Apa kau pernah merasakan ketakutan?
Bagaimana rasanya?
Tepat saat ini, Marvin merasakan apa yang dinamakan ketakutan. Seluruh tubuhnya bergetar, bersamaan dengan detak jantungnya yang berdetak semakin kencang. Salah satu ketakutan Marvin adalah, semua hal yang sudah dia rencanakan tak berjalan sesuai rencana. Pria itu juga takut, mengalami penderitaan, yang membuat seluruh tubuhnya tersiksa sampai tewas.
Kelopak mata Marvin perlahan terpejam erat, ketika dua gigi taring menembus ke dalam lehernya. Semua saraf yang ada pada tubuhnya mati rasa. Bersamaan dengan cairan merah yang terus keluar dari celah luka. Jika ini adalah akhir hidupnya, Marvin hanya bisa meminta maaf tanpa suara. Itu karena dia belum bisa mengabulkan semua keinginan Kakek kesayangannya. "Maaf."
· · • • • 𓆩✩𓆪 • • • · ·
Satu detik, dua detik, hingga tiga detik. Jarum jam masih berdetak. Bulan masih bersinar terang, baru kemudian berpindah tugas dengan matahari. Di alam yang entah namanya apa, Marvin bisa merasakan usapan lembut pada keningnya. Bahkan, pria itu juga bisa mencium aroma buah-buahan segar, yang membuat dirinya mabuk. Aroma buah apa ini? Apel? Jeruk? Mangga? Jambu? Pisang? Ceri? Stroberi? Anggur? Atau Apa? Marvin tak tahu, dia hanya ingin terus berada dekat dengan kenyamanan ini.
Akhirnya Marvin membuka kedua mata. Bola matanya menyesuaikan diri, dengan cahaya matahari pagi yang masuk ke matanya. Seketika bola mata Marvin memelotot, menemukan seorang wanita duduk di samping ranjang kamarnya. Tak hanya masuk ke dalam kamar, lalu duduk manis di sampingnya, wanita itu bahkan berani menyentuh kening Marvin. Jelas saja, Marvin langsung menghempaskan tangan Wanita itu. "Kenapa kau bisa ada di kamarku? Siapa dirimu hingga berani duduk dan menyentuh keningku?"
Wanita dengan kacamata itu tersentak kaget, karena Marvin bangun dan menghempaskan tangannya kasar. Dia langsung berdiri, dan menundukkan pandangan. Kepalanya bergeleng, berharap Marvin tak salah paham dengan hal yang dia lakukan. "Saya .... "
Penjelasannya langsung terpotong, saat Marvin menunjuk dan menuduh, "Wanita tak tahu diri! Berani sekali kau masuk ke dalam kamarku tanpa permisi!"
Ketika Marvin ingin beranjak dari ranjang, sekaligus mengusir orang yang dia kira penyusup. Marvin tiba-tiba merasakan sakit di bagian, leher, bahu, dan punggungnya. Dia mengernyitkan alis, menemukan beberapa bagian tubuhnya diperban.
"Kau yang tak tahu diri! Nak Wanda sudah berbaik hati menolongmu, tapi kau malah memarahinya," celetuk Kakek Adhitama dari arah pintu kamar.
"Menolongku?" Marvin merasakan kepalanya berdenyut lagi dan lagi. Dia tak bisa mengingat kejadian yang kemarin dia alami. Ingatannya hanya sampai pada pemeriksaan di sebuah rumah sakit. Seterusnya, Marvin tak mengingat dari mana dia mendapatkan luka di tubuh.
Kakek menjelaskan, "Setelah melakukan pemeriksaan pada seorang dokter. Mobil yang kau tumpangi mengalami kecelakaan kecil, pantas saja telepon dari Kakek, langsung kau matikan. "
"Untung saja, ada wanita baik hati seperti Nak Wanda, yang mau menolong orang sepertimu, " lanjut sang Kakek.
Bola mata Marvin langsung tertuju pada wanita yang berdiri tegak di samping ranjangnya. Dia memperhatikan Wanda dari bawah hingga atas. Penampilan wanita ini sangat sederhana. Ditambah dengan kepala yang terus menunduk. Tak berani mempertemukan bola matanya dengan bola mata Marvin. Selain itu, Marvin tahu jika Wanda sedang merasa cemas. Terlihat dari jari jemarinya yang terus meremas baju yang dikenakan.
Sepintas, Marvin mengenali gaya rambut Wanda. Dia menyentuh bagian lehernya yang diperban, sembari mengingat hal yang sudah terjadi. Namun, tak ada satu pun ingatan yang bisa Marvin baca tentang Wanda. Dia akhirnya menghela dan mengeluarkan napas panjang, sebelum menidurkan kepalanya di bantal. "Beri wanita itu imbalan, lalu biarkan dia pergi, " kata Marvin sebelum menutup kelopak matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampirgeschichten"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...