Hari-hari tanpa Wanda. Marvin tak pernah tahu, jika hilangnya Wanda menjadi sebuah lubang besar dalam hidupnya. Setiap kali Marvin berjalan di dalam rumah, dia sesekali memikirkan kehadiran Wanda di dalam rumah. Padahal wanita itu sudah pergi beberapa hari yang lalu. Marvin bahkan tanpa sadar berteriak memanggil Wanda beberapa kali.
Seperti saat ini. Ketika sarapan Marvin sudah berada di atas meja, Marvin tanpa sadar berteriak, "Wanda, di mana tehku?!"
Lalu setelah mengingat jika Wanda sudah pergi, Marvin hanya bisa mengeluarkan napas panjang. Pria itu mengurut keningnya dengan satu tangan. Semua perhatian dan kebiasaan yang Wanda bawa, terlalu membekas dalam hati dan ingatannya. Marvin tak pernah bisa melupakan, bagaimana cara Wanda mengurus dan menemaninya sepanjang waktu.
"Tuan Marvin, ini tehmu," kata seorang pelayan.
Secangkir teh hangat terjulur, untuk ditaruh ke meja. Namun, sebelum cangkir teh itu berada di atas meja, Marvin sudah lebih dulu menahan pergelangan tangan pelayannya. Sebelah sudut bibir Marvin terangkat ke atas. Marvin pikir, Wanda baru saja mengantarkan segelas teh untuknya.
Namun, ketika Marvin melirik ke samping, dia hanya menemukan sesosok pelayan rumah yang dari dulu sudah bekerja untuknya. Spontan, Marvin melepaskan pegangan tangannya. Dia kembali mengurut kening, kemudian berkata, "Maaf, kupikir kau Wanda."
Pelayan yang baru saja Marvin kira Wanda, langsung menaruh cangkir teh Marvin di atas meja. Wanita itu menundukkan kepala, sembari memberitahu, "Sebelum pergi, Nyonya memberi saya banyak sekali tanggung jawab. Ada beberapa hal yang belum saya hafal betul, termasuk menyajikan teh di pagi hari untuk Anda. Maaf, karena keterlambatan saya dalam menghafal."
Marvin memberi kode dengan tangannya, supaya pelayan itu bisa pergi. "Tidak masalah. Wanda baru pergi kemarin. Selama ini wanita itu selalu mengerjakannya seorang diri."
Sunyi, hampa, kosong. Kata apalagi yang memenuhi benak Marvin sekarang? Wanda meminta Marvin untuk memulai kehidupan baru, dengan menghapus ingatannya tentang vampir. Namun, entah kenapa Marvin tak berniat melakukannya sedikit saja. Terlalu banyak, kenangan manis bersama Wanda yang tak ingin Marvin lupakan begitu saja.
Salah satu yang paling membekas adalah kebiasaan baru Marvin di pagi hari. Mungkin sekarang, Marvin masih bisa mencicipi teh yang biasa Wanda berikan padanya. Namun, rasanya tak seenak dulu. Mungkin, Marvin juga masih bisa memakan sarapan enak, yang diberikan para pelayan. Namun, Marvin kehilangan satu kebiasaan berharganya. Dia yang terbiasa mengecup lembut kening Wanda, untuk membuat Wanda tersipu malu, kini sudah tiada.
"Wanda. Kenapa aku tak ingin melupakan semua tentangmu?" tanya Marvin pada dirinya sendiri.
Marvin mengaduk-aduk tehnya tanpa semangat. Tak ada niat, untuk mencicipi teh itu sedikit saja. Apalagi ketika semua kenangan yang ada, terlihat di dalam cairan teh. Semua fokus Marvin terganggu. Potongan-potongan suara lembut Wanda terngiang-ngiang di telinganya.
Setiap kali Marvin memikirkan Wanda muncul di depannya, pria itu akan langsung tersenyum lebar. Namun, setiap kali juga Marvin menyadari jika dia sedang berhalusinasi, pria itu akan merasakan dadanya terenyut sakit. Apa tak bisa, takdir membiarkan Marvin mendekap tubuh Wanda lebih lama lagi?
Marvin hancur, jatuh ke dalam lubang keputusasaan. Pria itu mengepalkan tangan, sembari menjatuhkan keningnya di atas meja. Selama ini Wanda tersiksa berada dekat dengannya. Apalagi saat Marvin bertindak kasar, tanpa memedulikan perasaan vampir itu. Marvin bahkan pernah melontarkan kata-kata tuduhan untuk Wanda.
Namun, apa yang Wanda lakukan? Wanda hanya memberinya senyuman tulus, dengan tangan yang mengerjakan pekerjaannya tanpa mengeluh. Jika Marvin tahu, Wanda akan pergi seperti ini, mungkin dulu dia tak akan memperlakukan Wanda buruk. Sekarang, saat wanita itu sudah lenyap di hadapannya, Marvin baru menyesali perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Upíři"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...