Suara ketukan pintu membuat Cakra dan Widya terbangun dari tidur mereka yang sangat nyenyak. Meskipun bagi Widya ia belum pernah berpelukan dengan laki-laki selain ayahnya sebelum menikah dengan Cakra, tetapi wanita itu sudah merasakan kehangatan dan kenyamanan sampai tertidur pulas selama berjam-jam. Namun, keduanya terpaksa harus menjeda kegiatan bermesraan setelah berulang kali mendengar suara Ibu.
“Widya, Cakra, ayo makan malam dulu,” ucap Ibu dari balik pintu.
“Iya, Bu!” balas Widya.
Widya berbalik dan menatap Cakra yang juga menatapnya. Pemuda itu tersenyum dan bibirnya semakin mendekat, tetapi seketika Widya langsung berpaling.
Ia bukan tidak suka berciuman dengan Cakra yang saat ini sudah berstatus sebagai suami sah. Namun, Widya tidak mau membiarkan Ibu menunggu di luar terlalu lama yang akan menyebabkan masalah serta kecanggungan nantinya.
“Ibu tunggu di bawah. Jangan lama-lama, Wid. Yang lain udah pada nungguin.”
“Iya, Bu.”
Widya kembali menatap Cakra. “Jangan sekarang, ya. Masih banyak keluargaku. Nggak enak kalau mereka kelamaan nunggunya.”
Cakra tersenyum dan terbesit dalam hati untuk menggoda Widya yang salah paham dengan tindakannya tadi. Memang benar Cakra ingin mencium istrinya, tetapi tidak lebih dari itu. Ia juga tahu kondisi dan mengerti posisi Widya saat ini.
“Mas mau ngapain?” tanya Widya dengan perasaan deg-degan karena Cakra tiba-tiba menindih tubuhnya.
“M-mas ...”
Cakra tersenyum dan berbisik, “nggak sekarang. Nanti, ya.”
Widya yang sudah berpikir tidak-tidak, merasakan wajahnya panas. Ia benar-benar malu karena menduga Cakra akan menuntut haknya di situasi yang tidak memungkinkan ini.“Kamu nggak siap-siap?” tanya Cakra dengan senyum penuh kemenangan karena berhasil menggoda Widya sampai wajah istrinya itu terlihat memerah.
“I-iya ...”
Widya langsung berjalan cepat masuk ke kamar mandi dan segera membasuh wajahnya. Ia berusaha menangkan diri dan mencoba melupakan kejadian tadi serta pikiran yang tidak-tidak. Sampai terdengar suara ketukan pintu yang membuat Widya mempercepat kegiatannya.
“Iya, sebentar. Nggak sabaran bang-“
Ucapan Widya terpotong ketika melihat tante dan sepupunya berada tepat di kamarnya. “Mas?”
“Ini, Wid.” Tantenya langsung berjalan mendekati Widya dan menarik tangannya lembut.
“Tante mau bicara sama kalian. Penting banget. Maaf kalau jadi gangguin kalian.”
Widya sangat mengenal tantenya yang merupakan adik kandung Ayah. Kepribadian adik Ayah memang tidak jauh berbeda dengannya. Sama-sama senang memedulikan orang lain dan selalu berusaha berbuat baik pada siapa saja.
“Ada apa, Tan?”
“Key, tolong pintunya ditutup dulu. Jangan lupa dikunci juga.”
Sepupu Widya yang bernama Keysha yang berusia enam belas tahun itu, langsung mengikuti perintah ibunya. Sebelumnya, gadis itu memastikan keadaan sekitar sebelum mengunci pintu rapat-rapat lalu kemudian ikut duduk di samping ibunya di tempat tidur Widya. Sementara Cakra memilih berdiri dan berusaha mendengarkan dengan tenang.
Cakra merasa asing dengan tante Widya yang satu ini karena memang mereka baru tiba dari Bandung beberapa jam lalu dan terlambat menghadiri acara pernikahan Widya. Dari raut wajah wanita yang diperkirakan empat puluh tahunan itu, Cakra bisa merasakan kekhawatirannya. Namun, ia berusaha diam dan mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [END]
Romance[Naskah ini dikutkan dalam event GMG Writers 2022] Nomor Urut: 066 Tema: Marriege Life Cakra Adiguna yang berbulan-bulan hidup dalam penyesalan, mendapat kesempatan untuk memperbaiki masa lalunya. Meski begitu, tidak semua hal akan berjalan seperti...