𓆩✩32. Mengajak Pergi✩𓆪

246 42 24
                                    

Ketika Wanda berniat pergi, Marvin sudah lebih dulu menahannya. Pria itu menjulurkan sebuah surat di depan Wanda. Dia meminta, "Buka amplop ini, dan lihatlah isinya."

"Apa ini?" tanya Wanda.

"Jangan bertanya. Kau buka saja amplopnya," jawab Marvin.

Jari jemari Wanda bergerak untuk membuka amplop yang Marvin berikan. Dia langsung mengernyitkan kening, melihat isi yang ada di dalam amplop tersebut. Kurang dari hitungan detik, Wanda mengangkat sebuah tiket liburan. Dia bertanya, "Kau memberiku tiket liburan ke sebuah pantai?"

Dilihat dari bentuk dan tulisan tiket. Wanda jadi berpikir, jika Marvin benar-benar berniat mengusirnya. Namun ternyata, Marvin malah berkata, "Salah seorang pelayan mengatakan, jika itu adalah sebuah tiket yang sudah Kakek siapkan untukmu. Dia ingin kita berbulan madu."

"Ah, jadi begitu. Ini pemberian Kakek. Sayang sekali, tiketnya tak akan kupakai. Lagi pula pekerjaanmu banyak, dan kau tak akan mau kuajak pergi," kata Wanda dengan senyuman miris.

Marvin melirik ke arah lain. "Bersiaplah, kita pergi besok."

Perkataan yang Marvin ucapkan tak pernah Wanda bayangkan sebelumnya. Padahal pekerjaan pria itu banyak, tapi dia masih bisa meluangkan waktunya untuk mengajak Wanda pergi. Kerasukan apa pria ini?

Sebelum Wanda bertanya, Marvin segera memotong perkataannya, "Aku ingin mengabulkan setiap pesan yang Kakek tinggalkan untukku. Setidaknya, itu bentuk baktiku ketika dia sudah tiada."

Wanda menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Jari jemari tangannya meremas tiket. Wanda sendiri bingung, bagaimana cara menanggapi tawaran Marvin? Di saat pikirannya masih ditakuti dengan kejadian malam bulan purnama.

"Wanda, aku ingin pergi beristirahat dari rumah ini beberapa saat. Semua benda yang ada di dalam rumah ini, mengingatkanku kepada Kakek. Aku selalu dihantui rasa bersalah, karena tak bisa menjaganya sampai akhir," jelas Marvin.

Mau tidak mau, untuk kali ini Wanda patuh pada perintah sang suami. Dia berkata, "Aku akan membuang gaun-gaun malam yang tidak kau sukai dulu. Setelahnya, aku akan mengemasi barang-barang kita."

Marvin kembali menghentikan langkah Wanda. Pria itu meminta, "Jangan buang hadiah dari tamu undangan pernikahan kita. Mereka memberinya tulus."

"Kau ingin aku menyumbangkannya?" tanya Wanda.

"Tidak perlu. Bawa beberapa baju-baju itu untuk pergi berbulan madu," kata Marvin.

Wanda semakin bingung dengan apa yang terjadi dengan suaminya. "Tapi---"

"Tidak ada tapi-tapian lagi. Kau pasti tahu, apa maksudku tanpa harus mengatakannya, bukan?" tanya Marvin.

Dulu Wanda selalu berpikir untuk menghabiskan seminggu penuh dengan sang suami. Namun, kali ini Wanda merasa ada yang kurang. Padahal Marvin sendiri yang menawarkan hal ini kepada Wanda.

Bola mata Marvin menemukan keraguan di mata Wanda. Pria itu akhirnya berjalan, dan melingkarkan tangannya di pinggang sang istri. Dia menarik tubuh Wanda, untuk berdekatan dengan tubuhnya sendiri. "Kakek menginginkan cucu. Aku ingin mengabulkan keinginannya."

Permintaan tulus Marvin, jatuh tepat di hati Wanda. Wanda merasakan denyutan pada jantungnya. Dia tergagap, sembari memalingkan wajah ke arah lain. Mempunyai anak bersama Marvin adalah mimpi terbesarnya. Sekaligus mimpi yang mustahil untuk dilakukan. Wanda masih sadar diri, jika dirinya adalah seorang vampir penghisap darah yang akan tutup usia.

"Wanda, aku ingin kau menggodaku. Buat aku ingin menyentuhmu," bisik Marvin.

Wanda memberanikan diri untuk melihat ke arah Marvin. "Tapi, bukannya kau tak suka? Melihatku memakai baju seperti ini saja, matamu langsung terganggu."

MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang