Natasha, artis cantik berbakat, yang sayangnya terkena skandal aborsi. Awalnya Marvin ingin menjadikan Natasha sebagai brand ambassador Perusahaannya. Sayangnya, setelah wanita itu terjerat skandal. Marvin akhirnya memutuskan kerja sama di antara keduanya.
"Tuan Marvin! Kau tidak bisa memutuskan kerja sama kita begitu saja!" Natasha berteriak, sekaligus memberontak dari genggaman satpam. Wanita itu baru terdiam, ketika Marvin datang menghampirinya tanpa rasa bersalah.
Marvin mengernyitkan kening. Dia melihat Natasha dari bawah hingga ke atas. Setelah menarik kesimpulan, Marvin memperingati, "Pergi dari tempat ini. Sebelum aku marah. "
Natasha tak terima dengan apa yang Marvin ucapkan. Dia masih memelototkan mata, berniat memeras Marvin. Hanya saja, ketika bibirnya ingin berkata-kata, Marvin sudah lebih dulu berucap, "Aku tidak akan memutuskan kerja sama, jika kau tidak kabur dari masalahmu begitu saja. "
"Sadari kesalahanmu sendiri, sebelum menyalahkan orang lain, " lanjut Marvin.
Tanpa mendengar apa yang Marvin katakan. Natasha menggigit lengan satpam yang memegangi pergelangan tangannya. Wanita itu kemudian berlari ke arah Marvin. Dia menarik kerah baju Marvin, kemudian menggerutu, "Aku tidak bersalah! Semua skandal yang menimpaku palsu. Kenapa kau juga tidak memercayaiku! Padahal kau yang dulu mengemis supaya aku bekerja denganmu!"
Sorot mata Marvin menajam. Dalam satu tarikan, Marvin berhasil menahan pergelangan tangan Natasha. Kedua matanya memelotot, menunjukan tatapan tak bersahabat. "Aku tidak peduli pada masalahmu. Tampaknya otakmu sudah tidak waras."
Dari kejauhan, Wanda menyilangkan tangan di depan dada. Terkadang, wanita itu membenarkan kacamata yang merosot jatuh ke hidung. Wanda masih terdiam, melihat Marvin menggertak pada wanita lain. Dia sekarang mulai mengerti, jika Marvin memang tak peduli pada perasaan orang lain.
Awalnya Wanda ingin membiarkan kejadian yang ada di depan matanya. Namun, darahnya tiba-tiba mendidih, ketika melihat Natasha jatuh pada pelukan suaminya. Wanita itu mendadak pingsan, lalu Marvin menangkap tubuhnya dengan sempurna. Senyuman tipis terlukis di wajah Wanda. Wanda akhirnya bergerak, melangkah menuju sang suami.
"Merepotkan, " kata Marvin, kemudian memanggil satpam untuk membantunya mengangkat tubuh Natasha.
Tepat ketika Marvin melirik ke arah samping, dia sudah menemukan Wanda dengan senyuman aneh. Wanita itu berkata, "Tunggu. Kau tidak perlu ikut menggendongnya, Dik suami. "
Tangan Wanda menyentuh pergelangan tangan Marvin. Wanita itu menelusuri setiap urat yang menonjol dari balik kulit, kemudian berbisik, "Turunkan wanita ini, aku akan membuatnya sadar. "
Sadar diri lebih tepatnya. Wanda menurunkan sudut bibirnya. Wanita itu kemudian mengambil sebuah balsam dari tasnya. Tanpa izin siapa pun, Wanda membuka tutup botol, kemudian mengarahkannya pada Natasha. Tak butuh waktu lama, untuk membuat kelopak mata Natasha terbuka lebar. Wanita itu terbatuk, kemudian menatap Wanda dengan tatapan tajam. "Kau!"
Wanda tersenyum, setelah Natasha membuka matanya. Dia kemudian menutup tutup botol, dan memasukkannya lagi ke tas. "Sudah sadar. Sekarang menjauhlah dari pelukan suamiku, Nona. "
Kedua satpam bergerak untuk menggenggam erat pergerakan tangan Natasha. Keduanya berniat mengusir wanita itu. Namun, sebelum mereka menyeretnya, Wanda tiba-tiba menahan Natasha. Wanita itu berbisik di telinga Natasha, "Harus kuakui, jika aktingmu memang sangat bagus. Kau pantas mendapatkan gelar artis berbakat, jika tidak tersandung skandal aborsi. "
"Hari ini aku membiarkanmu, karena aku menoleransimu. Kau pasti merasa stres, setelah terkena skandal, " lanjut Wanda.
Natasha tak bisa membalas kata-kata Wanda. Dia hanya bisa berteriak, sekaligus memberontak. Tubuhnya diseret paksa, tanpa rasa hormat sedikit pun. Hal itu membuat Marvin penasaran, dengan apa yang dibisiki Wanda pada Natasha.
"Obat apa itu? Dari baunya, itu bukan balsam biasa, " kata Marvin, sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Wanda terdiam. Sorot matanya masih asik mengamati punggung Natasha menjauh dari pandangannya. Setelah memastikan jika wanita itu telah pergi, Wanda kemudian melihat ke arah Marvin. "Tentu saja bukan balsam biasa. Ini adalah balsam termahal yang ada di apotek. Aku membelinya dari hasil kerja kerasku. "
Kerja keras. Ketika mendengar kata itu diucapkan, Marvin langsung memerhatikan penampilan Wanda dari bawah hingga ke atas. Kata 'kerja keras' memang tak pernah hilang dari kepribadian Wanda. Wanita itu selalu rajin bekerja, sampai tujuannya tercapai. Dalam hal ini, Marvin merasa keduanya mempunyai kesamaan.
Sayangnya, Marvin tak akan membiarkan Wanda menang dalam tujuan hidupnya. Pria itu melihat ke arah apa yang Wanda lihat. Dari tadi, Wanda menunjukkan senyuman tipis, ketika sedang membantu Natasha. Namun, Marvin merasa senyuman itu tidak tulus diberikan Wanda. Apalagi ketika Wanda tidak suka, saat Marvin menggendong wanita lain. Memikirkan hal ini, membuat, Marvin tersenyum lebar.
"Tampaknya aku tahu, bagaimana cara membuatmu menderita."
•••
Hari-hari berlalu. Semakin Marvin tinggal bersama Wanda. Semakin Marvin hapal pada kebiasaan wanita itu. Tepat ketika jam makan siang, Wanda selalu datang ke kantornya dengan kotak bekal. Perlu Marvin akui, jika masakan Wanda tidak seburuk yang dia duga. Terkadang, Marvin memakannya, ketika Wanda sudah pergi.
Kebiasaan ini, dipakai Marvin untuk membuat Wanda marah. Tepat ketika jam istirahat, Marvin mengundang salah satu wanita cantik ke dalam kantornya. Dia berniat mengajak wanita itu makan siang bersama, sekaligus memanas-manasi Wanda. Hanya saja, wanita yang Marvin dapatkan untuk memanas-manasi Wanda, malah Natasha.
"Tidak ada wanita yang berani duduk bersama Anda. Mereka takut kepada Kakek Adhitama sekaligus istri Anda. Hanya Nona Natasha saja, yang berani menyanggupi keinginan Anda, " kata salah satu pekerja.
Marvin tak percaya, jika dirinya mengundang orang yang telah dia usir tanpa hormat. Awalnya Marvin tidak setuju, tapi mengingat dari ekspresi Wanda saat bertemu dengan Natasha, membuat Marvin akhirnya memilih untuk makan siang bersama wanita itu.
"Aku penasaran, apa reaksi wanita itu ketika aku makan siang bersama wanita lain. Apa dia akan marah-marah? Mengadu pada Kakek, atau bersikap seperti orang gila?" gumam Marvin, ketika memikirkan ekspresi yang akan muncul di wajah Wanda.
Saat jam Istirahat dimulai, Marvin duduk di kursi yang telah disiapkan. Dia sengaja, menaruh dua kursi saja, supaya Wanda semakin mencurigainya berselingkuh. Hal itu membuat kening Natasha berkerut bingung. Wanita itu bertanya, "Kau baru mengusirku beberapa hari yang lalu, tapi sekarang? Kenapa kau kembali mengajakku bekerja sama?"
Marvin tersenyum kecut. "Jangan banyak bertanya, dan ikuti apa yang aku inginkan. Lagi pula, kau butuh uang bukan?"
"Sekarang karirmu hancur, jadi yang kau bisa lakukan dengan bakat aktingmu adalah menuruti apa yang kumau, " peringat Marvin.
Natasha menatap tak percaya ke arah Marvin. Pria yang tak peduli pada orang lain itu, kini sedang menawarinya pekerjaan aneh. "Aku sedang terjerat skandal, dan reputasiku buruk. Apa kau tidak takut, ada seorang reporter yang menemukan kita bersama, lalu membuat rumor tentangmu. "
"Tidak masalah. Aku tinggal mengatakan jika aku sedang memutuskan hubungan kerja sama, sekaligus mengasihani wanita malang ini, " kata Marvin.
Akhirnya Natasha diam tak bersuara. Wanita itu pasrah, ketika Marvin menyuruhnya untuk makan siang bersama. Tak ada hal romantis yang terjadi di antara keduanya. Padahal Marvin mengatakan pada Natasha, untuk berpura-pura bermesraan.
Sepanjang makan siang, hanya Natasha saja yang fokus pada makan siang. Sementara Marvin, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Pria itu mencari-cari sosok sang istri, yang selalu datang pada jam makan siang.
Marvin menunduk, melihat ke arah jam tangan di pergelangan tangannya. Dia sedikit mengernyitkan kening, karena jam sudah menunjukkan berakhirnya jam Istirahat. "Ke mana wanita itu. "
Karena rasa penasaran yang tak tertahan. Marvin akhirnya mengambil ponsel yang ada di sakunya. Dia menelepon bawahannya, untuk memeriksa apa yang sedang Wanda lakukan. Namun, ketika Marvin tahu apa yang dilakukan Wanda. Pria itu langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat.
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/313042502-288-k961496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampire"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...