetan Prass saat dirinya dan Prass belum 'pacaran', kala itu Rahma meminta Prass memilih, antara dirinya dan Nessie.
Rasanya terlalu kekanak-kanakkan. Seharusnya Rahma tidak perlu cemburu dengan kedekatannya dengan Prass kala itu.
"Kayanya ini emang tempat melamun terbaik." Tiba-tiba saja suara Brad begitu dekat. Ternyata laki-laki itu sudah duduk tidak jauh darinya. Sebatang rokok telah terselip diantara jarinya. Matanya tengah menerawang menatap keluar jendela.
Saking seriusnya melamun. Nessie bahkan tidak mendengar suara pintu terbuka.
"Brad..." Nessie memanggil laki-laki itu tanpa menoleh.
"Hm?"
"Lo tau yah? Prass dekat lagi sama Rahma?" Brad terkejut ditanya seperti itu. Dia bingung harus menjawab apa. Keduanya adalah sahabatnya.
"Lo... Sebenernya cinta nggak sih sama Prass?" tanya Brad untuk kesekian kalinya. Dia tidak pernah mendengar jawaban Nessie secara pasti. Dan ingin mendengar jawaban apapun itu secara langsung dari orangnya sendiri.
"Kalian udah menghabiskan waktu lama dengan sia-sia, udah saatnya kalian sadar..."
"Gue sepenuhnya sadar, Brad. Entah sejak kapan pastinya, tapi rasa buat Prass udah nggak ada lagi." Nessie menghela nafas pelan, "Gue cuma takut kehilangan kalian, termasuk Prass..." imbuh Nessie dengan suara bergetar.
Dia bukan sedih karena mungkin hubungannya dengan Prass akan segera berakhir. Tapi dia sedih karena, mungkin, setelah ini Prass akan menjauh dan hilang.
Sejak kehilangan orang tua beserta dua adiknya sekaligus. Hanya Prass, Brad dan Kiki yang selalu disisinya. Yang tidak munafik hanya karena kasihan pada hidupnya. Harusnya, Nessie mempertimbangkan dengan matang tentang hubungannya dengan Prass dulu. Seharusnya Nessie sadar kalau saat ini akan segera tiba.
"Prass nggak akan pergi kemanapun, Ness..."
"Nggak ada yang bisa jamin, Brad. Bahkan lo sekalipun."
-----
Semoga kalian suka part ini.
Love, Bella PU
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Roman d'amourBanyak temannya yang mengatakan kalau dia bodoh, dia tidak peduli, mereka hanya tidak tau rasanya kehilangan berkali-kali. . . .