𓆩✩34. Mitra Hidup✩𓆪

330 46 15
                                    

"Marvin, setelah tahu wujudku seperti apa. Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan menceraikanku?" tanya Wanda.

Padahal pertanyaan Wanda hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Namun, bibir Marvin kesulitan untuk membalas pertanyaan wanita itu. Bibirnya terbungkam rapat, sementara tangannya mengepal kuat. Marvin tak bisa menjawab, kemudian pergi begitu saja.

Pria itu meninggalkan Wanda yang terdiam, memandangi punggung sang suami menjauh. Wanita itu menaikkan sebelah sudut bibirnya. Dia mencoba menahan rasa sakit di hati. "Setidaknya dia tidak takut, atau kabur saat berada di dekatku," gumam Wanda.

Apa pun keputusan Marvin nanti, Wanda akan menerimanya. Lagi pula, tinggal selangkah lagi, untuk membebaskan Marvin dari dunia vampir. Setelah Marvin tak memiliki hubungan dengan vampir, Wanda pasti akan langsung pergi.

⚜⚜⚜

Di malam hari, Marvin berdiri di depan rumah sakit. Semua kenyataan yang tidak masuk akal, membuat pikirannya terbebani. Haruskah dia mengusir Wanda? Sekaligus menceraikan monster itu? Akan tetapi, Kakek Adhitama memintanya untuk tidak bermain-main dengan pernikahan. Lagi pula, Wanda tak pernah merugikan Marvin sedikit pun. Wanita itu selalu melayaninya sepenuh hati.

Namun, tetap saja kenyataan bahwa Wanda bukanlah manusia membuat Marvin tak sudi hidup seatap dengannya. Pada akhirnya, Marvin memutuskan untuk meninggalkan Wanda. Untuk sekarang, dia tak ingin melihat atau berdekatan dengan wanita itu. Pilihan terbaik untuk keselamatan nyawa Marvin, adalah pergi dari Wanda. Marvin pikir itu jalan terbaik.

Dengan pikiran kacau, dan detak jantung yang berdetak tak teratur. Akhirnya Marvin masuk ke dalam mobilnya. Dia segera keluar dari parkiran rumah sakit, meninggalkan seorang wanita yang berada di samping jendela. Wanita itu terdiam, dengan bola mata tertuju pada mobil Marvin. Tak ada sedikit pun niat, untuk berteriak meminta Marvin kembali di sisinya. Dia hanya mematung, menahan air mata yang ada di dalam matanya.

"Ya. Ternyata kau memilih untuk meninggalkanku."

Wanda merasakan jantungnya terenyut, sampai sebelah sudut bibirnya terangkat ke atas. Dia sudah tahu, Marvin tak akan sudi hidup dengannya, jika dia tahu wujud Wanda yang sebenarnya. Namun, Wanda masih saja berharap Marvin mau hidup dengannya. Padahal, sejak dulu Marvin tak mau hidup bersama Wanda, meskipun Wanda berwujud manusia.

"Kenapa rasanya sangat sakit? Apa ini semua karena aku tak tahu diri, dan mengharapkan cintanya?" Wanda menaruh telapak tangannya di depan dada. Rasa sakit ini semakin menjalar, hingga melumpuhkan semua saraf nadi Wanda.

Jika saja Wanda bisa pergi dari dunia ini tanpa penyesalan, Wanda akan melakukannya sejak dulu. Namun, saat ini tujuan Wanda masih belum tercapai. Dia masih harus menunggu sampai tanaman yang dia tanam bersama Marvin, tumbuh menjadi obat untuk menyembuhkan Marvin.

"Hidup suamiku harus normal, sebelum aku pergi," tekad Wanda.

"Bertahanlah sedikit lagi," pinta Wanda pada dirinya sendiri.

Di saat Wanda sedang merasakan rasa sakit menjalar ke semua tubuhnya. Marvin sendiri, merasakan kepalanya memusing. Pikiran pria itu tak bisa berkonsentrasi. Perlakuan lembut Wanda menghantui pikirannya saat ini. Apa yang salah dengan Wanda, sehingga Marvin berniat meninggalkan Wanda seorang diri? Apa Wanda pernah menyakiti Marvin sedikit saja?

Selama ini, Wanda tetap tersenyum meskipun Marvin membentaknya. Sekasar-kasarnya bahasa yang keluar dari mulut Marvin, Wanda tak pernah sekali pun membalas ucapan Marvin dengan bahasa kasar juga. Wanita itu selalu bersabar, melayani Marvin. Di setiap kesusahan yang Marvin hadapi, Wanda membantunya menyelesaikan masalah itu. Lalu sekarang, kenapa Marvin meninggalkan wanita itu hanya karena statusnya?

Apa Marvin takut reputasinya hancur? Atau semua ini terlalu tak masuk akal untuk dicerna otak? Marvin tak bisa menerima hal ini? Hei, apa kurangnya Wanda selain bukan manusia?

Setiap kali Marvin mengecup lembut kening Wanda, wanita itu tersipu dengan senyuman manis. Setiap kali, Marvin berbicara lembut, bola mata---yang bersembunyi di balik kacamata---tiba-tiba berbinar. Setiap kali, Marvin berterima kasih pada perbuatannya, pipi wanita itu memerah seperti kepiting rebus. Dia normal, tak ada yang salah dengannya.

"Sial! Wanda! Kenapa dia berani mengusik kehidupanku seperti ini!"

Marvin tak bisa fokus mengemudi. Pikirannya kacau, dengan keringat yang mulai membasahi keningnya. Tak ada yang bisa diharapkan dari hidupnya, ketika dia sudah kehilangan sang Kakek. Namun, ketika Wanda datang lalu menguatkannya, Marvin sudah mempunyai rencana untuk membangun rumah tangga yang utuh bersama wanita itu. Lalu sekarang? Semua kepingan harapannya sudah hancur, melebur menjadi satu. Tak ada lagi yang bisa Marvin harapkan dari hidupnya.

Tepat ketika detik masih berdetak. Marvin langsung memelototkan mata, melihat sebuah cahaya dari sebuah truk besar. Dia berusaha untuk menghindari truk itu, kemudian mengemudikan mobilnya sampai berbelok ke samping. Namun, hal ini malah membuat keseimbangan Marvin dalam mengemudi goyah. Pada akhirnya mobilnya menabrak sebuah pohon.

⚜⚜⚜

Marvin pikir insiden kecelakaan akan membuat dirinya menyusul sang Kakek. Namun, kenyataannya kecelakaan hanya melukai Marvin, tapi tak sampai merenggut nyawanya. Di pagi hari, Marvin masih bisa merasakan cahaya matahari menyentuh kulitnya. Dia juga masih bisa merasakan sentuhan lembut Wanda di tangannya.

Begitu matanya terbuka, Marvin menemukan dirinya berada di rumah sakit yang tadi malam dia tinggalkan. Tepat di samping ranjangnya, terdapat Wanda yang menutup kedua matanya erat-erat. Dia menggenggam salah satu tangan Marvin, kemudian mengecupinya berulang kali.

Wanita itu berharap, suaminya sadar. Lalu takdir mengambulkan keinginannya. Mata Marvin terbuka lebar, melihat Wanda membelakangi cahaya matahari.

"Wanda."

Kenapa Marvin baru menyadari, jika wanita di hadapannya begitu tulus mencintainya? Setelah Marvin meninggalkannya di rumah sakit seorang diri, wanita itu masih bisa menemani Marvin di ruang pasien. Padahal tubuhnya sendiri baru pulih.

Kelopak mata Wanda terbuka sedikit demi sedikit. Dia tersenyum tipis, melihat Marvin sudah membuka kelopak matanya lagi. Segera saja, Wanda melepas pegangan tangannya pada tangan Marvin. Dia mendekat pada suaminya, kemudian menyentuh kening dan pipi Marvin. "Kau sudah bangun. Apa kepalamu masih sakit? Atau ada bagian tubuhmu yang masih terasa sakit?"

"Dokter bilang ini bukan kecelakaan besar, tapi kau tetap harus beristirahat," pesan Wanda.

Marvin memalingkan wajahnya. Dia menatap ke arah jendela besar yang ada di samping ranjangnya. Tepat di depan jendela itu, terdapat wajah Marvin yang dipenuhi bekas luka beserta sebuah perban di lengan. Untuk saat ini, Marvin masih bisa merasakan rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Dia bahkan kesulitan menggerakkan satu jari pun. "Kenapa kau masih memedulikanku, padahal aku kemarin berniat meninggalkanmu."

"Sejak awal menikah, aku sudah terbiasa dengan perlakuanmu. Jadi ini bukan hal aneh lagi bagiku. Aku akan selalu memedulikanmu, karena kau suamiku,"  jelas Wanda.

Marvin tak bisa berkata-kata lagi. Dia tak tahu, harus mengucapkan permintaan maaf seperti apa pada Wanda. Namun yang pasti, Marvin berusaha untuk menggerakkan lehernya ke arah Wanda lagi. Dengan mata yang tertuju pada bola mata jernih Wanda, Marvin mengaku salah, "Maaf."

Hanya perkataan singkat yang langsung membuat Wanda tersenyum senang. Wanda mengusap air mata yang hampir jatuh ke pipi. Dia melebarkan senyumannya, kemudian memberitahu, "Dokter bilang, jika kau bangun dan merasakan rasa sakit, aku harus melaporkannya pada dokter. Supaya dokter bisa menyembuhkanmu."

Marvin bersusah payah untuk mengangkat sudut bibirnya ke atas. Dia ingin meraih pipi Wanda, kemudian menghapus bekas air mata di pipi sang istri. Namun, jari jemarinya tak memiliki tenaga untuk melakukan hal itu. Pada akhirnya, Marvin hanya bisa meminta, "Kemarilah, dekatkan kupingmu pada bibirku. Aku akan membisikimu sesuatu."

Karena volume suara Marvin yang sangat kecil, Wanda menurut pada permintaan sang suami. Dia mendekatkan wajahnya pada bibir sang suami. Namun, setelahnya Marvin kembali berbisik, "Lebih dekat lagi."

•••

MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang