Rumah Sakit

90 15 2
                                    

Pasti ada tantangan yang berat
Di setiap perjalanan yang hebat
Takkan berakhir di sini
Semuanya akan jadi lebih baik

Walau kita tidak lagi berlari bersama lagi
Tetapi doaku ini selalu untukmu
Sampai suatu hari nanti kita 'kan bersama lagi
Berbagi cerita terbaik

~CJR- Lebih Baik~

•••••••♡♡♡♡♡♡♡♡••••••••••


"Lo siapa sih?" tanya Nafis penasaran karena wajah Rani tertutupi oleh rambutnya.

Rani membenarkan rambutnya yang berantakan. Cantik, itu yang pertama kali terlintas dipikiran Pangeran dan Arsen. Memakai piama dan lucu sekali sendal pinknya, sebelah kiri RA dan kanan NI digabung menjadi 'RANI'.

"Lo ngapain kesini?" tanya Rey, dia kira Rani bercanda mau menyusulnya sampai kesini.

"Gue mau nemenin lo ke sekolah. Lo kan penakut," jawab Rani.

Semua tertawa mendengar jawaban dari Rani. Memang benar Rey itu sangat penakut. Makanya Rani cemas, takut nanti Rey mati berdiri karena ketakutan.

Rey tak memperdulikan jawaban Rani, dia melepas jaketnya lalu memakaikannya pada Rani,"Lo nggak lupa kan kalau punya alergi dingin."

Rani baru sadar kalau dia hanya memakai piama. Untung saja dia memakai kaus kaki. Jika tidak, dia mungkin akan kedinginan sekali.

"Mata temen-temen lo tajem banget ngeliatin gue," bisik Rani pada Rey.

"Kenapa? Lo takut sama gue?" tanya Chandra menatap intens Rani.

Rani menarik baju Rey lalu sedikit bersembunyi dibelakangnya. Dia takut, takut kejadian dua tahun lalu terjadi kembali. Peristiwa yang harus dia lupakan seumur hidup. Tangan Rani bergetar hebat, Rey pun merasakannya.

"Mereka orang baik," kata Rey menenangkan Rani.

"Nggak usah didengerin si Chandra. Dia itu suka ngajak ribut," timpal Chiko yang ikut menenangkan Rani yang kebetulan tahu kenapa Rani begitu takut kepada orang baru. Rani trauma!

"Kenalan dulu," suruh Rey, Rani pun menggeleng kuat. Ia tak mau, ia takut. Meskipun tadi dia begitu cerewet di telepon karena saat itu dia sedang panik.

"Tadi aja lo cerewet banget, sekarang sudah ketemu malah diam," sindir Chandra.

"Chan, nggak usah nyari ribut lo!" bentak Rey.

"Gue ikut ya ke sekolah," pinta Rani memelas.

"Nggak!" Rey tak mau Rani ikut dengannya. Biarkan saja dia dan teman-temannya yang pergi.

"Lo nggak usah ikut, mending temenin Arsen," kata Pangeran.

Rani memicingkan mata menilik Pangeran dengan serius. Apakah ini yang namanya Pangeran. Dia tampan tetapi ada yang lebih tampan, tinggi, hidungnya mancung dan senyumnya manis banget.

Oh My God

Mata Rani tak berkedip sedikit pun ketika melihat lelaki itu. Ya Tuhan, apakah ini definisi manusia dengan fisik sempurna. Ini sudah sangat tampan bagi Rani. Dia memakai baju rumah sakit, berarti dia adalah pasien dan nama dia pasti Arsen seperti yang Rey bilang tadi.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Rey, ia takut jika Rani kedinginan.

Rani mengerjapkan matanya lalu menggeleng,"Lo beneran nggak mau ngajak gue ke sekolah."

"Rani, lo disini aja ya temenin Arsen sama Aji biar lo nambah teman. Nggak usah takut sama mereka," kata Rey memegang kedua bahu Rani.

Rani mendongak menatap Rey,"Tapi lo janji bakal kesini lagi."

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang