Setelah keluar dari rumah sakit, Marvin sudah disuguhi banyak pekerjaan kantor. Seperti biasa, dia harus bangun pagi untuk bersiap-siap mengurus perusahaannya, sekaligus mencicipi sarapan yang dibuat Wanda.
Ada tiga kebiasaan baru Marvin di pagi hari. Pertama adalah mencicipi teh hangat buatan sang istri. Kedua adalah memakan sarapan dan obat yang sudah Wanda siapkan. Lalu terakhir, mengecup bibir Wanda. Hanya dengan satu kecupan saja, Wanda sudah seperti anak kucing yang malu-malu. Tak ada satu pun tanda-tanda, kucing itu akan berubah menjadi harimau.
Ritual pertama Marvin, sudah dia lakukan. Tepat ketika dia bangun dari tidurnya, dia sudah melihat Wanda masuk ke kamar dengan segelas teh hangat. Wanita itu terburu-buru untuk pergi ke dapur lagi. Namun, Marvin sudah lebih dulu menariknya untuk duduk di pangkuannya.
Marvin menaruh kepalanya di samping leher sang istri, kemudian berbisik, "Akhir-akhir ini, kau terlalu sibuk mengurusi tanaman yang pernah kita tanam dulu. Padahal pulang bekerja, ada banyak curahan hatiku yang ingin aku sampaikan padamu. Tak bisakah kau melihatku sebentar saja? Dibanding memandangi dan menyentuh tanaman aneh itu seharian penuh."
Wanda tersenyum, kemudian mengusap rambut sang suami. Baginya, jika Marvin menganggap Wanda kucing, maka Wanda menganggap Marvin seperti anak anjing yang takut ditinggalkan majikannya. Wanda memberi alasan, "Aku harus mengurusi tanaman obatku secepat mungkin. Agar aku bisa menghabiskan waktu bersamamu dengan perasaan tenang."
Ralat. Dalam hati Wanda malah berkata sebaliknya. Dia melakukan ini, agar sebelum kepergiannya nanti, Marvin sudah sembuh dari penyakit vampirnya. Tak banyak waktu yang Wanda miliki, sebelum vampir itu tutup usia.
Marvin diam-diam menyentuh kulit leher Wanda dengan hidungnya. Pria itu membaui Wanda, sebelum berkata, "Aku ingin membawamu berbulan madu, saat aku memiliki hari libur. Tapi karena sakitku, ada banyak pekerjaan tertunda yang harus aku kerjakan. Maaf, karena tak bisa mengabulkan janjiku secepat mungkin. Padahal aku sudah merencanakan bulan madu ketika bulan purnama tiba."
"Nanti malam bulan akan bersinar terang dan penuh."
Wanda langsung memelototkan mata mendengar Marvin menyebut bulan purnama. Padahal, di bulan itu Marvin akan ikut berubah menjadi Vampir. Secepat mungkin, Wanda mengambil teh yang sudah dia campur obat penahan hasrat. Wanda terburu-buru memberikannya pada Marvin, dia membujuk, "Minumlah. Segera habiskan, biar aku bisa mencuci gelasnya."
Marvin menarik sudut bibirnya ke atas. Bukannya menuruti permintaan Wanda, dia malah melingkarkan tangannya pada pinggang wanita itu. Marvin berkata, "Aku baru tahu, jika bangsa vampir bisa melakukan pekerjaan rumah sepertimu, Wanda."
"Jangankan membersihkan rumah, menghisap darah suaminya sendiri bisa aku lakukan. Jika kau tak ingin darahmu dihisap, ayo segera minum teh ini, lalu biarkan aku bekerja kembali," perintah Wanda, dengan senyuman lebar.
Bukannya takut, Marvin malah tertawa kecil. Dia menyibak rambut Wanda ke samping, kemudian berbisik, "Sebelum kau menggigitku, aku sudah lebih dulu menggigitmu."
Wanda mengarahkan satu telunjuknya di bibir Marvin. Padahal perkataan Marvin hanya candaan saja, tapi Wanda menganggapnya sebagai sebuah hal yang tak boleh dikatakan.
Wanda tak ingin, Marvin tersiksa dengan wujudnya. Oleh karena itu, dia meminta, "Ayolah Dik suami, minum dan biarkan aku bekerja kembali."
Marvin menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Bukannya mengambil gelas teh di tangan Wanda, jari jemarinya malah merambat menyentuh bibir Wanda. Dia berbisik, "Bagaimana jika mencicipi tehnya lewat ini saja."
Wanda menarik dan mengeluarkan napas panjang. Berbeda lagi dengan Marvin yang puas menjaili Wanda. Sejak Marvin tahu, Wanda adalah vampir baik. Marvin tak henti-hentinya menggoda Wanda, dengan semua tingkah menyebalkannya. Hal itu Marvin lakukan, untuk membalas perbuatan Wanda di masa lalu.
"Kumohon Marvin. Biarkan aku pergi. Jika kau masih tidak membiarkan aku pergi, gigi taringku akan menancap tepat di lehermu," jelas Wanda.
Pada akhirnya Marvin membiarkan Wanda pergi dari jangkauannya. Sementara dia sendiri mulai mencicipi teh buatan Wanda. Mungkin rasa teh itu sudah tak seenak saat teh itu baru dibuat Wanda. Airnya sudah dingin, tapi hati Marvin baru saja menghangat. Pria itu segera meneguk teh, sebelum berniat membantu Wanda memasak di dapur.
Ketika kaki Marvin menelusuri rumah, Marvin sedikit mengernyitkan kening. Dia tak menemukan satu pun pelayan di rumah ini. Yang Marvin temukan hanya Wanda yang sedang bersenandung di dapur. Awalnya Marvin berniat mengejutkan Wanda, tapi Marvin sendiri yang malah terkejut dengan penemuan tak terduga di dapurnya.
Tepat di mata Marvin sendiri, Wanda menaburkan bubuk obat ke dalam sarapan miliknya. Wanita itu tampak terburu-buru melakukannya, tapi tak meninggalkan jejak sedikit pun. Setelah berhasil memberi obat pada sarapan sang suami, Wanda langsung menyembunyikan bungkus obatnya pada sebuah wadah bumbu yang hanya boleh disentuh oleh Wanda saja.
"Apa yang Wanda taburkan pada makananku?" tanya Marvin.
Selama ini Marvin mulai percaya jika Wanda adalah malaikat yang dikirim Tuhan kepadanya. Namun, ketika Marvin melihat Wanda menyembunyikan obat, dia tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut. Sebagian ingatan yang terkubur mulai terbuka kembali.
Darah, kakek, teriakan, amarah, lalu terakhir ada jarum suntik. Marvin merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Bahkan keringat sudah membasahi keningnya. Semua ingatan masa lalu, semakin lama semakin terbuka lebar. Marvin tak bisa melihat pasti apa yang terjadi, tapi sekilas dia melihat bayangan Wanda yang menyeret tubuh Kakek Adhitama dengan wujud vampirnya.
"Wanda? Tunggu... tunggu... bagaimana jika Wanda sebenarnya adalah penyebab kakek tiada?"
Marvin mengusap wajahnya bingung sendiri. Semua pertanyaan muncul di benaknya, tapi tak menemukan jawaban. Dia ingin langsung bertanya pada Wanda, tapi Wanda selalu saja memberikan alasan untuk membuat Marvin menginterogasinya.
"Pertama-tama, aku harus mencari tahu dulu obat apa yang Wanda berikan padaku. Aku tak bisa memercayai apa yang dikatakan bibirnya, jika tidak memeriksanya sendiri. Apa mungkin, dia berusaha untuk membuatku hilang ingatan dengan obat itu?" pikir Marvin.
Sepanjang pagi, Marvin masih bisa bersikap normal di depan Wanda. Pria itu memakan masakan Wanda sedikit, sementara bibirnya tersenyum tipis. Tak ada satu pun yang berbeda dari masakan yang diberikan Wanda, selain ingatan Marvin yang mulai kembali.
"Jika ingin mengungkap rahasia dari orang yang pandai bersandiwara. Aku juga harus ikut bersandiwara," gumam Marvin.
Sebelum pergi bekerja, sekaligus membawa obat, Marvin sempat mengecup kening Wanda. Pria itu memberitahu, "Nanti aku akan pulang larut malam. Jangan tunggu aku."
Wanda meneguk ludahnya sendiri. Wanita itu berpesan pada Marvin, "Jangan lupa untuk memakan makan siang yang nanti aku kirimkan ke perusahaanmu."
⚜⚜⚜
Malam hari.
Wanda tak seharusnya gelisah, jika Marvin sudah memakan masakan buatannya sekaligus meminum obat. Namun, tetap saja, hati Wanda tiba-tiba tak tenang. Wanda kemudian menelepon salah satu rekan kerjanya, yang sudah dia pakai untuk menjadi mata-mata. "Apakah tadi suamiku benar-benar memakan makan siang dan obat dariku?"
"Itu ... sebenarnya Tuan Marvin, tadi memberikan makan siangnya pada para pegawai. Sementara dirinya sendiri tidak makan siang," jawab pegawai Marvin.
Wanda mengurut keningnya. Bagaimana bisa dia percaya pada kotak bekal makan siang, yang sudah kosong? Seharusnya Wanda tak langsung percaya, pada hal ini.
"Tapi tak perlu khawatir Nyonya. Tuan sekarang sedang makan malam bersama kliennya yang baru. Anda tidak perlu tak---"
Belum sempat pegawai itu mengakhiri ucapannya, Wanda sudah lebih dulu bertanya, "Di mana suamiku sekarang?!"
⚜⚜⚜
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MYSTERIOUS WIFE [Republish][✓]
Vampir"M untuk Marvin di atas! W untuk Wanda di bawah!" - Marvin "Jangan coba-coba berselingkuh dariku, atau kuhisap darahmu sampai habis." - Wanda · · • • • ࿙✩࿙ • • • · · Marvin benci diperintah, tapi suka memerintah. Dia selalu ingin berada di atas ora...