Aksara || 8

144K 7.1K 19
                                    

Don't forget vote and comment




🌷 Happy reading 🌷

Anna diam termenung didalam kelas. Bahkan guru yang sedang menjelaskan didepan kelas tidak dia dengan sama sekali. Pikiran gadis itu tampak kosong.

"Anna!"

Anna tersentak kaget ketika mendengar namanya dipanggil. Gadis itu menoleh, menatap Bu Sekar yang sedang menatapnya dengan tajam.

"Sa-saya, Bu?" tanya Anna sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Jika bukan kamu siapa lagi? Emangnya ada yang namanya Anna selain kamu disini?" tanya balik Bu Sekar yang berhasil membuat Anna terdiam.

"Sini maju kamu, kerjakan soal ini," perintah Bu Sekar. Membuat Anna mau tidak mau berdiri dan maju kedepan kelas.

Anna menelan salivanya susah payah. Menatap soal matematika didepannya dengan jantung berdebar kencang.

Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Saat Bu Sekar menjelaskan dirinya tidak mendengarnya.

"Tunggu apa lagi? Cepat kerjakan," desak Bu Sekar.

Anna mengambil spidol dan mulai mengerjakan soal matematika didepannya. Sesekali gadis itu melihat contoh soal yang telah dibuat oleh Bu Sekar disamping soal.

Dengan bekal contoh soal dan juga kepintarannya. Anna berhasil menyelesaikan soalnya dalam waktu kurang lebih lima menit.

"Udah?" tanya Bu Sekar yang mendapat anggukan dari Anna.

"Kamu boleh kembali ketempat duduk kamu," ucap Bu Sekar yang langsung dituruti oleh Anna.

Bu Sekar memeriksa jawaban yang dikerjakan oleh Anna. Guru yang masih terlihat muda itu tersenyum dan menatap Anna dengan bangga.

"Jawaban kamu gak pernah mengecewakan, Anna," ujar Bu Sekar, membuat Anna tersenyum senang mendengarnya.

Satu kelebihan yang Anna dapatkan. Gadis itu pintar dalam mengerjakan soal matematika. Bahkan selama dua tahun sekolah di sini dia selalu diajukan oleh sekolah untuk mengikuti olimpiade matematika dan selalu mendapati kemenangan.

"Buat yang lainnya, catat ini ke buku catatan kalian," perintah Bu Sekar tak terbantahkan. Siswa-siswi kelas dua belas MIPA 1 itu langsung pada mencatatnya, termasuk Anna juga.

Kelas yang awalnya hening itu. Mulai berisik ketika dari arah luar kelas terdengar suara keributan. Ditambah seruan yang mengatakan kalau ada yang berantem di lapangan

Murid-murid 12 IPA 1 itu mulai berhamburan keluar. Tidak peduli dengan guru yang mengajar didalam kelas. Mereka lebih memilih rasa penasaran mereka.

Anna yang melihat hal itu juga ikut keluar. Bahkan Bu Sekar ikut keluar. Bukan untuk melihat siapa yang berantem, tapi untuk menenangkan keadaan sekolah yang tampak tidak mulai kondusif.

Dari atas Anna dapat melihat. Dibawah sana Aksa sedang berantem dengan salah satu murid laki-laki.

Anna tidak tahu laki-laki tersebut siapa. Tapi jika dilihat dari saragam yang dikenakan, laki-laki itu adalah salah satu adik kelas mereka yang duduk di kelas sebelas.

Anna tidak bisa untuk tidak khawatir melihat Aksa. Apalagi saat melihat wajah cowok itu yang sudah penuh dengan luka lebam dan juga robekan di bibirnya.

Dibawah sana memang sudah ada guru yang memisahkan, tapi Anna tidak bisa tenang saat melihat Aksa yang terluka seperti itu.

Ingin rasanya menemui Aksa dan membatu cowok itu mengobati lukanya. Tapi dia sadar, dia tidak bisa melakukan hal itu. Mengingat jika mereka masih berada dilingkungan sekolah. Dan Anna tidak ingin membuat kehebohan karena menemui Aksa tiba-tiba.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang