Malam telah tiba, El terbangun dengan kondisi yang lebih baik walaupun badan'nya masih terasa lemas. El mencoba bangun dan keluar dari kamar untuk mencari sang bunda.
El menuju dapur karena sudah pasti bunda'nya berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Bunda" panggil El dengan suara lemah menghampiri sang bunda
"Lho kok turun, udah gak sakit?" Ucap Kinara kemudian menghampiri El yang tadi mendudukkan tubuhnya di kursi
"Udah mendingan Bun, cuma masih lemes" ucap El
"Ya udah sana ke kamar lagi, nanti bunda bawain makanan'nya ke kamar" ucap Kinara mengelus kepala El
"Mau makan di sini aja bareng bunda" El berucap manja
"Ya udah, kamu tunggu sini dulu ya, bunda siapin dulu makanan'nya" Kinara segera menyiapkan makanan di atas meja makan
Tak berapa lama merekapun mulai makan dalam keheningan, hanya terdengar suara denting sendok yang bersentuhan dengan piring.
Setelah selesai makan, Kinara mulai mengajak El berbicara agak serius.
"Na, nanti setelah lulus mau lanjut di mana?" Tanya Kinara
"Masih bingung Bun, tapi temen-temen Nana kebanyakan lanjut di Harapan Bangsa" ucap El
"Emang kamu pengen ambil jurusan apa na?"
"Dulu tuh Nana pengen banget jadi dokter Bun, makan'nya Nana ambil IPA" El tertawa lirih mengingat cita-cita'nya
"Tapi,..El sadar kok Bun kondisi kita sekarang gak memungkinkan untuk Nana lanjut ke kedokteran. Biaya kuliah kedokteran mahal banget Bun. Nanti Nana ambil jurusan lain aja yang gak terlalu mahal" Nana tersenyum kecil menatap sang bunda
"Na, maafin bunda ya. Coba aja bunda bisa lebih berusaha lagi buat pertahanin hubungan bunda sama ayah. Pasti Nana gak bakal susah kaya gini" Kinara merasa bersalah dan sedih akan nasib sang putri
"Bunda kenapa ngomong kaya gitu? Nana gak papa Bun. Malah harus'nya bunda juga mikirin kebahagiaan bunda. Harus'nya Nana yang minta maaf karena gara-gara nana, bunda harus menderita bertahun-tahun" ucap El yang juga merasa bersalah
"Kebahagiaan bunda cuma Nana, asal Nana bahagia bunda juga bahagia. Nana ambil kedokteran aja ya, biar urusan biaya bunda yang pikirin" ucap kirana yang tak mau melihat cita-cita sang putri harus pupus
" Bun, Nana tau kondisi kita saat ini gak memungkin'kan. Malahan tadinya Nana mikir buat gak lanjut kuliah, Nana mau kerja aja bu-"
"Heh gak boleh ngomong kaya gitu. Kamu harus tetep kuliah na. Masih ada bunda yang bisa cari uang buat Nana. Mau bagaimanapun pendidikan Nana nomer satu" ucap bundanya tegas.
"Nana gak tega lihat bunda kerja banting tulang sendirian buat Nana" ucap El dengan raut wajah sedih
"Itu udah jadi kewajiban bunda na. Dan lagi bunda masih ada tabungan walaupun gak banyak"
"Lagian bunda juga udah keterima kerja di salah satu butik terkenal. Ya walaupun gak seberapa tapi masih bersyukur, se'enggak'nya kita punya pemasukan" ucap Kinara tersenyum menatap sang anak
"Oh iya, dulu bunda kan lulusan desainer ya waktu kuliah. Apa El juga ambil desainer aja ya Bun biar nanti kita bisa buka usaha bareng-bareng Bun" El memekik senang
"Jauh banget na dari cita-cita jadi dokter masa belok'nya ke desainer" Kinara tertawa mendengar celotehan El
"Ya, ya kan gak papa Bun. Mumpung belum terlanjur" ucap El
"Gak na, bunda gak mau cita-cita kamu pupus di tengah jalan. Bunda tau segimana pengen'nya kamu jadi dokter walaupun kalau lagi sakit susah banget di ajak periksa ke dokter" Kinara menggeleng-gelengkan kepalanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Aku ?? (END) ✓
Short StoryElfesya Nayara, gadis cantik dan ceria ini tak menyangka bahwa hidupnya penuh rahasia dan kejutan. Dan semua rentetan kejadian yang di alami'nya perlahan merubah kehidupan seorang Elfesya Nayara. " Dunia lagi bercanda sama gue " - El tersenyum denga...