𓆩✩30. Mengadu Ujung Jarum✩𓆪

250 43 11
                                    

Semua pekerjaan yang berniat Marvin selesaikan, terpaksa Marvin tunda. Jantung pria itu berdetak kencang, sementara jari jemarinya bergetar hebat. Di dalam pikiran Marvin, Marvin hanya memikirkan bagaimana bisa sang kakek mengalami kecelakaan. Padahal taksi sudah mengantar sang kakek selamat menuju rumah.

Marvin terburu-buru menelepon bawahannya. Dia berkata, "Periksa semua CCTV yang ada di rumah, pada malam di mana Kakekku meninggal!"

Setelah menghubungi semua pelayannya, Marvin langsung mengambil kunci mobil dan pergi dari perusahaannya. Tak ada satu pun karyawan yang berhasil mencegah kepergian Marvin. Mereka tahu, jika Marvin tak akan pernah mengabaikan sesuatu hal yang berhubungan dengan Kakek Adhitama.

•••

Ketika matahari mulai tenggelam, Marvin sudah mencapai tujuannya. Pria itu memarkirkan mobilnya di halaman rumah, kemudian berjalan cepat menuju ruang CCTV miliknya. Dia bertanya pada para pelayan yang berada di depan rumah. "Kalian sudah menemukan rekaman CCTV-nya? Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?!" gertak Marvin penasaran.

Semua pelayan tak menjawab. Mereka sendiri bingung harus menjawab apa. "Di rekaman itu tak ada yang aneh, Tuan. Semuanya berjalan seperti biasa. Kami tidak menemukan sosok, Kakek Adhitama."

Marvin mengerang kesal. Pria itu berlari ke arah ruang CCTV. Fokus tujuannya hanya menemukan kebenaran kematian sang Kakek. Dia bahkan mengabaikan panggilan Wanda, yang terkejut dengan kepulangan Marvin. Wanda mengernyitkan kening, dia melihat Marvin berlari sembari bergumam, "Ada apa ini?"

Percuma berbicara dengan Wanda saat ini. Marvin hanya ingin melihat pada bukti nyata di depan matanya. Bukan hanya ucapan semata. "Aku akan melihat rekamannya dengan mataku sendiri! Minggir kalian!"

Dengan susah payah, Marvin mengamati rekaman CCTV. Dia mengernyitkan kening, karena tak menemukan apa yang dia inginkan. Berulang kali, Marvin menyamakan video vlog dengan rekaman CCTV, tapi kedua video ini berbeda.

"Aku harus percaya pada video yang mana. Keduanya direkam pada waktu yang sama, tapi kenapa isinya berbeda? Apa salah satu diedit?" pikir Marvin.

Awalnya Marvin pikir jika video vlog yang telah diedit. Namun, ketika dia mengamati lebih jauh video dari rekaman CCTV. Marvin baru menyadari sesuatu. "Lampu di depan rumah, bisa berubah warna setiap tiga puluh menit sekali. Tapi di dalam rekaman CCTV ini, lampunya tidak berubah-ubah. Sudah dipastikan, ini rekaman palsu. Siapa yang menukar rekaman CCTV ini?! Siapa pelakunya!"

Hanya ada satu nama yang saat ini menjadi sasaran kemarahan Marvin. Marvin mengepalkan kedua tangannya. Dia menghempaskan cangkir teh yang ada di atas meja. Kemudian berteriak, "Wanda!"

"Ya?"

Wanda sudah berdiri di belakang Marvin sejak Marvin menyelidiki CCTV. Wanita itu menaruh kedua tangannya di belakang punggung, sementara matanya tertuju pada punggung sang suami. Tak ada sedikit pun rasa takut yang terlihat di dalam mata Wanda. Padahal, Marvin baru saja meneriaki namanya.

Tak butuh waktu lama, untuk Marvin berbalik ke belakang. Pria itu menatap tajam ke arah Wanda, kemudian berjalan ke arahnya. Dia mendengkus beberapa kali, kemudian memegangi kedua bahu Wanda dengan tangannya. "Kau yang menghapus dan mengganti video CCTV bukan?! Mengaku lah! Hanya kau saja, orang yang berani keluar masuk rumah ini sesuka hati!"

Wanda menggelengkan kepala. "Bukan aku pelakunya. Untuk apa aku melakukan hal itu, Dik Suami?"

Marvin menatap rendah ke arah Wanda. Dia meremas bahu Wanda yang ada di dalam genggaman tangannya. "Kematian Kakek sangat mencurigakan! Aku menemukan rekaman jika kakek sudah pulang ke rumah ini! Tapi kenapa jasadnya ditemukan di hutan, dengan alasan kecelakaan?!"

"Aku curiga, jika kau membunuh Kakek di rumah, kemudian membuatnya seperti kecelakaan dan menaruh jasad Kakek di hutan!" tuduh Marvin.

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Wanda.

Cengkeraman Marvin pada bahu Wanda semakin mengerat. Pria itu berkata, "Satu-satunya orang yang aku curigai adalah dirimu! Hanya kau saja orang yang ada di rumah ini!"

"Kakek memberimu setengah warisannya, jadi jelas saja, setelah diberi kau melakukan banyak cara untuk melenyapkannya! Itu semua supaya kau bisa mendapatkan banyak uang, bukan?!" gerutu Marvin.

Tuduhan Marvin tidak membuat Wanda takut. Wanda menundukkan kepala, dia sebenarnya tahu alasan Marvin menuduhnya seperti itu. Selama ini, Marvin hidup dengan orang-orang yang gila harta. Hanya Kakek Adhitama saja, yang menghasilkan banyak uang, tapi tak tamak pada harta-harta itu.

Wanda mengeluarkan napas panjang. "Sepertinya terjadi kesalahan pahaman di sini. Pada malam itu, sudah kubilang jika aku fokus merawatmu yang sedang sakit. Mana mungkin, aku memiliki waktu untuk melakukan pembunuhan seperti itu," jelas Wanda.

"Setahuku, CCTV rumah ini tidak akurat dan sering rusak. Aku baru saja, memanggil ahli untuk memperbaiki CCTV nya. Dia akan datang beberapa menit lagi," lanjutnya.

Jari jemari Wanda meraih pergelangan tangan Marvin. Dia membuat Marvin menurunkan tangan pada bahunya. Setelah itu, Wanda baru mengambil rekaman vlog yang disebut-sebut Marvin. Wanita itu menyipitkan mata, kemudian memberitahu, "Taksi di video ini bukan taksi milik Kakek."

"Apa ... apa maksudmu?!" tanya Marvin.

"Lihatlah, pria yang keluar dari taksi ini mengenakan baju yang berbeda dengan milik Kakek. Apa kau tidak sadar, jika kakek meninggal dengan baju berwarna putih?" kata Wanda.

"Sepertinya video ini adalah editan, supaya kau terhasut untuk kembali bersedih," gumam Wanda.

Marvin terdiam menyadari kesalahannya sendiri. Dia menatap video itu dengan teliti, tanpa berkedip sedikit pun. Marvin baru berhenti menatapnya, setelah orang yang dipanggil Wanda untuk memperbaiki CCTV telah tiba.

Di antara kebingungan, kedua bahu Marvin disentuh Wanda. Wanda mengusap bahunya dengan pelan, setelah itu dia menatap langsung ke arah mata Marvin. "Aku tahu, kematian Kakek pasti membuat hatimu terguncang. Tapi tolong, sebelum menerima berita apa pun, pikir baik-baik dulu. Jangan termakan kesedihan, dan berpikir terburu-buru seperti ini."

"Jika kau memiliki masalah, ataupun merindukan kakek. Bilang padaku, aku akan menampung semua keluh kesahmu, suamiku," tawar Wanda.

Jari jemari Wanda tergerak untuk menyentuh helaian rambut sang suami. Dia mengusap rambut Marvin, sembari menepuk-nepuk pelan kepalanya beberapa kali. Wanda menarik sudut bibirnya ke atas. "Anggap aku sebagai temanmu. "

Padahal Marvin baru saja menuduh Wanda dengan perkataan yang menyakiti hati. Namun, Wanda sama sekali tidak terpengaruh. Atau bahkan mundur dari sisi Marvin. Wanita itu mengerti dengan keadaan Marvin. Dia dengan terang-terangan membuka lebar tangannya untuk mengumpulkan semua beban hidup sang suami.

Wanda memeluk tubuh sang suami sekuat tenaga. Dia berusaha meyakinkan Marvin, jika dirinya ada untuk Marvin saat ini. Meskipun Marvin belum memedulikan keberadaannya, tapi Wanda akan selalu memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

"Maaf, aku menuduhmu dengan bukti yang tak jelas," bisik Marvin.

Wanda mengangguk, sedangkan bibirnya terkunci rapat. Dia melihat ke arah rekaman CCTV yang ada di depan matanya. Tak ada yang tahu, jika di tengah rusaknya CCTV itu, ada sebuah peristiwa yang tak akan pernah bisa Wanda lupakan. Wanda mungkin bisa menyembunyikannya saat ini. Namun, suatu hari nanti kebenaran pasti akan terbongkar. Sebisa mungkin, Wanda harus mempersiapkan diri dari sekarang.

•••

MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang