Marvin mulai mencari Wanda ke seluruh ruangan. Pria itu baru menemukan sang Istri di luar rumah, dengan tangan yang membawa sesuatu. Karena jauh, Marvin tak bisa melihat jelas apa yang dibawa istrinya. Dia kemudian membuntuti Wanda yang pergi ke belakang rumah.
Helaian rambut panjang wanita itu tertiup angin malam. Sedangkan tangan lentiknya, fokus memegangi beberapa tanaman yang ada di belakang rumah. Spontan, Marvin menyipitkan mata mencari tahu apa yang sedang Wanda lakukan. Namun, ketika Marvin hampir memergoki Wanda melakukan sesuatu. Tiba-tiba saja, Wanda berbalik ke belakang. "Kau sedang apa di sana?" tanyanya.
Marvin belum mengetahui apa yang Wanda lakukan, tapi dia sudah ketahuan lebih dulu. Mau tak mau, Marvin menunjukkan dirinya di hadapan Wanda. Pria itu berusaha bersikap normal, supaya Wanda tak tahu sedang dibuntuti. Namun, lagi-lagi Wanda berhasil menebak mulus apa yang sedang Marvin kerjakan.
"Pagi hari aku diawasi, siang hari diawasi, sore hari diawasi, bahkan malam hari pun aku diawasi, " kata Wanda.
Wanda menaruh sebuah tanaman berwarna ungu di tanah. Dia tersenyum tipis, sembari berjongkok mengamati bunga yang dia bawa. "Dik suami, jika kau ingin mengetahui fakta-fakta tentang diriku, tanya langsung padaku. "
"Tidak usah malu-malu. Aku dengan senang hati akan menjawab semua pertanyaanmu."
"Kita suami istri, sudah seharusnya kau bertanya langsung padaku. Bukan malah menyuruh orang lain mengamati gerak-gerik, atau bahkan membuntutiku seperti seorang penguntit, " lanjut Wanda.
Semua yang Marvin lakukan, berhasil Wanda bongkar di hadapan Marvin sendiri. Marvin berusaha tetap tenang, dengan senyuman kecut. Kedua lengannya bersilang di depan dada. Dia berdecak, sembari mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Di dalam otak Marvin, hanya terdapat satu pertanyaan. Bagaimana bisa Wanda mengetahui semua hal yang sedang Marvin perbuat? Marvin curiga, jika sebelum dia menyuruh para pelayan untuk mengawasi Wanda. Wanda sudah lebih dulu mengawasi Marvin.
"Jika ada yang ingin ditanyakan, tanyakan saja, " tawar Wanda. Wanita itu berdiri, kemudian berjalan pelan ke arah Marvin.
Di bawah sinar rembulan. Angin malam, menyapu lembut helaian rambut Wanda. Wanita itu tersenyum manis, dengan kedua tangan disilangkan ke belakang punggung. Berbeda lagi dengan Marvin yang tersenyum kecut. Dia tak mungkin menanyakan jika Wanda adalah vampir. Itu pun hanya berdasarkan pada mimpi yang hinggap di tidurnya akhir-akhir ini.
Marvin memilih untuk mengajukan pertanyaan lain. Dia bertanya, "Kenapa kau keluar di malam hari?"
Wanda mendongakkan kepala ke atas langit. Dia melihat langit gelap, yang tersinar cahaya rembulan. Kemudian Wanda memejamkan mata, sembari menjawab, "Aku tidak bisa tidur. "
"Tidak bisa tidur? Jadi ini alasanmu berjalan di halaman rumah pada malam hari?" heran Marvin.
Wanda menunjuk ke arah bunga ungu yang sedari tadi dia pegang. "Jika aku tidak bisa tidur. Aku biasa menghirup aroma lavender. Jadi, aku sengaja mencium aromanya di sini. "
Marvin tak percaya dengan ucapan Wanda, "Kenapa kau tidak memasang pengharum ruangan dengan bau lavender saja?"
Pertanyaan Marvin, dengan mudah dijawab Wanda. "Tidak bisa. Aku tahu, kau tidak suka baunya. Jadi, dibanding membuatmu tidak tidur nyenyak, aku memutuskan untuk menghirup tanaman lavender di sini."
Lagi-lagi, Wanda sudah tahu hal yang Marvin benci. Marvin mengernyitkan kening. Kenapa pengetahuan Wanda dan otaknya sangat berbeda jauh? Apa ini karena Marvin tak terlalu memedulikan biodata Wanda dulu? Atau apa?
Marvin tak tahu. Dia kemudian berkata, "Beli saja pengharum ruangan, kemudian tidur di tempat yang berbeda denganku. "
"Tidak mau, " jawab Wanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampire"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...