Don't forget vote and comment
•
•
•
•
🌷 Happy reading 🌷Sama seperti biasanya, hari ini Aksa langsung ke kantin setelah mendapati hukuman. Cowok itu berjalan dengan santai, tidak peduli jika nanti ada guru atau pak Jaya yang melihatnya.
Cowok itu lebih memikirkan tenggorokannya yang terasa kering dan minta diisi.
Saat diperjalanan, Aksa tidak sengaja berpas-pasan dengan Abian. Aksa menatap Abian dengan datar dan melewatinya begitu saja. Lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kantin.
Sesampainya di kantin, Aksa langsung menuju ke salah satu penjual dan membeli minuman bersoda. Setelah membayarnya Aksa meminumnya hingga tandas.
Namun tiba-tiba saja pundaknya ditepuk membuat Aksa yang ingin menelan susah minumannya tersedak.
"An- aw aw!" Aksa memegang telinganya yang tiba-tiba saja ditarik. Membuat cowok itu langsung menolehkan kepalanya dan mendapati Bu Loli, salah satu guru killer disekolah nya.
"Bagus, yang lain pada belajar kamu disini," ucap Bu Loli masih menarik telinga Aksa.
"Saya haus Bu habis di hukum, makannya saya kesini karena mau beli minuman," balas Aksa dengan tangan yang memegang kupingnya.
"Ibu gak mau tau, yang ibu tau kamu bolos dari pelajaran," balas Bu Loli dan sudah melepaskan tangannya dari telinga Aksa. Lalu tanpa banyak bicara, Bu Loli menarik tangan Aksa.
"Bu, ibu mau bawa saya kemana?" tanya Aksa sambil terus mengikuti Bu Loli yang sedang menarik tangannya.
"Perpus," jawab Bu Loli membuat Aksa membelalakkan matanya.
"Ngapain, Bu?" tanya Aksa.
"Kamu saya hukum bersihin perpustakaan," jawab Bu Loli yang berhasil membuat Aksa kembali membelalakkan matanya.
"Lah Bu, masa saya baru dihukum mau dihukum lagi," protes Aksa tidak terima.
Bu Loli menghentikan langkahnya. Kini mereka sudah berada didalam perpustakaan yang sunyi.
"Kamu dihukum sama siapa tadi?" tanya Bu Loli menatap Aksa dengan datar.
"Sih kumis panjang," jawab Aksa.
"Kumis panjang? Siapa itu?" tanya Bu Loli mengerutkan keningnya.
"Pak Jaya," jawab Aksa dengan malas. Bu Loli yang mendengarnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah muridnya yang satu ini. Bisa-bisanya mengubah nama orang sembarangan, apalagi itu gurunya sendiri.
"Pak Jaya itu punya nama dan gak seharusnya kamu ganti-ganti nama beliau, emang kamu mau nama kamu diganti sama orang dengan nama yang jelek?" tanya Bu Loli. Membuat Aksa yang mendengarnya memutar bola matanya malas.
"Bu, sebenarnya ibu itu mau ceramahi saya apa mau ngasih saya hukuman sih? Dari tadi ngomel mulu," ucap Aksa membuat Bu Loli menghela nafasnya sabar.
Memang, kalau mengahadapi murid seperti Aksa itu harus sabar. Kalau tidak, bisa-bisa nanti terkena darah tinggi.
"Ya udah, sekarang kamu bersihin seluruh perpustakaan ini, mulai dari rak-rak buku yang berdebu sampai lantai yang kotor. Ibu bakalan tunggu disini," ujar Bu Loli sambil memposisikan dirinya duduk di mejanya.
Aksa menghela nafasnya. Dengan malas cowok itu berjalan ke sudut perpustakaan untuk mengambil beberapa alat kebersihan tidak lupa dia meletakkan tasnya terlebih dahulu ke atas meja yang ada disana.
Lalu setelahnya cowok dengan keadaan saragam sekolah yang tidak pernah rapi itu mulai membersihkan perpustakaan. Kegiatan yang tidak pernah dia lakukan, dan sekarang dia harus melakukan itu.
•••••
Anna memasuki apartemennya disusul oleh Gira, dan menutup pintu apartemen. Lalu keduanya berjalan menuju ruang tamu dan memposisikan dirinya duduk diatas sofa.
Anna bersender ke belakang. Gadis itu memejamkan matanya, mencoba menghilangkan rasa pusing dikepalanya.
"Kamu minum obat dulu yah sayang," ucap Gira sambil menyiapkan obat Anna.
Anna membuka matanya. Lalu menatap Gira yang sibuk menyiapkan obatnya.
"Bentar, mama ambil minum dulu," ucap Gira lagi lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju dapur.
Anna kembali memejamkan matanya. Sebenarnya dia merasa tidak enak karena telah merepotkan Gira, tapi mau bagaimana lagi. Badannya terasa sangat lemas ditambah dengan kepalanya yang pusingnya luar biasa.
"Ini." Anna kembali membuka matanya dan mendapati Gira sudah berdiri didepannya sambil menyodorkan beberapa butir obat dan juga segelas air putih.
"Diminum yah sayang, biar kamu cepet sembuh," ucap Gira ketika melihat Anna hanya melihat obatnya tanpa mau menerimanya.
Anna menggelengkan kepalanya, membuat Gira mengerutkan keningnya. "Kenapa, sayang?" tanya Gira dan duduk disamping Anna.
"Anna gak bisa minum obat kalau gak dihancurin dulu obatnya," jawab Anna pelan sambil menundukkan kepalanya. "Biasanya kalau Anna sakit, mama selalu hancurin obatnya dulu baru Anna minum," lanjutnya.
Gira menghela nafasnya. Dia tersenyum dan mengusap punggung Anna. Dia tahu bagaimana perasaan Anna saat ini, pasti gadis itu sedang merindukan ibunya.
"Ya udah, hari ini mama yang bakalan hancurin obat kamu," ucap Gira membuat Anna menoleh kearahnya.
"Maaf yah ma kalau ngerepotin," balas Anna merasa tidak enak. Gira hanya membalasnya dengan senyuman.
"Gak pa-pa sayang, kamu anak mama juga. Jadi mama gak ngerasa direpotin sama kamu kok," ucap Gira mengusap pelan rambut Anna. Kemudian wanita itu beranjak dari duduknya dan kembali menuju dapur. Dia akan melakukan seperti yang dikatakannya tadi.
Setelah beberapa menit, Gira datang dengan obat yang sudah halus. Kini obat yang tadinya berbentuk pil sudah berubah menjadi bentuk serbuk.
Gira duduk di samping Anna. Wanita itu memberikan sendok yang berisi obat yang sudah dia berikan sedikit air kepada Anna. Dan Anna pun menerimanya lalu meminumnya setelahnya meminum air putih yang diberikan Gira.
"Sekarang kamu istirahat yah," perintah Gira yang tidak langsung dituruti oleh Anna.
"Mama mau pulang?" tanya Anna yang langsung mendapat gelengan kepala dari Gira.
"Enggak, mama bakalan disini nungguin kamu sampai Aksa pulang sekolah," jawab Gira tidak lupa dengan senyumannya.
"Ya udah sana kamu istirahat gih," perintah Gira yang mendapat anggukan dari Anna.
"Kalau gitu Anna ke kamar dulu yah, ma," pamit Anna yang dibalas anggukan dari Gira. Lalu gadis itu beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya, dengan jalan yang sedikit sempoyongan.
Gira yang melihat hal itu pun beranjak dari tempatnya dan mendekati Anna. Wanita itu akhirannya membantu Anna berjalan menuju kamarnya.
"Makasih, ma," ucap Anna setelah berbaring ditempat tidur.
"Sama-sama," balas Gira tersenyum dan mengusap pelan Anna dengan lembut.
Sebelum meninggalkan Anna, Gira menyempatkan diri menyelimuti Anna lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.
Anna tidak memejamkan matanya. Selain karena belum mengantuk, dia sedang lagu banyak pikiran. Dia terus teringat dengan Emma. Teringat waktu dirinya sakit Emma pasti orang pertama yang khawatir dengannya, dan bakal merawatnya hingga dirinya sembuh.
Memikirkan itu membuat Anna merasa mengantuk. Mungkin karena efek obat yang dia minum, ditambah dengan kepalanya yang pusing.
Anna memejamkan matanya dan mulai masuk kedalam alam mimpi.
••••||••••
Malam Minggu nih, pada kemana nih?
Makasih buat kalian yang udah mampir di cerita ini dan selalu dukung cerita ini dengan vote dan komen cerita ini 🥰
See you ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen FictionBAPER GAK TANGGUNG JAWAB!!! ================================ ⚠️ Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca. Aku saranin baca cerita ini sebelum ending 17+ ygy ================================ Menikah muda bukanlah harapan seorang cowok berna...