-71-

31 7 2
                                    

Untuk pertama kali, ruang keluarga Cakra terisi. Selama ia pindah ke rumah baru, baik Cakra maupun Dimas tidak pernah duduk di ruang keluarga.

Namun, kali ini berkat ajakan Widya dan persetujuan semua orang, akhirnya ruang keluarga di rumah Cakra berfungsi juga. Ditemani the hangat dan kue putu buatan Ibu panti, semua orang berkumpul di ruang keluarga.

“Widya, Cakra, nanti kalian mau bulan madu ke mana?” tanya Ibu setelah menyeruput tehnya.
Widya dan Cakra saling memandang. Keduanya tersenyum karena sebenarnya mereka juga belum memikirkan hal itu.

“Bulan madu emang harus keluar, ya?” tanya Cakra.

Pertanyaan Cakra membuat Ibu panti merasa gemas. “Harus, dong. Jangan bilang kalian belum ada rencana bulan madu?”

Widya dan Cakra mengangguk. Hal itu membuat Dimas tersenyum meledek.

“Kenapa ketawa, Dim? Ledekin kita? Kamu, tuh, nyari juga.” Ucapan Cakra membuat Widya langsung memberi kode pada suaminya itu dengan cara menyenggol tangannya.

“Kamu ngomong apa, sih, Mas?” tanya Widya berbisik. Ia merasa tidak enak dengan Dimas yang jelas saja masih belum bisa melupakan Putri.

Dimas yang melihat Cakra dan Widya yang berbisik-bisik, langsung berdiri dan bertepuk tangan. Ia ingin mencairkan suasana karena tidak ingin Cakra dan Widya merasa tidak enak padanya.

Memang benar, Dimas harus belajar mengikhlaskan kisahnya yang berakhir tragis dengan Putri. Meskipun, ia sendiri tidak tahu apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak. Karena sampai detik ini, Dimas masih nyaman hidup dengan bayang-bayangan Putri dalam benaknya.

“Nggak seru, nih, kalau Cuma ngobrol-ngobrol aja. Gimana kalau kita karaokean?”

“Wah, kambuh dia ..” ucap Cakra. Sementara itu Widya langsung mengangguk setuju dengan saran Dimas. Meskipun di detik berikutnya, Ibu dan Ibu panti langsung melambaikan tangan tidak setuju.

“Lah, kenapa?” tanya Dimas.

“Kamu ini. Kita udah tua, Dim. Masa mau karaokean?”

“Ya, nggak pa-pa, Bu. Emang waktu Ibu masih muda nggak pernah karaoke? Kita pakai lagu-lagu jaman dulu aja. Sekalian nostalgia, kan? Gimana?”

Widya mengangguk dan tertawa sambil bertepuk tangan dengan saran Dimas. Hal itu membuat Cakra hanya bisa menggeleng melihat istri dan pemuda yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri itu, tampak antusias.

“Aku udah lama nggak nyanyi, Mas,” bisik Widya.
Cakra baru ingat kalau istrinya ini merupakan seorang vokalis di kampus. Suaranya sangat indah bahkan pernah viral di youtube.

“Siapa yang mau nyanyi duluan?” tanya Dimas ketika selesai membereskan sound system dan menyetel alat-alat lainnya.

Widya langsung mengangkat tangan dan meraih mikrofon dari Dimas dengan diiringi tepuk tangan dari Cakra, Ibunya, dan Ibu panti. Semua tampak antusias ketika musik mulai terputar.

Widya membawakan lagu Sang Dewi dari penyanyi terkenal Indonesia yaitu Lyodra. Karena lagu tersebut merupakan lagu remake yang sebelumnya dibawakan Titi DJ, Ibu dan Ibu panti ikut berdiri dan mengambil mikrofon masing-masing.

Semua larut dengan suasana bahagia di ruang keluarga rumah Cakra. Kenangan baru setelah banyaknya kecurigaan, kekhawatiran, ketakutan yang menghantui masing-masing dari mereka, kini benar-benar hilang.

Tidak ada lagi rasa tidak suka dari mertuanya terhadap Cakra dan Cakra juga tidak lagi menaruh curiga. Hanya ada rasa bahagia dan saling percaya, yang Cakra harap akan bertahan selamanya.

Kali Kedua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang