Satu buah vas bunga pecah, tak sengaja tersenggol lengan Wanda. Pecahannya menimbulkan suara nyaring, bersamaan dengan teriakan Marvin yang menggema ke seluruh rumah. Wanda tersentak kaget, tapi tak berniat pergi dari tempatnya. Dia menundukkan kepala, melihat beberapa pecahan vas bunga yang mengenai kakinya.
"Apa-apaan kau ini?! Kau taruh di mana matamu itu?" gerutu Marvin tak mengerti.
Wanda hanya terdiam tak berniat membalas perkataan Marvin. Wanita itu malah berjongkok, sekaligus membereskan pecahan kacanya. Namun, Marvin sudah lebih dulu melarang, "Berhenti, jangan bergerak sedikit pun dari tempat itu. "
Untuk kali ini, Wanda tersenyum menuruti perkataan sang suami. Dia berdiri, memperhatikan Marvin yang sibuk mencari sapu. Tanpa menyuruh pelayan untuk membereskannya, pria itu langsung menyapukan pecahan kaca yang berserakan. Dia terkadang berdecak beberapa kali, melihat pecahan kaca yang ikut mengenai Wanda.
"Biar aku saja, " tawar Wanda.
Marvin melirik ke arah Wanda. Dia berkata, "Diam. Aku tak ingin kau menyentuh barang berhargaku. Aku takut kau merusaknya lagi. "
Wanda masih bisa tersenyum. "Kau tidak ingin aku terluka, bukan?" tebak Wanda.
Sekali lagi, Marvin mengelak perkataan Wanda. "Sudah kubilang, aku tak mau kau menyentuh barang berhargaku lagi. "
"Kau tak tahu, betapa berharganya usahaku untuk mendapatkan vas itu. Sebenarnya kau mau apa, sampai menyenggol vas ini?" gerutu Marvin sembari berjongkok ke lantai. Pria itu tak henti-hentinya berceloteh, sekaligus membersihkan pecahan gelas.
Wanda melirik ke arah rak buku. Dia membalas, "Aku berniat mengambil buku yang ada di rak. "
Mendengar jawaban Wanda, membuat alis Marvin mengernyit. Dia ingin bertanya, tapi Wanda sudah lebih dulu melanjut, "Aku ingin membaca buku tentang bercocok tanam. Karena besok, aku akan menyeretmu pergi ke belakang rumah. "
"Kau ingat janjimu untuk berkebun denganku, kan?" tanya Wanda.
Tiba-tiba Wanda meringis, ketika Marvin mengambil beberapa pecahan yang mengenai kakinya. Mata pria itu memelotot, melihat darah yang mulai keluar dari kaki sang istri. Setelah itu, dia melirik ke arah rak di sampingnya. "Aku rasa, para pelayan menaruh kotak obat di sekitar sini. "
Marvin menghela napas panjang. Tanpa permisi, pria itu menggendong Wanda, kemudian mendudukan wanita itu di sofa. Perlakuan tersebut membuat Wanda tersenyum manis, sembari memainkan kancing kemeja suaminya. Dia sengaja tak menghindari pecahan vas, supaya suaminya mau mengobatinya. "Walaupun terkadang kau tak peduli pada orang lain, tapi hatimu sebenarnya baik, " gumam Wanda.
Perkataan Wanda tak dibalas Marvin. Marvin memilih untuk mengambil kotak obat, kemudian berjongkok di depan Wanda. Tangan pria itu menyentuh kedua kaki Wanda, sebelum menaruhnya di atas salah satu lututnya. "Menyusahkan, " lirih Marvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampire"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...