Bukan Rani tak bersyukur mendapat juara pertama. Namun, bagaimana dengan Rey? Dia sudah bekerja keras untuk memenuhi semua keinginan papanya. Lalu tiba-tiba di semester 5 ini, nilai Rey turun dan Rani merasa bersalah.
"Bukan salah lo, guenya aja yang nggak fokus belajar," ujar Rey.
"Tapi, nanti Om Perwira gimana?" Rani cemas jika Rey dimarahi papanya.
"Nggak papa, itu urusan gue," balas Rey lalu melangkah pergi.
Rani menoleh Pangeran yang hanya diam. Cowok itu masih memikirkan cara untuk mengatakan sesuatu yang akan menyakiti hati Rani. Pangeran benar-benar takut jika Rani kecewa dan sedih berkepanjangan.
Namun, ini adalah janji mereka dan tak mungkin diingkari. Meninggalkan Rani sebentar saja Pangeran tidak akan sanggup.
"Ayah," panggil Rani.
Tahta melambaikan tangan dengan wajah yang sangat bahagia. Anak kesayangannya mendapat juara pertama. Tahta menghampiri Rani untuk memberi selamat.
"Anak Ayah hebat," ujar Tahta sambil memeluk Rani seerat-eratnya.
"Ini semua berkat dukungan dari Ayah sama Ibu," balas Rani.
Tahta mencium pucuk kepala Rani lalu mengacaknya sebentar,"Pokoknya, Ayah bangga banget sama kamu, Nak."
"Makasih Ayah." Rani melerai pelukan mereka berdua."Ayah, kenalin ini Pangeran Mahardika, teman Rani."
"Pangeran Om," ujar Pangeran lalu mencium takzim punggung tangan Tahta.
"Nama kamu bagus," puji Tahta kemudian menepuk pelan bahu Pangeran.
"Makasih Om." Pangeran salah tingkah.
"Om mau bicara sama kamu," kata Tahta meminta Pangeran untuk mengikuti langkahnya.
Pangeran sedikit terkejut kemudian mengangguk.
Rani sedikit penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Tidak mau ikut campur Rani pun menghampiri Selasa yang sedari tadi memanggilnya.
"Selamat ya Ra," ucap Selasa senang.
"Lo juga selamat dapat juara tiga," balas Rani.
__♡♡♡♡♡♡♡__Malam ini Rey tertunduk lesu karena takut perwira akan memarahinya. Padmi juga ikut diam dan hanya ada suara sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring. Perwira kecewa, marah, kesal tetapi harus ia tahan.
"Kenapa nilai kamu turun?" tanya Perwira.
Rey tak menjawab.
"Papa tanya, kenapa nilai kamu bisa turun Abrisam Reynanda?" geram Perwira.
Rey mengepal tangan menahan emosi yang meluap-meluap,"Rey udah belajar biar bisa mempertahankan juara 1. Tapi, itu semua nggak semudah yang Papa bayangkan."
Padmi mencoba menenangkan suami dan anaknya yang sama-sama memiliki sabar setipis tisu.
"Kenapa? Apa yang kamu pikirkan sampai tidak bisa mempertahankan nilai?" Perwira benar-benar terlihat kesal.
"Pa, Rey sudah berjuang mempertahankan nilainya. Kalau bukan rezeki Rey, mau gimana lagi," tegur Padmi."Tolong, jangan selalu memaksa anak kita menjadi juara. Kasian Rey kalo Papa selalu begini. Biarkan Rey bebas tanpa ada paksaan orangtuanya."
"Oke, kali ini Papa maafkan," putus Perwira.
Mata Rey berbinar,"Beneran Pa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Ficção AdolescentePERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...