37...

73 9 0
                                    


Esoknya Arin sudah di hadapkan dengan laporan yang ia minta.
Sesuai, seperti yang ia perintahkan pada Olivia.

Ayahnya meninggal 8 tahun yang lalu, sedangkan ibunya tinggal terpisah dengannya dan dia memiliki saudari kandung perempuan. Penganut agama Kristen yang taat, Arin yakin yang terjadi pada Angel pasti sebuah kecelakaan. Tentang ia memiliki anak, yang bahkan belum jelas itu anak siapa.

Berumur 29 tahun yang mengartikan wanita itu melahirkan Jason saat berumur 24 tahun. Dan bekerja di perpustakaan, tempat itu tidak jauh dari tempatnya membeli eskrim saat itu.

"Apa ada detail lainnya?"

"Nona Angel dan tuan Alex sebelumnya sudah berpacaran selama dua tahun. Dia mengakhiri hubungannya dan bertemu tuan Evans di tahun berikutnya."

Arin membanting dokumen itu dengan wajah berkerut ia seakan hendak mempertanyakan sesuatu lagi.

"Dan dia hamil saat masih berpacaran dengan Evans?! Apa wanita itu bermain di belakang Evans! Dan Evans masih mencintai wanita jalang itu dan mau bertanggung jawab, aku pikir mereka semua sudah gila!"

Olivia menatap sedikit takut dan waspada, tadi sungguh mengejutkannya. Tapi ia mulai mengerti apa yang Arin maksud. Pada kenyataannya semuanya belum jelas. Sepertinya mereka bertiga harus di kumpulan untuk menceritakan yang sebenarnya karena, sungguh Arin sudah hampir kehilangan kesabaran. Olivia jadi penasaran pada hubungan bos nya terhadap mereka yang punya cinta segitiga.

Arin menarik nafas dan menghembuskannya, ia perlu menyelesaikannya dengan kepala yang dingin agar tak semakin rumit.

Olivia tersenyum sambil menghela nafas lega melihat Arin berusaha mengontrol emosi, setidaknya Arin akan lebih baik dan kalem dalam menanggapi ini.

Ia kembali meraih dokumen itu dan membukanya, ke lembaran yang selanjutnya dan ada sebuah foto yang menjadi awal kemarahannya muncul kembali.

Olivia sudah panik melihat potret Evans dan Angel yang di ambil secara sembunyi, itu foto yang mereka ambil kemarin.

Arin terdiam sejenak menatap benda itu.
Dan tanpa menunggu ia langsung meraih dan merobeknya lalu memasukkan ke dalam kotak sampah.

"Baiklah"
Arin sempat berdehem agar emosinya tak terdengar.
"Terimakasih Olivia, aku akan pergi beli eskrim sebelum kepalaku semakin panas"

Beruntung ia tidak semarah itu.

"Baik Miss"

Arin mengipasi wajahnya dengan tangan. Ia yakin pasti wajahnya memerah karena menahan amarahnya tadi. Arin sudah di dalam lift, dan sejak kemarin beruntung saja ia berhasil menghindari Evans. Ini demi kebaikan bersama, agar ia bisa mengambil keputusan dengan baik.

Pintu terbuka dan Arin keluar sambil mencari kunci mobil di dalam tas, ia tidak terlalu memperhatikan jalan.

"Arin?"
Seorang wanita menghadangnya dan memanggil namanya. Suaranya terdengar lemah lembut.

Arin langsung mengerutkan keningnya, rasa tidak suka jika bertemu dengan wanita ini, Angel.

"Ada apa?"
Tanya Arin berusaha tersenyum meskipun tak ikhlas.

"Apa aku bisa bicara dengan mu?"

Ini kesempatan bukan?

"Baiklah ayo"

Di samping apartemennya ada sebuah toko roti sekaligus cafe kecil. Semakin cepat mereka duduk dan bicara semuanya akan semakin jelas.

"Jadi apa yang mau kau bicarakan?"
Mata tajam Arin sedang dalam mode on. Spontan saja Arin melakukannya untuk beberapa keadaan, ini salah satu keadaan yang di maksud.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang