Aksara || 41

106K 5.1K 88
                                    

Don't forget vote and comment




🌷 Happy reading 🌷

    Sepertinya Anna benar-benar sakit. Terbukti sekarang dia sedang terbaring lemah ditempat tidur dengan bibir pucatnya, ditambah kepalanya yang semakin pusing.

Bagaimana tidak sakit? Jika dalam dua hari ini Anna tidak memasukkan makanan apapun kedalam lambungnya. Dia hanya memasukkan roti dan juga air putih, itu pun sehari yang lalu. Sepertinya magh nya kembali kambuh.

Suara pintu terbuka terdengar, membuat Anna yang ingin memejamkan matanya urung dan menolehkan kepalanya ke arah pintu. Disana dia dapat melihat Aksa yang sedang berjalan kearahnya.

Aksa duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur untuk mengecek kondisi Anna, namun terhenti ketika Anna menjauhkan diri. Membuat Aksa mengerutkan keningnya bingung.

"Lo sakit?" tanya Aksa yang sebenarnya sudah tau jawabannya.

Tidak ada jawaban dari Anna. Membuat Aksa semakin mengerutkan keningnya.

"Kenapa gak jawab? Lo marah?" Aksa tetep berusaha berbicara pada Anna, namun tampaknya Anna tidak ingin berbicara padanya.

Aksa menghela nafasnya. Tidak ingin ambil pusing, cowok itu lebih memilih beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Dia akan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Setelah kepergian Aksa, Anna menghela nafasnya panjang. Gadis itu mengambil ponselnya dan menatap sebuah foto. Foto yang berhasil membuatnya seperti ini. Perlahan air mata Anna mengalir keluar, namun dengan cepat Anna menghapusnya.

Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Aksa yang sudah terlihat segar dengan baju rumahannya. Aksa berjalan mendekati ranjang dan berdiri tepat dihadapan Anna.

"Lo marah?" tanya Aksa yang sudah merubah posisinya menjadi berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Anna.

Anna tidak menjawabnya. Gadis itu lebih memilih merubah posisinya membelakangi Aksa, namun tertahan karena Aksa menahannya dengan Cera memegang pundaknya.

"Kalau gue nanya itu dijawab," ucap Aksa dengan suara tegasnya. Membuat Anna yang mendengarnya menggigit bibir bawahnya, takut.

Anna menghela nafasnya. Dia mencoba memberanikan diri untuk menatap wajah Aksa.

"Enggak, aku enggak marah sama kamu, Aksa," jawab Anna dengan senyuman paksa nya.

"Terus kenapa dari tadi ditanyain gak jawab?" Raut wajah Aksa berubah jadi datar. Dia tidak suka jika ada orang yang mendiaminya seperti Anna.

"Maaf kalau itu buat kamu marah, kepala ku pusing. Rasanya semakin pusing kalau di buat ngomong," jawab Anna.

Aksa menghela nafasnya. Raut datarnya kembali berubah menjadi raut khawatir. Lalu tangannya bergerak untuk mengusap kening Anna.

"Mau gue pijitin?" tawar Aksa yang mendapat gelengan kepala dari Anna.

"Gak usah, dibawa tidur juga pusingnya udah hilang," tolak Anna yang mendapat dengusan kesal dari Aksa. Kata tolakan pertama yang dia dapat dari seseorang dan itu istrinya sendiri.

"Kalau mau tidur Lo makan dulu, Lo mau makan apa? Biar gue beliin." Aksa berdiri dari duduknya, tanpa mengalihkan tatapannya dari Anna. Dia menunggu jawaban dari istrinya tersebut.

"Gak usah, aku gak laper." Lagi-lagi dia mendapat jawaban tolakan dari Anna. Sungguh jika saja dia tidak ingat jika Anna itu istrinya, mungkin dia sudah ngamuk sekarang.

"Gak bisa, Lo harus tetep makan." Setelah mengatakan itu Aksa berjalan keluar dari kamar. Dia ingin membeli makanan untuk mereka makan siang. Sebenarnya bisa saja masak, tapi salahnya Aksa tidak pandai memasak.

Di tempatnya, Anna menghembuskan nafasnya. Sebenarnya dia tidak ingin berharap lagi pada Aksa. Namun setelah diperlakukan seperti tadi oleh Aksa membuat dirinya kembali berharap.

Dia berharap, jika Aksa juga sama sepertinya. Mencintai dirinya seperti dirinya mencinta Aksa.

Bolehkah Anna berharap jika itu bakalan terjadi?

•••••


Aksa masuk kedalam rumah, dengan tangan membawa kresek berisi makanan. Cowok itu tidak langsung menuju kamar, melainkan menuju dapur. Untuk menyiapkan makanan yang barusan dia beli.

Sesampainya di dapur Aksa langsung mengambil piring dan meletakkannya diatas meja. Setelahnya cowok itu mengeluarkan makanan yang dia beli dari dalam plastik dan meletakkannya diatas piring.

Setelah selesai, Aksa membawa piring yang sudah berisi makanan keatas. Dimana kamar Anna berada.

Setibanya dia di depan kamar, Aksa membuka pintu kamarnya dengan Anna dan dia mendapati Anna sedang tidur dengan posisi melungker. Aksa yang melihat itu menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Anna," panggil Aksa membuat Anna dengan perlahan membuka matanya.

"Ayo makan dulu." Aksa duduk disisi kasur diikuti Anna yang bangun dari tidurnya.

"Aku gak laper, Sa," ujar Anna, menolak makanan yang diberikan Aksa.

"Tapi Lo harus makan, gue gak mau nanti Lo tambah sakit dan berujung gue yang dimarahin mama karena gak bisa ngejaga menantu kesayangannya," ucap Aksa, membuat Anna yang mendengarnya menghela nafasnya.

Anna tidak mengambil piring dari Aksa. Malahan gadis itu terus memandang makanan yang ada diatas piring tersebut dengan tidak berselera.

"Mau gue suapi?" tanya Aksa membuat Anna langsung menatap Aksa.

"Emang mau?" tanya Anna balik dengan suara pelan. Membuat Aksa menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya.

"Buka mulut Lo." Aksa mengulurkan sesendok berisi nasi kedalam mulut Anna. Dengan terpaksa Anna membuka mulutnya, dan menerima suapan dari Aksa.

"Ditelan, jangan Lo muntahin," ucap Aksa ketika melihat Anna seperti ingin memuntahkan makanannya.

Mendengar ucapan Aksa, membuat Anna terpaksa mengunyah dan menelan makanannya. Walaupun rasanya sangat mual.

"Lagi?" Aksa kembali menyuapi Anna yang kembali diterima oleh Anna dengan terpaksa. Begitu terus hingga ke suapan ke lima.

"Udah, kenyang." Anna menjauhkan mulutnya dari sesendok nasi yang disodorkan oleh Aksa.

"Gak ada, ini nasi belum habis." Aksa ingin kembali menyuapi Anna, namun langsung dihentikan oleh Aksa.

"Enggak, Aksa. Aku udah kenyang," tolak Anna membuat Aksa menghela nafasnya sabar.

"Oke, Nih minum." Aksa memberikan segelas air pada Anna dan langsung diterima oleh Anna. Anna meminumnya hingga tersisa setengah.

"Makasih," ucap Anna tulus yang hanya dibalas anggukan oleh Anna.

Setelahnya Aksa beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Dengan Anna yang terus memandang kepergian Aksa.

"Sebenarnya perhatian kamu itu karena kasian sama aku apa karena apa sih, Sa?" Anna menghela nafasnya dengan panjang. Mengingat semua perhatian Aksa barusan membuat Anna seperti merasa dicintai, namun saat mengingat pesan dari Sania membuatnya berpikir ulang. Dan dia terus bertanya.

Benarkah Aksa ngelakuin itu semua karena dia hanya kasihan dengannya?



••••||••••



Anna bikin orang jadi ikutan overthinking 😌

Malam Minggu pada kemana nih? Kalau aku sih jalan sama Aksa, wkwkwk

Yang penasaran sama isi chat dari Sania bisa di cek di Ig aku. Nama Ig nya @story.cann
Jangan lupa di follow juga yah guys

See you ♥️

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang