Don't forget vote and comment
•
•
•
•
🌷 Happy reading 🌷"Aaaaa!" Teriakan dari arah lantai atas membuat Aksa yang sedang bermain PS di ruang keluarga segera berlari menaiki tangga.
Pikirannya kini tertuju pada Anna. Takut gadis itu kenapa-kenapa.
Saat membuka pintu hal pertama yang dia lihat adalah Anna sedang berdiri diatas tempat tidur sambil memluk bantal. Aksa ingin mendekat, namun teriakan Anna membuatnya mengurungkan niat tersebut.
"Jangan gerak!"
Aksa mengerutkan keningnya. Cowok itu menatap Anna dengan bingung.
"Lo kenapa?" tanya Aksa.
Anna menunjuk kearah bawah, tidak jauh dari kaki Aksa. "Itu," tunjuk nya membuat Aksa mengikuti arah tunjuk Anna dan disana dia melihat seekor kecoa.
Lalu Aksa melihat kearah Anna dan kembali kearah kecoa. Terus menerus seperti itu hingga sebuah senyuman jahil terukir di bibirnya.
"Lo takut sama kecoa?" tanya Aksa sambil berjongkok dan mengambil kecoa tersebut menggunakan tangan kosong.
"Ihhh! Kok dipegang!" teriak Anna sambil bergidik ngeri. "itu jorok!" lanjutnya, namun Aksa tanpak tidak peduli.
Senyuman jahil masih terukir di bibir Aksa. Membuat Anna yang melihat hal itu menatap Aksa was-was.
"Jangan macem-macem," ancam Anna sambil mengulurkan bantal yang di pegang. Bergerak seperti ingin memukul Aksa.
"Gak macem-macem, cuman satu macem doang." Bersamaan dengan itu terdengar suara teriakan Anna
"Aaaaaa! Mama!" teriak Anna bergerak turun dari atas tempat tidur dan berlari kebelakang tubuh Aksa. Tidak peduli dengan Aksa yang masih memegang kecoa dan kakinya yang masih sakit.
Aksa yang melihat hal itu tertawa geli. Ternyata lucu juga membuat Anna takut, padahal kecoa nya masih ada pada dirinya. Tadi dia hanya pura-pura saja melemparnya kearah Anna.
"Jahat banget sih." Terdengar suara isakan dari arah belakangnya membuat Aksa berbalik. Aksa langsung panik ketika melihat Anna menangis sesenggukan.
"Loh loh, kok nangis." Aksa menjadi bingung, cowok itu membuang kecoa yang ada ditangannya dan kembali mendekat ketempat Anna.
Anna semakin sesenggukan. Sumpah demi apapun dia sangat takut dengan kecoa dan dengan jahilnya Aksa melempar dirinya dengan kecoa.
"Duh gimana coba cara nenangin nya." Aksa menjadi bingung sendiri, dia menggaruk kepalanya seperti orang bodoh.
Aksa yang bingung pun memeluk Anna, mencoba menenangkan gadis itu.
"Udah diem, kecoa nya udah gue buang," ucap Aksa mencoba menenangkan Anna sambil mengusap punggung Anna.
Bukannya berhenti, Anna malah semakin terisak. Hal itu semakin membuat Aksa bingung.
"Diem kenapa sih, kalau gak mau diem gue cium nih." Ancaman dari Aksa sukses membuat Anna berhenti menangis.
"Diem juga kan Lo," ucap Aksa merasa bangga pada dirinya karena bisa membuat Anna berhenti menangis.
Anna melepaskan pelukannya. Gadis itu menatap Aksa dengan datar.
"Kenapa? Mau di cium?" Anna menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban.
"Gak mau." Setelahnya Anna berbalik dan berjalan keluar dari kamar.
Aksa menggaruk kepalanya sambil menatap kepergian Anna. Entah kenapa mengingat ucapannya tadi merasa bodoh sendiri. Bisa-bisanya dia berkata seperti tadi.
"Gue kenapa sih, alay banget dah." Lalu Aksa ikut menyusul Anna keluar dari kamar.
•••••
"Masih marah?" tanya Aksa mengambil duduk disamping Anna.
"Enggak," jawab Anna seadaanya dengan mata terus fokus menatap buku didepannya.
Aksa menghela nafasnya. Ternyata begini rasanya dicuekin sama orang yang kita sukai. Padahal selama ini dia yang selalu cuekin orang.
Sekarang Aksa bingung harus bagaimana. Dia tidak tau caranya membujuk perempuan yang sedang marah bagaimana mana. Apalagi ini istrinya. Yang dia ketahui dari ayahnya kalau seorang istri sedang ngambek itu lebih parah dari seorang pacar. Dan terbukti sekarang.
"Gue mau kerumah Sania." Aksa menolehkan kepalanya, berharap jika Anna meresponnya. Namun tampaknya tidak ada tanda-tanda Anna akan meresponnya.
Aksa menggaruk kepalanya. Terdengar helaan nafas panjang dari cowok itu. Dia ingin membujuk Anna, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.
Anna berdiri dari duduknya, hal itu membuat Aksa langsung menolehkan kepalanya menatap Anna yang kini berjalan menjauh dari ruang keluarga.
Aksa ingin mengikuti Anna, namun terhenti ketika tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas Aksa mengambil ponselnya yang ada di dalam kantung celananya.
Aksa menghela nafasnya panjang ketika menatap layar ponselnya tertera nama Sania disana. Dengan malas Aksa mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, kak. Lo di mana?" Sania bertanya.
"Dirumah, kenapa emangnya?" tanya balik Aksa.
"Boleh temenin gue gak?"
"Kemana?"
"Ke toko buku, mau beli buku pelajaran."
"Gue sibuk." Aksa ingin mematikan panggilannya, namun perkataan Sania setelahnya membuat Aksa mengurungkan niatnya dan berpikir dua kali.
"Lo lupa sama janji Lo, kak?"
Aksa menghela nafasnya panjang. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. Sial, masalah Anna saja belum selesai dan sekarang tambah masalah Sania. Ingin rasanya Aksa membelah diri menjadi dua.
"Gue datang lima belas menit lagi." Setelahnya Aksa mematikan panggilannya. Lagi, Aksa menghela nafasnya panjang. Dia benar-benar pusing sekarang.
Niatnya ingin membujuk Anna, tapi permintaan Sania membuatnya tidak bisa berkutik. Menolak pun percuma, karena Sania mengetahui semua rahasianya. Dan mungkin saja nanti Sania membocorkannya pada murid-murid sekolah ketika dia tidak mau menemaninya.
Sepertinya Aksa harus menunda untuk membujuk Anna hari ini. Toh dia bisa melakukan itu besok atau nanti saat dia pulang setelah mengantar Sania.
Setelah berpikir selama lima menit Aksa berjalan menuju kamarnya. Dia ingin mengambil jaket dan juga kunci motornya.
Dikamar dia dapat melihat Anna yang sedang belajar. Tidak memperdulikan sama sekali sosok Aksa. Anna seperti menganggap Aksa itu makhluk tak kasat mata.
Aksa kembali menghela nafasnya. Setelah mengambil jaket dan kunci motornya Aksa berjalan keluar dari kamar. Diam-diam Anna melihat kepergian Aksa yang tidak mengatakan apapun padanya.
Anna menghela nafasnya. Padahal dia berharap Aksa membujuknya, tapi nyatanya apa? Aksa malah memilih pergi keluar.
Sepertinya pikiran Anna yang berpikir jika Aksa sudah menyukainya salah. Nyatanya Aksa tidak peduli padanya. Aksa masih sama seperti dulu, tidak pernah peduli padanya.
Tanpa terasa air matanya mengalir. Entah kenapa semenjak setelah kemarin kedua orangtuanya Anna menjadi sensitif dan gampang menangis. Apalagi jika itu bersangkutan dengan Aksa seperti saat ini.
"Kayaknya aku banyak berharap." Anna menghapus air matanya dengan kasar dan kembali fokus belajar, berusaha untuk tidak memikirkan Aksa saat ini. Yang mungkin saja nanti kembali membuatnya menangis.
••••||••••
Anna adalah aku, takut sama kecoa. Sebenarnya bukan takut sih, tapi geli.
Ada yang sama gak?
See you ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen FictionBAPER GAK TANGGUNG JAWAB!!! ================================ ⚠️ Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca. Aku saranin baca cerita ini sebelum ending 17+ ygy ================================ Menikah muda bukanlah harapan seorang cowok berna...