𓆩✩17. Masalah Biasa (⚠)✩𓆪

473 48 15
                                    

Marvin sudah susah payah, makan siang bersama wanita lain, hanya untuk memanas-manasi Wanda. Namun, Wanda tidak kunjung muncul ke perusahaannya. Hal ini membuat Marvin merasa kesal. Terlebih, ketika mengetahui alasan Wanda tidak membawa makan siangnya, seperti biasa.

"Nyonya Wanda pergi, menemui Tuan Juna. Itu pun atas izin Kakek Adhitama, " kata salah satu mata-mata Marvin.

Sumpah, Marvin tidak bisa menahan rasa kesal yang memenuhi pikirannya. Dia meremas tisu, kemudian berdiri dari kursinya. Tanpa menyentuh makanan, atau berpamitan pada Natasha, Marvin langsung kembali bekerja lagi.

"Aku sudah membuang-buang waktu berhargaku untuk makan bersama wanita lain, tapi target sasaranku ternyata tak datang melihatnya."

"Aku melakukan hal yang sia-sia, " gerutu Marvin.

Seumur-umur, Marvin paling tidak suka jika melakukan kegiatan yang tidak menghasilkan apa-apa. Lalu kali ini? Marvin melakukan hal tak berguna hanya untuk memanas-manasi Wanda saja. Ini benar-benar lelucon yang sangat tidak lucu. Oleh sebab itu, dibanding terus memikirkan Wanda, Marvin memutuskan untuk fokus kembali pada pekerjaannya.

•••

Sinar matahari sudah mulai menghilang, digantikan cahaya rembulan. Ketika malam tiba, Marvin menginjakkan kaki di rumah besar miliknya. Sebenarnya pekerjaan Marvin sudah selesai sejak sore, hanya saja Marvin terlalu malas untuk kembali pulang atau bahkan bertemu dengan Wanda.

Baru saja Marvin memasuki kamar miliknya, dia sudah disambut oleh aroma dari buah jeruk. Pria itu mendengkus, dia menduga jika Wanda baru saja mengganti pengharum ruangan, seenak hatinya. "Tampaknya wanita itu mempunyai banyak waktu luang, sampai cukup membagi waktu untuk melakukan segala hal di dunia ini. "

Bola mata Marvin menelusuri kamar miliknya. Keadaan kamar ini selalu terawat, itu pun atas permintaan Marvin pada pelayan rumahnya. Namun sekarang? Para pelayan tak ada yang berani menginjakkan kaki selangkah saja ke tempat ini. Karena Wanda sudah lebih dulu, memastikan jika kamarnya selalu bersih.

"Kau baru pulang? Mandilah lebih dulu, lalu datanglah ke meja makan. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi, sekaligus makan malam, " kata Wanda yang muncul dari arah toilet.

Wanita berkacamata itu mengenakan piama tipis, yang melilit tubuh rampingnya. Dia tersenyum, sembari membawa sebuah handuk untuk diberikan kepada Marvin. Namun, sebelum handuk itu berada di tangan Marvin, Marvin mengajukan satu pertanyaan, "Kau tadi siang pergi ke mana?"

Pertanyaan Marvin membuat Wanda menundukkan kepala, sembari mengelus handuk di tangannya. Sudut bibir wanita itu terangkat ke atas, kemudian menatap langsung ke arah mata Marvin. "Jangan berpura-pura tidak tahu. Seharusnya kau sudah tahu, aku pergi ke mana. Bukannya mata-matamu selalu mengawasiku?"

Perkataan Wanda memang tak salah. Hanya saja, Marvin ingin mendengar langsung dari Wanda. Pria itu tersenyum kecut. "Aku sudah menyuruhmu untuk tidak menemui Juna, tapi kau tidak mendengar ucapanku."

Wanda menghela napas panjang. Dia memberitahu, "Jangan salah paham. Aku bertemu dengan Juna, untuk membicarakan tentang kontrak kalian. "

"Juna bilang, dia menyukai bekerja sama denganmu. Terlebih lagi, kau memperlakukannya dengan baik, " lanjut Wanda.

"Sebagai ucapan terima kasihku kepada Juna, aku juga memasak makanan favoritnya ketika di panti dulu, " ungkap Wanda senang.

Marvin mendengkus. Dia merampas handuk yang ada di tangan Wanda. Bola matanya berperang dengan milik Wanda. Dia menyindir, "Kau tampaknya lebih memilih untuk menyiapkan makanan orang lain, dibanding menyiapkan makan siang untuk suamimu sendiri. "

MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang