𓆩✩29. Menjaga✩𓆪

269 41 15
                                    

Malam itu, Marvin membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan sang Istri. Dunianya jatuh, tapi Wanda membungkusnya dengan pelukan hangat. Semua penglihatan Marvin pada Wanda berubah. Karena Wanda tak menunjukkan ciri-ciri berubah sedikit pun. Wanita itu tetap bekerja sebagai istri, tanpa menguras habis semua harta Marvin.

"Sebenarnya apa yang wanita itu inginkan?"

Hari demi hari terlewati. Mau bagaimana pun juga, Marvin harus menyambung hidupnya. Dia berjanji, akan membuat sang Kakek bangga, dengan terus mengembangkan perusahaannya.
Untuk itu lah, hari ini Marvin kembali bekerja seperti biasanya. Hanya saja, ketika cahaya matahari menyentuh kulitnya, Marvin berhenti berjalan. Dia melihat istrinya tengah menyiram semua tanaman yang ada di kebun.

Sinar matahari menyentuh helaian rambut Wanda, yang tersapu angin pagi. Sudut bibir wanita itu terangkat ke atas, dengan bibir yang menyenandungkan sebuah lagu. Setelah menyiram tanaman, dia berjongkok untuk memeriksa sebuah tanaman yang baru tumbuh.

"Akhirnya tanaman ini tumbuh juga," gumam Wanda.

Kening Marvin mengernyit, dia menyadari tanaman apa yang sedang Wanda sentuh. Tanaman itu adalah tanaman yang dulu dia tanam bersama Wanda. Namun, anehnya tanaman itu tumbuh dengan cepat, dibanding sayuran yang ditanamnya dulu.

"Tanaman apa itu?" gumam Marvin. Rasa penasaran memancing kaki Marvin untuk bergerak ke arah Wanda. Di depan wanita yang sedang berjongkok itu, Marvin berdeham beberapa kali.

Wanda mendongak ke atas. Bayangan sang suami menghalangi sinar matahari yang menyentuh kulitnya. Bola mata keduanya bertemu, sampai sudut bibir Wanda terangkat ke atas. Dia bertanya pada Marvin, "Apa kau membutuhkan bantuanku? Kenapa belum pergi bekerja juga?"

Marvin merotasikan bola matanya. Pria itu melirik ke arah lain, dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. "Aku hanya penasaran, tanaman apa yang sedang kau sentuh. Aneh saja, dia tumbuh begitu cepat."

Jari jemari Wanda menyentuh daun yang baru saja tumbuh. Dia tersenyum kecil, sembari mengelus daun itu berulang kali. "Nama tumbuhan ini adalah MW. Tanaman yang bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan hati yang terluka."

"Memangnya ada obat seperti itu?" tanya Marvin heran.

Wanda tertawa kecil. Dia menahan salah satu pipinya dengan tangan yang bertumpu pada paha. Setelah itu Wanda menjawab, "Tentu saja tidak ada, Dik suami. Aku hanya bercanda."

Marvin mendengkus. Dia tahu betul jika Wanda adalah seorang apoteker, tapi candaannya membuat dia malas bertanya lagi. Marvin kemudian melirik ke arah jam tangan. Dia akhirnya berbalik ke belakang. "Aku akan pergi bekerja," pamit Marvin.

"Kau tak berniat mencium keningku dulu?" tawar Wanda sembari merapikan helaian rambut yang menghalangi keningnya. Wanita itu berdiri, dengan senyuman lebar. Dia menunggu Marvin berbalik, dan mendaratkan satu kecupan di keningnya.

Sayangnya, Marvin malah menatap aneh ke arah Wanda. Dia berdecak beberapa kali. "Ya. Aku memang tak berniat melakukan itu," tolak Marvin.

Penolakan Marvin tak membuat senyum di wajah Wanda meluntur. Wanda sudah tahu jawabannya. Hanya saja dia ingin sedikit berbasa-basi dengan suaminya. "Jika ingin pulang, atau kau akan pulang terlambat, beritahu aku. Aku akan menyiapkan makan malam dan air mandi untukmu," tawar Wanda.

Wanda berniat berjongkok untuk memeriksa tanamannya. Namun, sebelum dia berjongkok, Marvin sudah lebih dulu menarik pergelangan tangannya. Pria itu merapikan helaian rambut yang menghalangi wajah sang istri, setelahnya dia mendekatkan wajah ke arah wajah Wanda. Hanya dalam hitungan detik saja, bibirnya sudah mendarat tepat di kening istrinya. Marvin menciumnya lembut, tapi sanggup membuat jantung Wanda berdetak kencang.

"Jangan menyiapkan makan malam untukku. Siapkan saja untukmu sendiri. Aku akan pulang terlambat malam ini," bisik Marvin. Kemudian Marvin berbalik ke belakang. Dia berjalan menjauhi Wanda, setelah membuat wanita itu terdiam seperti patung. Jantung Wanda berdetak kencang. Meskipun Marvin sudah beberapa kali menciumnya, tetap saja denyut jantungnya mengencang.

Wanita itu berjongkok, dengan tangan yang menyentuh dadanya sendiri. Selama ini dia sudah biasa menghadapi sikap kasar Marvin. Setelah sikap pria itu melembut, jantungnya belum bisa beradaptasi. Wanda menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia berusaha untuk menormalkan detak jantungnya.

Setelah di rasa tenang, Wanda kembali menyentuh tanaman di depannya. Dia menutup matanya, sembari berharap, "Tumbuhlah dengan cepat. Supaya aku bisa menjadikanmu obat untuk suamiku."

"Dia harus menjadi manusia normal kembali."

•••

Pekerjaan di kantor menumpuk setelah Marvin tidak masuk beberapa hari. Mau tidak mau, Marvin harus menghabiskan waktunya untuk memeriksa beberapa berkas penting. Dia juga harus bertemu klien, setelah pengunduran rapat miliknya. Semua pekerjaan dilakukan Marvin tanpa mengeluh sedikit pun. Dia ingin membuktikan, jika Cucu dari Kakek Adhitama bisa menggantikan posisi pemilik perusahaan ini.

"Banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan. Aku benar-benar akan pulang terlambat malam ini," gumam Marvin.

Marvin duduk di kursi kerjanya. Dia membuka dan membaca satu persatu lembar kertas yang ada di depan matanya. Terkadang kening Marvin mengernyit, karena ternyata tak banyak masalah setelah kepergiannya. Dia sempat bingung, kemudian salah satu pekerjanya memberitahu, "Tuan Juna, dia ikut membantu menambahkan ide promosi, dan gagasan untuk menambah keuntungan perusahaan."

"Sejak Anda tidak masuk, Tuan Juna banyak membantu kami semua," lanjutnya.

"Juna? Mau apa pria itu membantu? Bukannya tugasnya menjadi model iklan sudah selesai? Dia hanya tinggal mempromosikan produk di media sosialnya saja, bukan?" heran Marvin.

"Kami tidak tahu, Tuan. Tapi kami sangat terbantu dengan bantuan Tuan Juna. Jika bisa, Anda bisa memotong gaji kami, untuk membayar jasa Tuan Juna," lanjut pegawai.

Marvin mengeluarkan napas panjang. Dia mengurut keningnya, tak mengerti dengan apa yang telah terjadi. "Untuk apa pria itu ikut membantuku? Apa dia mengincar perusahaan ini juga?"

Untuk beberapa saat Marvin terdiam, sembari berpikir. Juna mengingatkan Marvin kepada Wanda. Bayangan Wanda dengan senyuman manis, dan tubuh menawan ikut hingga di dalam pikirannya. Akhir-akhir ini, karena Wanda selalu berada di sekitarnya, Marvin jadi terbiasa dengan kehadirannya.

"Kenapa juga wanita itu masuk ke dalam pikiranku. Aku tak ingin memikirkanmu. Pekerjaanku masih banyak," kata Marvin sembari  memikirkan hal lain.

Sebanyak apa pun Marvin mencoba menghapus Wanda dalam pikirannya, lagi-lagi ingatannya tentang wanita itu muncul. Marvin penasaran apa yang sedang wanita lakukan ketika dia bekerja? Apa dia sedang belanja sekaligus menghambur-hamburkan uang Marvin? Apa wanita itu tengah mencuri semua uangnya? Dia sedang berpura-pura baik? Entahlah, tapi mengingat suara tawa Wanda membuat jantung Marvin berdebar.

"Si*l, wanita itu mengangguku bahkan ketika dia tidak berada di depan mataku," gumam Marvin.

Marvin mencoba memfokuskan pikirannya. Dia memesan sebuah kopi, sebelum seorang pegawai masuk ke dalam ruang kerjanya. Orang itu berlari menuju Marvin. Dengan napas memburu, dia menunjukkan sebuah video ke depan Marvin. "Tuan! Ada yang aneh dengan kematian, Kakek Adhitama."

Mendengar nama sang Kakek disebut, Marvin langsung memelototkan matanya. "Apa maksudmu? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?!"

"Lihat video ini. Kemarin, istriku dan temannya sedang melakukan vlog mengitari seluruh kota ini. Mereka sempat merekam video di depan rumahmu, karena rumahmu bagus."

"Coba lihat, di dalam video ini ada taksi dan Kakek Adhitama yang keluar dari taksi itu. Artinya, Kakek Adhitama sudah kembali pulang ke rumah! Tapi anehnya, mayatnya malah ditemukan di jalanan hutan! Padahal dia sudah sampai ke rumah!"

Marvin langsung berdiri dari kursinya. "Apa video ini benar-benar nyata? Bukan sekadar editan?!"

"Tentu saja nyata! Ini belum diedit!" kata pegawai.

Marvin menyentuh kepalanya. Dia tidak ingat apa pun. "Aku harus mencari tahu, hal yang sebenarnya terjadi."

•••

MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang