-10-

87 30 3
                                    

Selayaknya manusia biasa, Cakra memiliki rasa cemburu terhadap Samudra. Jika ditanya hal yang paling ia benci di kehidupan kedua ini, kehadiran Samudra adalah jawabannya. Pemuda itu memiliki semua yang Cakra inginkan. Waktu bersama Widya yang jauh lebih banyak karena ia juga merupakan dosen dari wanita itu, serta pekerjaan mapan yang sangat Cakra idam-idamkan.

Namun, manusia memang selalu luput dari rasa syukur terhadap karunia yang Tuhan berikan padanya. Sama halnya dengan Cakra yang cemburu dengan kelebihan yang dimiliki Samudra, Samudra pun demikian. Jika dilihat kasat mata, kehidupan Samudra sangat sempurna. Mapan di usia yang terbilang cukup muda, memilih wajah tampan dan aura yang memesona, serta keluarga yang benar-benar kaya.

Akan tetapi, tanpa orang lain sadari, Samudra memiliki luka yang ia simpan sendiri. Kehangatan keluarga yang selama ini ditampakkan hanya sebagai pameran agar orang-orang memandang iri terhadap mereka, adalah sebuah kamuflase yang diperankan sangat apik oleh masing-masing anggota keluarga.

Kelahiran Samudra merupakan anugerah sekaligus bencana. Ia terlahir dari istri kedua keluarga Jayaputra. Istri pertama ayahnya tidak hanya melahirkan seorang dua orang putri, sehingga lahirnya Samudra membuat ahli waris jatuh ke tangannya.

Mungkin, hal ini terlihat seperti sebuah drama kerajaan yang memiliki konflik perebutan tahta. Namun, itulah yang terjadi. Manusia terlahir dengan berbagai masalah yang ditanggung oleh masing-masing jiwa.

Seperti pagi ini, kakak pertamanya yang bernama Anastasya, datang ke kantor dan langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Samudra. Raut wajahnya sangat tidak bersahabat, membuat sekretaris Samudra tidak bisa mencegahnya.

“Dasar anak jalang! Ngapain kamu ke kantor? Aku, kan, sudah bilang, kamu nggak boleh datang lagi ke sini.”

Samudra hanya diam. Ia berbalik dengan tenang dan memandang Anastasya dengan tatapan meremehkan.

“Berani, ya, kamu lihat aku kayak gitu?!”

Tangan Anastasya melayang hampir menampar pipi Samudra, tetapi seseorang mencegahnya.

“Maaf, Mbak. Saya tidak tau masalahnya apa, tapi sebaiknya diselesaikan dengan baik,” ucap wanita yang ternyata adalah Widya

Samudra sangat terkejut dengan keberanian wanita mungil itu. Bagaimana tidak? Tinggi Widya dan Anastasya sangat jomplang, apalagi saat ini Anastasya sedang memakai heels.

“Kamu nggak tau masalahnya apa, tapi mau ikut campur urusan orang? Hah?!”

Anastasya langsung menghempas tangan Widya sangat keras sampai wanita itu hampir terjatuh. Untung saja, Cakra yang hendak mengantarkan dokumen untuk Samudra segera berlari dan menjadi penumpu tubuh Widya.

“Ini lagi? Kamu pegawai di sini? Nggak ada sopan-sopannya. Kalau masuk, ketuk pintu dulu," omel Anastasya pada Cakra.

“Ini siapa?” tanya Cakra pada Samudra setelah membantu Widya berdiri.

“Kamu ngga tau saya siapa? Saya putri pertama pemilik Jayaputra Grup.”

Cakra hanya mengangguk. Ia sama sekali tidak peduli soal urusan takhta keluarga Samudra. Alasan Cakra ada di ruangan ini, adalah untuk meminta tanda tangan Samudra dan secara tidak sengaja melihat Widya masuk ke ruangan ini.

“Mbak, kalau Mbak masih buat keributan di kanto ini, saya nggak akan segan-segan panggil security untuk usir Mbak dari sini,” ancam Samudra.

“Kamu ngancam saya? Hey! Sadar diri. Kamu cuma anak Jalang yang datang ke kehidupan kami setelah ibumu merayu Papa.”

“Mbak!” tegur Widya yang merasa tidak nyaman dengan ucapan Anastasya.

Widya memang tidak tahu tentang permasalahan mereka. Namun, mendengar ucapan Anastasya yang sangat tidak pantas, membuat hatinya memanas.

Kali Kedua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang