"Jangan menggoda .... " Belum sempat Marvin membaca keseluruhan surat kontraknya. Tiba-tiba pria itu berhenti di depan pintu kamar. Dia membuka pintu perlahan, sebelum memelototkan mata, melihat Wanda sedang berganti pakaian.
Marvin langsung mengumpat dan berbalik badan. Tangannya terburu-buru menutup pintu. Kemudian berdiri tegak di depan pintu kamar. Dia mengomel, "Bagaimana bisa wanita itu berganti baju, tanpa mengunci pintu terlebih dahulu? Dia pikir kamarku adalah ruang ganti baju?!"
Pikiran Marvin sibuk bercampur aduk. Dia mondar-mandir di depan pintu, sembari mulai berpikir. Setelah beberapa menit, Marvin baru berani mengetuk pintu kamar, kemudian bertanya, "Kau sudah berganti pakaian?"
Tak ada jawaban dari balik pintu kamar. Marvin masih bisa bersabar, dia setia menunggu di depan pintu. Sampai Wanda membuka pintu kamarnya.
Dengan balutan piama tidur sederhana, Wanda tampak berbeda dalam pandangan Marvin. Tubuh gadis itu lebih terlihat berisi, dengan aroma bunga mawar yang mulai masuk ke dalam hidung suaminya. Jari manis Wanda dihiasi sebuah cincin pernikahan, tanda dia sudah menikah dengan Marvin. Banyak perubahan yang terjadi pada Wanda, kecuali kacamata yang masih setia ada di pangkal hidungnya.
Ketika Marvin masuk ke dalam kamar, pria itu langsung mengunci pintu. Dia kemudian bertanya pada Wanda, "Kenapa kau berganti baju di sini? Apa kau tak tahu, ada ruangan khusus berganti baju?"
"Kau bahkan tak mengunci pintu kamar."
Wanda menggigit bawah bibirnya. Dia memberitahu Marvin, "Maaf, aku tadi terburu-buru melepas gaun pengantin."
"Aku tak bisa menahan rasa sesak lebih lama lagi, jadi ketika sampai di kamar, aku langsung melepas gaunnya. "
"Lagi pula tempat ini kosong, dan tak ada orang lain yang berani masuk ke dalam sini," lanjut Wanda.
Marvin memegangi keningnya, dia memberitahu, "Tetap saja, mengunci pintu itu penting!"
"Maaf, aku tak akan mengulanginya lagi," ulang Wanda menurut.
Malam pertama setelah menikah. Biasanya pasangan pengantin baru akan sibuk memadu kasih di malam ini. Namun, itu tak berlaku untuk Marvin. Padahal kamar tidurnya sudah dihias sedemikian rupa. Lilin lilin berjajaran rapi di lantai. Sekumpulan kelopak bunga mawar memenuhi ranjang. Begitu juga dengan hiasan cantik yang bergantung di langit-langit.
Tanpa basa-basi, Marvin mengajak Wanda untuk duduk bernegosiasi. Mereka berdua mengabaikan ranjang yang sudah dihias. Karena Marvin meminta Wanda untuk duduk di sofa. Wanda hanya pasrah, dia tahu jika Marvin tak peduli dengan pernikahannya
"Aku ingin pernikahan ini berjalan sesuai dengan keinginanku. Aku berjanji, akan memberimu banyak keuntungan, asalkan kau tak merugikanku."
"Jika kau melanggar perjanjian, kau harus menanggung akibatnya."
Marvin menjulurkan sebuah kertas putih di depan Wanda. Selain itu, dia juga menyediakan pena hitam untuk tanda tangan. Lembaran-lembaran kertas putih, mulai diangkat tangan Wanda. Wanita berkacamata itu, fokus membaca kata-kata yang ada di lembaran perjanjian.
Wanda sedikit mengernyitkan alis, karena isi dari perjanjian itu mengekang kebebasannya. "Jangan menggoda, menyentuh, atau mengharapkan cinta suami?" gumam Wanda.
Marvin duduk di sofa, dengan kaki bersilang. Dia juga menyilangkan tangan di depan dada, menunggu sang Istri selesai membaca surat perjanjian pernikahan keduanya. "Cepat baca dan tanda tangani surat itu, " pinta Marvin.
Diam-diam di balik kertas yang sedang dibaca, kedua sudut bibir Wanda naik ke atas. Dia sedikit meremas kertas perjanjiannya, sebelum mendengkus pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampiros"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...