33. Janji

1.2K 261 13
                                    

"Jadi ini yang katanya anak kesayangan Papa tapi nggak pernah peduli sama keluarganya sendiri." Sindiran itu muncul dari seorang pria yang kira-kira berusia 20 tahunan, pria yang Nessie lihat difoto tadi.

"Adhi!" tegur Tante Maya.

Brad beranjak dari duduknya, Nessie hanya bisa mengikuti dengan ikut berdiri disamping Brad, dengan tangan yang masih tertaut dengan pria itu.

"Saya datang kesini hanya untuk memberitahu kalau saya dan Nessie akan menikah pada tanggal 15 dua bulan lagi."

"Setelah lo nggak pernah muncul, tiba-tiba aja lo datang buat minta restu!" sewot si laki-laki yang di panggil Adhi itu. Nessie tidak cukup paham dengan silsilah keluarga Brad yang sesungguhnya.

Ia hanya tau kalau ibu Brad meninggal dan papanya menikah lagi. Dia sama sekali tidak tau siapa si Adhi Adhi ini.

"Saya tidak datang untuk meminta restu, saya hanya memberitahu hal ini atas paksaan calon istri saya. Kalau kalian mau datang ya silahkan, kalau tidak datang juga saya akan baik-baik saja."

Kalimat tegas itu membuat Nessie terkesiap. Bukan ini yang seharusnya Brad katakan. Pria itu sudah berjanji padanya untuk berbicara baik-baik dengan keluarga dan yang utama adalah ayahnya sendiri.

Prediksinya meleset tajam. Nessie pikir, dengan kedatangan mereka Brad dan ayahnya akan bisa jauh lebih baik walaupun mereka tidak dekat. Tapi seseorang yang sama sekali tidak masuk ekspektasinya merusak semua rencana yang sudah tersusun dikepalanya.

"Brad!" tegur Nessie pelan.

Brad bergeming, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun selain datar dan hampa. Nessie merasa tercabik-cabik. Sungguh, hidup Brad jauh lebih rumit dari kelihatannya.

"Aku udah nurutin semua keinginan kamu, kita pulang sekarang."

Nafas Nessie tercekat, Brad sudah sangat amat terluka.

"Brandon, setidaknya tinggallah sebentar..." suara tante Maya membuat langkah Brad dan Nessie terhenti. Nessie melirik kebelakang dan mendapati tante Maya yang tampak memohon dan tampak sekali ingin menangis, sementara Om Banu terlihat sangat-sangat terluka. Entah karena ucapan Brad atau karena hal lain yang tidak Nessie ketahui.

"Ayo..."

***

"Yang kamu, Kiki bahkan Prass nggak tau, saat menikah dengan Papa tante Maya itu adalah seorang janda cerai beranak satu." Nessie menelan salivanya sendiri mendengar cerita yang baru saja Brad ungkapkan. Ia tidak tau harus mengatakan apa.

"Aku akan terima kalau Papa menikah lagi setelah minimal 1 tahun setelah Mama berpulang, nggak 4 bulan juga. Semua itu, seolah-olah udah direncanakan sama Papa," imbuhnya dengan suara pelan.

Nessie beringsut memeluk Brad, sejak tadi, ia sangat ingin memeluk pria itu, memberikan semua energi positif yang dia punya.

"Bahkan Papa menikah tanpa seizinku."

"Kamu nggak pernah tanya alasan Papa menikah secepat itu?" tanya Nessie dengan suara pelan.

"Aku terlalu takut untuk tanya, kamu nggak liat seberapa mirip Adhi sama Papa?" tanya Brad.

Ingatan Nessie kembali pada beberapa jam yang lalu, saat ia berhadapan dengan Om Banu dan Adhi. Memang sedikit mirip, sedikit sekali. Nessie hanya tidak bisa menyimpulkan kalau hal itu dikarenakan mereka adalah ayah dan anak sesungguhnya. Siapa tau hanya kebetulan.

"Siapa tau cuma kebetulan kan," balas Nessie dengan suara pelan. Dia tidak bermaksud membela Om Banu, ia hanya berusaha mengungkapkan apa yang ada dikepalanya.

"Aku juga awalnya mikir begitu, sampai akhirnya Nenek bilang kalau Tante Maya itu mantan Pacarnya Papa saat mereka masih muda dulu."

Kali ini pikiran Nessie menjalar liar, pantas saja Brad sangat membenci keluarganya sendiri, termasuk ayahnya.

Siapapun yang ada diposisi Brad pasti akan memikirkan hal yang sama. Bahkan Nessie sekalipun.

Hal-hal buruk beranak pinak dikepalanya.

Nessie mencengkram kaos Brad semakin erat. Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana menjadi Brad selama ini. Bahkan pria itu tampak selalu baik-baik saja setiap harinya, dan tanpa keluarga, Brad mampu menjadi pria yang sukses dan mapan.

Nessie menangis, sesegukan.

Merasa bersalah atas ketidaktahuannya selama ini. Merasa menjadi sahabat yang bodoh, yang tidak tau apa-apa tentang sahabatnya sendiri.

"Hei... Kenapa kamu nangis?" tanya Brad yang panik melihat Nessie menangis keras.

Nessie menggeleng kecil dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Brad. Pria itu tentu saja bingung, panik dan khawatir.

Seharusnya yang menangis adalah dirinya, tapi kenapa Nessie...

Brad yang tidak tau apa-apa hanya bisa menepuk-nepuk pelan punggung Nessie yang masih menangis, sesekali dilayangkannya kecupan kecil dipuncak kepala wanita itu.

Entah berapa menit berlalu, Nessie telah berhasil mengontrol dirinya, wanita itu sesekali menarik ingus yang keluar hingga membuat Brad tertawa kecil.

Kalau sudah seperti ini, Nessie tidak jauh beda dengan anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan.

"Jangam ketawa..." wanita itu memukul pelan dada Brad dan mencondongkan tubuhnya mengambil tissue yang ada diatas nakas. Membersihkan sisa-sisa air mata dan ingus yang mendesak keluar.

"Kenapa kamu nangis?" tanya Brad pada akhirnya.

"Mulai sekarang, kamu harus janji sama aku. Kamu harus cerita apapun yang bikin merasa terbebani, nggak cuma itu, apapun yang kamu rasain, kamu harus cerita!" tegas Nessie dengan suara seraknya.

"Kenapa?" tanya Brad bingung.

"Jangan bikin aku merasa jadi tunangan yang nggak berguna ya, Brad! Mulai sekarang bagikan apapun yang kamu rasain sama aku, entah itu kesedihan atau kebahagiaan."

Brad tersenyum lembut. Ia paham sekarang.

"Okay, aku janji."

----

Rumit ya...
Aku pusing pas nulis ini.
Wkwkwkwk.

Ohh ya, ada cerita baru yang sedang dalam pengerjaan, menurut kalian aku up sekarang aja atau nanti, setelah cerita Brad dan Nessie selesai?

Di part berapa gitu, aku udah kasih sedikit gambaran tentang cerita baruku, kali ini aku bakal kasih liat cover + judulnya.

Love, Bella PU

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang