Aksara || 66

74.4K 4.1K 74
                                    

Don't forget vote and comment




🌷 Happy reading 🌷

   Pagi ini Aksa di kejutkan dengan kabar yang di berikan oleh Gira. Dimana saat dirinya baru saja membuka matanya, Gira menelponnya dan memberikannya kabar yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.

Sania, gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri meninggal karena kecelakaan.

Dan saat ini Aksa tengah bersiap untuk pergi ke rumah Sania. Ditemani dengan rengekan Anna yang ingin ikut.

"Aksa, aku mau ikut." Anna terus merengek hal yang sama dan jawaban yang sama selalu Aksa berikan.

"Kamu disini aja yah? Kamu lagi sakit, aku gak mau kamu kenapa-kenapa," ujar Aksa sambil memegang kedua bahu Anna. Berharap jika Anna tidak lagi merengek.

Memang benar jika Anna tengah sakit. Semalam, tiba-tiba saja Anna demam setelah memakan ice cream. Padahal dia hanya memakan satu doang.

"Tapi aku mau ikut," rengek Anna. Aksa menghela nafasnya. Dia menatap Mbok Ijah yang hanya menatapnya.

"Mbok, tolong jaga Anna yah." Aksa menatap Mbok Ijah, Mbok Ijah yang mengerti pun langsung mendekati Anna.

"Neng Anna disini aja yah sama Mbok." Mbok Ijah merangkul Anna, hal itu membuat Aksa segera berjalan cepat keluar dari rumah.

Anna ingin mengejarnya, namun Mbok Ijah langsung menahannya.

"Mbok, lepasin. Anna mau nyusul Aksa!" Anna memberontak untuk di lepaskan. Dengan sekuat tenaga Mbok Ijah menahannya.

"Lepasin, Mbok. Aku mau nyusul Aksa!" Tangis Anna pecah. Dia meluruh kelantai hal itu juga membuat Mbok Ijah ikut terduduk di lantai

"Aksa jahat, Aksa jahat sama Anna, Mbok," lirih Anna di pelukan Mbok Ijah.

Padahal dia ingin melihat Sania untuk terakhir kalinya. Tapi Aksa malah melarangnya.

"Aksa jahat," lirih Anna dan setelahnya dia tertidur dalam pelukan Mbok Ijah karena lelah menangis.

Mbok Ijah menghela nafasnya lega. Namun tidak lama, karena Setelahnya dia bingung harus mengangkat Anna gimana.

Tidak ada pilihan, Mbok Ijah teriak memanggil satpam yang ditugaskan Aksa sebulan yang lalu.

"Pak Jajang!" teriak Mbok Ijah. Tidak lama kemudian seorang pria berbadan tegap datang menghampiri Mbok Ijah.

"Kenapa, Mbok?" tanya pak Jajang.

"Tolong bantu saya bawa non Anna ke kamarnya," jawab Mbok Ijah.

Pak Jajang menganggukkan kepalanya. Pria itu langsung membantu Mbok Ijah membawa Anna ke dalam kamar yang berada di lantai bawah, karena pak Jajang tidak sanggup kalau membawa nona mudahnya itu ke lantai atas.

Setelah menidurkan Anna di atas tempat tidur. Pak Jajang langsung keluar dari kamar. Namun tidak dengan Mbok Ijah. Wanita tua itu menyelimuti Anna dan memilih duduk di samping ranjang Anna.

Dia ingin memastikan jika keadaan nona mudahnya itu baik-baik saja.

•••••

Pemakaman Sania telah selesai. Kini Aksa akan bersiap-siap pulang. Sebelum suara seseorang menahannya.

"Nak Aksa." Panggilan itu membuat Aksa mengurungkan niatnya untuk pulang dan berbalik. Dia mendapati Tante Bianca sedang menatapnya dengan mata bengkak.

"Tante ketemu ini di kamar Sania." Bianca memberikan sebuah paper bag yang entah berisi apa.

"Ini buku diary Sania, Tante ada baca setengah isinya dan Tante melihat nama kamu serta Anna di halaman terakhir dia nulis. Kamu bisa membacanya kalau penasaran." Tante Bianca melanjutkan ucapannya ketika melihat raut wajah bingung Aksa.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang