Sekali lagi, perbuatan Marvin menghianati perkataannya. Marvin sudah berulang kali mengatakan jika dia tidak cemburu. Namun, sejak bibirnya menempel dengan sang istri, Marvin tak tahan untuk mendominasi Wanda. Pria itu tidak membiarkan sang istri meledeknya lagi. Dia berusaha keras, untuk menutup rapat-rapat bibir Wanda.
Lama kelamaan, Wanda akhirnya membiarkan sang suami mengambil salah satu haknya. Wanita itu menutup kelopak matanya pelan, ketika jari jemari Marvin mengusap punggungnya. Tak ada penolakan atau hambatan ketika bibir keduanya bertemu. Wanda hanya merasakan perasaan bahagia, karena sudah menunaikan salah satu kewajibannya.
Ketika Marvin hanyut dalam penyatuan bibir. Dia tiba-tiba berhenti menyatukan bibir keduanya. Tangannya langsung mendorong Wanda menjauh dari tubuhnya. Dadanya naik turun, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Marvin mengurut keningnya. "Apa-apa yang sudah aku lakukan. Ini tidak boleh terjadi, " gumam Marvin mencoba untuk berpikir jernih.
Wanda mengusap bibirnya sendiri. Dia tersenyum, menunjukkan wajah merah tersipu. "Hari ini aku mendapatkan ciuman dari suamiku. "
Marvin melirik ke arah Wanda. Dia berdecak beberapa kali. Wanita itu tidak marah, ataupun menampar Marvin. Wanda malah tersenyum manis, sembari memegangi bibir bawahnya sendiri. Sementara Marvin terus mengurut keningnya. Kenapa juga dia tidak bisa menahan diri, untuk tidak mencicipi bibir milik istrinya? Padahal Marvin sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk tidak menyentuh Wanda sedikit pun.
"Lupakan kejadian yang baru saja terjadi, " peringat Marvin, kemudian pergi menuju meja makan.
Pria itu meninggalkan Wanda yang tak peduli dengan peringatannya. Wanda masih tersenyum, sesekali tertawa kecil. Dia menggeleng-gelengkan kepala, melihat punggung suaminya yang mulai menghilang dari pandangannya. "Bagaimana bisa aku melupakan kejadian yang baru saja terjadi?"
"Jika pun aku harus memakan pil penghilang ingatan, aku tak akan mau melupakannya. Ini ciuman langka, " kata Wanda tersenyum kecil.
•••
Di meja makan, tersedia banyak makanan yang sudah Wanda sediakan khusus untuk Marvin. Awalnya, Marvin duduk di kursi seorang diri. Dia berniat mencicipi masakan sang istri, tapi tiba-tiba seorang kakek muncul dengan tongkat di tangannya. Tongkat itu, dia arahkan ke tangan Marvin yang akan mengambil makanan. Setelahnya, Kakek Adhitama berkomentar, "Tidak ramah. Kenapa kau makan sendiri? Ke mana istrimu?"
Marvin melirik ke samping. Dia memberitahu, "Aku lapar, Kek. Biarkan aku makan malam. "
"Begitu juga dengan istrimu! Dia sedari tadi menunggumu pulang, dan menyiapkan makanan khusus untukmu! Kakek sudah memintanya makan, tapi dia menolak karena menungguimu!" jelas Kakek Adhitama.
Marvin menurunkan sudut bibirnya. Untuk saat ini, Marvin tak ingin bertemu dengan Wanda. Bayangan saat bibir keduanya bertemu, terus memenuhi benaknya. Marvin masih belum rela, ketika nafsunya tiba-tiba mengambil alih tubuhnya. "Aku tidak pernah menyuruh dia menungguku, untuk makan sendiri. Jika dia lapar, dia pasti akan makan. "
"Apa yang dikatakan suamiku memang benar, Kek. Aku sedang melakukan diet sehat. Suamiku tak perlu menungguku makan, " kata Wanda yang tiba-tiba berjalan ke arah meja makan.
Suara Wanda membuat niat makan Marvin terganggu. Sebisa mungkin Marvin tak peduli. Dia mengambil sendok, kemudian menyendok sup yang ada di depannya. Namun, sebelum Marvin mengambil lagi makanan, Wanda sudah lebih dulu mengambilnya. Tanpa permisi, wanita itu membantu Marvin mengambil makannya. "Biar aku saja, " kata Wanda.
Marvin mendengkus. Dia berbisik, "Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri. "
Wanda tak peduli. Jari jemarinya masih setia mengambil beberapa makanan, kemudian mendekatkannya dengan piring Marvin. Hal itu membuat Kakek Adhitama tersenyum. Pria tua itu berkata, "Nak Wanda. Kenapa kau harus melakukan diet segala? Apa dokter yang menyuruhmu melakukannya?"
Sebuah senyuman tipis muncul di bibir Wanda. Wanita itu menyipitkan mata, kemudian menggeleng pelan. "Tidak. Wanda hanya ingin menurunkan berat badan sedikit."
Kakek Adhitama menggelengkan kepala. "Jangan lakukan diet seperti itu. Makanlah bersama Marvin. Kau sudah sangat kurus, Nak Wanda. Perhatikan juga kesehatanmu sendiri. "
Wanda menundukkan kepala. Dia kemudian membalas, "Kakek, jika berat badanku terus bertambah, aku takut ... suamiku melirik wanita lain. "
Balasan dari Wanda membuat Marvin terbatuk. Wanita ini memang pengadu nomor satu. Marvin mengepalkan kedua tangannya. Dia mendongak ke arah Wanda yang berdiri di sampingnya. Di balik kepala Wanda yang menunduk, tersembunyi sebuah senyuman menantang.
"Jangan khawatir. Kakek tidak akan membiarkan pria itu dekat dengan wanita lain. Jika dia menyakiti hatimu, Kakek tak akan segan-segan mencabut semua warisan untuknya, " ancam Kakek Adhitama.
Sumpah, Marvin benar-benar kesal dengan wanita pengadu ini. Namun, rasa kesal itu berubah menjadi perasaan aneh. Marvin tak sengaja, menurunkan pandangannya sampai ke bibir Wanda. Bibir wanita itu membuat Marvin memalingkan wajah ke arah lain. Dia lagi-lagi teringat pada kejadian yang tadi terjadi.
"Sebenarnya cucu Kakek itu Marvin atau Wanda? Kenapa Kakek sangat memedulikan Wanda?" gumam Marvin kesal.
Marvin kemudian berdeham. Dia menatap sang Kakek, lalu berkata, "Kakek tenang saja, aku tidak mempunyai waktu luang untuk berselingkuh."
"Tapi, aku khawatir, jika istriku lah yang akan berselingkuh dariku. Apa Kakek tidak ingin mengancamnya juga?" tawar Marvin.
Penawaran dari Marvin membuat Wanda tersenyum manis. Wanita itu tertawa kecil, begitu juga dengan Kakek Adhitama yang ada di seberang kursi Marvin. Wanda mengangkat wajah, menatap ke arah Kakek Adhitama. Wanita itu menebak, "Tampaknya suamiku masih cemburu, setelah Wanda bertemu dengan Juna. Padahal, Kakek juga sudah tahu."
Marvin ingin mengelak lagi. Namun, Kakek Adhitama malah menyambung, "Tidak usah cemburu. Lagi pula Nak Wanda menemui Nak Juna hanya untuk membahas tentang kerja samamu."
Lagi-lagi Marvin terdiam, menerima tuduhan Wanda. Pria itu merotasikan bola mata, kemudian melanjutkan acara makannya yang tertunda. Meskipun, Wanda berdiri tepat di sampingnya dengan senyuman percaya diri.
•••
Setelah makan, Marvin dan Wanda langsung pergi ke kamarnya. Wanda berniat duduk di ranjang, berbeda lagi dengan Marvin yang mengambil bantal dan selimutnya. Malam ini, Marvin memutuskan untuk tidur di kamar lain. Entah kenapa, setiap kali Marvin ada di dekat Wanda, dia tidak bisa melupakan saat di mana bibirnya bersentuhan dengan milik Wanda.
"Dik suami, kau ingin pergi ke mana?" tanya Wanda, melihat Marvin membawa selimut yang sudah dia siapkan.
Marvin tak menjawab pertanyaan Wanda. Dia berjalan keluar, tanpa melirik ke belakang. Tepat di belakangnya, ada Wanda yang melihat jelas ketika suaminya pergi begitu saja. Terlintas satu jawaban di benak Wanda. "Tampaknya pria itu masih malu setelah menciumku. "
Di bawah cahaya lampu, Wanda menutup kelopak matanya. Dia menghirup udara kamar, sekaligus tersenyum tipis. "Kau boleh pergi dari kamar ini, tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi jauh dari pengawasanku. "
Setelah itu, Wanda ikut keluar dari kamar tidurnya. Namun, dia tidak berniat membuntuti sang suami. Wanda lebih memilih untuk berjalan ke arah luar. Marvin yang tak sengaja mendengar langkah kakinya, langsung berbalik ke belakang. Dia awalnya berpikir Wanda akan membuntutinya, tapi ternyata Wanda malah berjalan ke belakang.
Awalnya Marvin tak peduli dengan gerak-gerik Wanda. Hanya saja, ketika sebuah barang jatuh terdengar di telinganya, Marvin langsung melirik ke arah sang istri. Dia memelototkan mata, sementara bibirnya berteriak, "Wanda!"
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/313042502-288-k961496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampiros"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...