"Aku ingin menghabiskan sehari penuh bersamamu."
Keinginan Wanda terdengar sederhana. Dia hanya ingin Marvin bersamanya satu hari saja. Namun, permintaan ini membuat Marvin mengepalkan kedua tangannya. Dia keberatan dengan keinginan Wanda. Padahal permintaan itu hanya berlaku untuk satu hari.
"Aku sibuk, " balas Marvin.
Wanda tak menyerah begitu saja. Wanita itu tersenyum tipis, kemudian berkata, "Apa kau tak bisa meluangkan waktumu untuk istrimu ini? Lagi pula, kau tak mungkin selalu bekerja tiap hari bukan? Aku hanya ingin mengambil waktu liburmu untuk berduaan saja. Tidak lebih. "
"Aku tak suka duduk berdekatan denganmu. Apalagi menghabiskan sehari penuh bersamamu. Mungkin saja, aku akan terkena darah tinggi, " jawab Marvin.
Akhirnya Wanda menghela napas panjang. Dia kemudian menyandarkan kepalanya pada kursi mobil. Wanda memberitahu, "Padahal, kalau kau memberiku waktu untuk bersama sehari saja, aku akan menolak tawaran Kakek untuk berbulan madu bersamamu, selama satu bulan. "
Perkataan Wanda awalnya tak dipedulikan Marvin. Namun, ketika Wanda menyebutkan rencana sang Kakek, bola mata Marvin langsung memelotot lebar. "Kau bilang apa? Bulan madu? Bersamamu? Selama satu bulan? Dipikir aku tidak mempunyai pekerjaan lain apa?!"
"Jangan protes padaku. Protes saja pada Kakek. Kakek bahkan sudah mempersiapkan semuanya, dia hanya tinggal memintamu untuk memenuhi keinginannya saja. Aku bahkan sudah membantunya," kata Wanda dengan senyuman tipis.
Marvin tak bisa membiarkan hal ini terjadi. Dibanding berada di dekat Wanda selama satu bulan penuh, dia memilih untuk menghabiskan waktu bersama wanita itu selama satu hari saja.
Marvin tahu, dirinya pasti akan kesulitan menolak permintaan sang Kakek. Untuk itu, dia harus meminta Wanda, supaya Kakek Adhitama tidak memaksanya berbulan madu.
"Baiklah! Aku akan mengabulkan keinginanmu! Jadi, segera minta Kakek membatalkan rencananya, lalu mintalah temanmu untuk menjadi rekan kerjaku!" peringat Marvin.
Wanda tersenyum lebar. Wanita itu membawa ponsel di tasnya, kemudian memainkan ponselnya. Wanda memberitahu Marvin, "Tidak masalah. Itu bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Aku akan mengabulkan keinginanmu juga, Dik Suami. "
•••
Keesokan harinya, setelah Wanda meminta temannya untuk menjadi ambasador. Salah satu aktor terkenal, bernama Juna menginjakkan kaki di perusahaan Marvin. Ketika orang itu masuk, Marvin terdiam tanpa berkedip. Dia tidak menyangka, jika Wanda benar-benar berteman dengan Juna.
"Kekuatan orang dalam, " bisik salah satu pekerja Marvin.
Sesuai dengan apa yang Wanda katakan, Juna adalah salah satu aktor penyelamat untuk perusahaan Marvin. Pria dengan senyuman menawan itu, berhasil berakting sekaligus memasarkan produk perusahaan Marvin.
"Zaman sekarang, pria juga membutuhkan rangkaian perawatan kulit. Memilih aktor terkenal seperti Juna, akan membuat pemasaran produk lebih terkenal di masyarakat luas, " kata Wanda di samping Marvin.
Marvin tersentak kaget, menemukan Wanda di sebelahnya. Sejak kapan, wanita itu berada di sana? "Kenapa kau ada di sini? Sudah kubilang, jangan menggangguku bekerja. "
Wanda menjulurkan kotak bekal di depan Marvin. Dia juga mengingatkan, "Sudah kubilang, jika kau melewatkan makan siangmu lagi, aku pasti akan datang menghampirimu. "
Marvin merotasikan bola mata. "Simpan saja makanan itu. Aku akan memesan makanan siap antar lagi. Jangan berharap, aku akan memakan masakanmu itu. "
Wanda tak peduli, dia berkata, "Baiklah. Asalkan kau makan teratur, aku tidak peduli jika kau tidak memakan masakanku. "
Awalnya Marvin berpikir, jika dia sudah makan siang, Wanda akan pergi dari hadapannya. Namun, wanita itu tak kunjung pergi. Dia berdiri, menonton Juna yang sedang syuting iklan. Sadar atau tidak, tapi bola mata Wanda terus melihat ke arah Juna. Wanita itu tampak senang, mengamati ketampanan pria di depannya.
Marvin tertawa kecut melihat tingkah Wanda. Dia kemudian menghampiri sang istri, lalu memperingati, "Aku sudah makan. Jadi kau harus segera pergi dari sini. "
Wanda menolak, "Tidak bisa. Kapan lagi aku bisa bertemu dengan sahabatku yang selalu sibuk itu? Jika aku pergi tanpa menyapanya, aku mungkin tak bisa bertemu lagi dengannya. "
"Kubilang cepat pergi, " peringat Marvin.
Untuk kedua kalinya, Wanda menolak. Wanita itu menunjukkan kotak bekal yang sedari tadi dipegangnya. Wanda memberitahu, "Lihat ini. Aku berniat memberikan masakanku ini pada sahabatku. Dibanding terbuang sia-sia, lebih baik kuberikan pada yang membutuhkan saja. "
"Tidak bisa! Dia tidak membutuhkan makananmu! Lagi pula pekerjaaku sudah menyiapkan makanan untuknya!" bentak Marvin.
Wanda mengeluarkan napas panjang. "Padahal aku masih ingin, mengamati wajah tampannya dari jarak dekat. Kau tahu, ketampanannya membuatku ingin terus melihatnya. Dari kecil, dia memang sudah tampan. "
"Cepat pergi!" Marvin tak tahan dengan penolakan Wanda. Dia kemudian menggenggam erat pergelangan Wanda, kemudian menariknya supaya pergi dari tempat ini.
Dari sorot mata tajam, dan pegangan erat, Wanda menyimpulkan jika Marvin sedang cemburu. Wanita itu tersenyum manis, kemudian berkata, "Tenang saja. Setampan-tampannya Juna. Dia tidak akan bisa mencuri hatiku. "
"Karena hatiku sudah lebih dulu dicuri olehmu, Dik Suami, " jujur Wanda.
Ketika Wanda sudah berniat pergi, tiba-tiba Juna memanggilnya. Spontan, wanita itu berbalik ke belakang. Dia tersenyum lebar, ketika Juna sudah menyelesaikan syutingnya. "Wanda. Kau belum menyapaku, lalu pergi begitu saja?"
Marvin tersenyum kecut, dia kemudian melepas pegangan tangannya pada tangan Wanda. Dengan tangan bersilang di depan dada, Marvin bertanya, "Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"
Juna tersenyum percaya diri. "Tentu saja. "
Untuk beberapa saat, Marvin terus menunjukkan tatapan tak bersahabat ke arah Juna. Apalagi ketika Juna tiba-tiba mengambil kotak bekal milik Wanda. "Ini untukku bukan? Kau sudah berjanji akan memasak, supaya aku mau menerima kontrak ini. "
Wanda tak ragu untuk menganggukkan kepala. Dia memberitahu Juna, "Ambilah. Terima kasih sudah mau bekerja sama dengan suamiku. Aku memasak beberapa makanan kesukaanmu juga. "
Marvin tak percaya dengan apa yang Wanda katakan. Tadi wanita itu mengatakan jika dia pergi ke sini untuk memberikannya makananan. Lalu sekarang? Wanita itu mengatakan jika dia memasak untuk Juna. Spontan, Marvin mengambil kotak bekal yang ada di tangan Juna. "Makanan untukmu sudah disiapkan pekerjaku, kau tak perlu memakan makanan ini. "
"Tidak apa-apa. Aku ingin mencicipi masakan Wanda juga, " kata Juna sembari merebut kotak bekal.
Marvin tak terima, dia kembali merampas kotak itu, tapi Juna sudah lebih dulu menahannya. "Lepaskan, " peringat Marvin.
Hari pertama, dan kedua orang ini sudah bermusuhan hanya karena kotak bekal makan saja. Wanda tersenyum manis. Dia melirik ke arah Marvin, kemudian mengingatkan,"Cepat berikan kotak bekal itu pada Juna. Lagi pula kau sudah makan bukan?"
Marvin mendengkus, dia kemudian melepaskan kotak bekal makan Wanda. Namun, sebelum Wanda berkata-kata dengan Juna, Marvin sudah lebih dulu menggenggam erat tangan Wanda. Dia membawa Wanda pergi, tanpa berpamitan pada Juna.
"Tunggu sebentar, aku belum berpamitan!" pinta Wanda, tapi Marvin menulikan pendengarannya.
Wanda pikir, Marvin akan mengusirnya dari perusahaan. Namun ternyata, pria itu malah membawa Wanda ke ruang kerja pribadinya. Marvin bahkan mengunci pintu itu, sebelum mendorong Wanda ke sofa.
"Kau ... apa yang mau kau lakukan?" tanya Wanda bingung.
· · • • • 𓆩✩𓆪 • • • · ·
![](https://img.wattpad.com/cover/313042502-288-k961496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampire"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...