Setelah Cakra diputuskan bersalah, banyak hal yang harus Widya hadapi sendirian. Terutama, soal keuangan. Dimas sudah bersusah payah mempertahankan rumah yang Cakra beli menggunakan uangnya sendiri agar ia dan Widya bisa tetap tinggal di rumah yang banyak kenangannya itu. Namun ternyata, rumah itu juga termasuk salah satu properti yang harus disita KPK.
Dimas tidak punya pilihan lain selain meminta Widya untuk kembali ke rumahnya yang dulu, sementara ia memilih membeli ruko untuk klinik dan tempat tinggalnya yang baru. Dimas bisa saja mengajak Widya untuk tinggal bersama seperti permintaan Cakra yang menitipkan Widya pada Dimas.
Namun, Widya yang sedang hamil, membutuhkan orang yang selalu bisa mendampinginya. Sedangkan, Dimas tidak selalu berada di klinik karena ia harus bolak-balik mengurus keperluan perusahaan rintisan Cakra yang juga terjerat hukum karena disinyalir mengambil dana dari perusahaan Samudra. Kesibukan Dimas yang sering kali membuatnya jarang pulang, membuat ia terpaksa mengantarkan Widya ke rumahnya.
Jauh dari harapan Widya. Wanita itu berharap, ketika ia pulang ke rumah, akan mendapatkan sambutan hangat dan pelukan semangat dari ibunya. Namun, harapannya patah ketika Ibu justru membicarakan soal perceraian.
Widya tahu, dan Widya sadar betul, Ibu ingin yang terbaik untuk kehidupannya dan kehidupan janin yang sedang di kandung Widya. Widya juga berhak bahagia. Apalagi, hampir tiga bulan Cakra ditahan, suaminya itu sama sekali tidak mau ditemui. Cakra menolak semua kunjungan, kecuali kunjungan Dimas.
Biar bagaimanapun, hati seorang Ibu pasti akan mengerut ketika melihat putrinya yang sedang mengandung dan berusaha bertahan, justru diperlakukan demikian. Namun, Widya yakin dan percaya, bahwa suatu hari nanti Cakra pasti akan mau menemuinya.
Di tengah banyaknya permasalahan yang dihadapi, Widya berusaha melewatkannya sendiri. Dugaan Dimas yang mengira Widya akan sedikit lebih baik ketika kembali ke rumah karena tinggal bersama ibunya, ternyata salah. Setiap hari, ia ditekan untuk bercerai dari Cakra. Ditambah, berulang kali Samudra datang ke rumah dengan alasan ingin memastikan keadaan Widya baik-baik saja, meskipun berulang kali juga Widya menolak bertemu dengan pemuda itu.
Namun, Samudra tidak ingin menyerah. Sama seperti Widya yang terus memegang kepercayaan bahwa suatu hari Cakra mau menemuinya, begitu juga kepercayaan yang Samudra pegang. Meskipun harus menunggu entah sampai kapan, keduanya tetap memeluk erat harapan masing-masing.
Hampir setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, Samudra singgah ke rumah Widya untuk sarapan bersama. Meskipun itu artinya, Widya tidak akan keluar kamar dan akan turun sarapan setelah kepergian Samudra. Rutinitas yang tanpa sadar sudah Samudra lakukan selama hampir tiga bulan setelah mengetahui Widya pindah lagi ke rumah ibunya.
Hal itu sudah membuat Widya terbiasa. Kebiasaan yang memang selalu membuat manusia merasa asing ketika sehari saja tidak dilakukan, juga Widya rasakan. Ketika mobil Cakra yang suara mesinnya sudah akrab di telinga Widya, tidak lagi terdengar di pagi hari. Widya mencari, Widya bertanya-tanya, "ke mana pemuda itu pergi? Kenapa dia datang lagi?"
Samudra terlambat hampir satu jam dari waktu biasa ia berkunjung. Widya yang awalnya merasa biasa, mulai mencarinya. Berulang kali ia mondar-mandir di depan jendela dan melihat ke gerbang, berharap mobil hitam yang sering Samudra gunakan masuk ke halaman rumah.
Dengan mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit, perasaan Widya tidak tenang. Ia merasa kehilangan. Namun, wanita itu berusaha menepis perasaannya. Ia tidak ingin berkhianat, meskipun jika benar ia berkhianat dalam hati, tidak ada yang bisa mengetahui.
"Dia ke mana, sih?" tanya Widya.
Widya semakin gelisah ketika yang ditunggu belum juga tiba. Sampai akhirnya, fokus wanita itu teralih ketika ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Dengan berat hati, Widya menutup tirai jendela transparan dan berbalik meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidur. Pesan dari Dimas yang meminta untuk bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [END]
Romance[Naskah ini dikutkan dalam event GMG Writers 2022] Nomor Urut: 066 Tema: Marriege Life Cakra Adiguna yang berbulan-bulan hidup dalam penyesalan, mendapat kesempatan untuk memperbaiki masa lalunya. Meski begitu, tidak semua hal akan berjalan seperti...