"Seperti elang menyongsong angin."
•Science gang•
_____♡♡♡♡♡♡♡♡_____
Lelaki kelahiran Seoul itu menatap langit malam dari balkon kamar bersama dengan manusia paling tengil di dunia, menurutnya. Kota Jakarta begitu padat sekali. Semua tampak kecil dari atas sana. Gemerlap lampu membuat pemandangan semakin indah.
"Sen, lo beneran nggak punya wish list buat ngajak gue ke korea?" Chandra sangat mendambakan untuk berkunjung ke negara kelahiran Arsen.
"Kapan-kapan aja Chan. Lo juga kapan ngajak gue ke Bandung." Arsen juga ingin jalan-jalan ke Bandung.
"Kapan-kapan aja Sen," jawab Chandra copy paste.
"Lahir di Bandung nggak bisa bahasa sunda," cibir Arsen lalu duduk di kursi yang sudah disediakan untuk menikmati pemandangan.
"Kasep pisan euy," kata Chandra, hanya itu bahasa sunda yang dia mengerti.
"Cuma gitu doang, gue juga tahu." Arsen mendelik ke arah Chandra yang ikut duduk di kursi satunya.
"Gue dari kecil kalau ke Bandung mereka selalu bilang, kasep pisan euy. Gue juga percaya sama perkataan mereka. Gue memang tampan!" Dengan percaya dirinya Chandra mengatakan itu.
"Arsen!" teriak Rey menggelegar terdengar hingga balkon kamar Arsen.
"Buset." Chandra terkesiap, teh yang baru saja dia minum itu muncrat.
Malam ini mereka berencana untuk merayakan hari pertama Arsen kembali ke sekolah. Rey dengan semangat membawa gitar kesayangan Pangeran menuju kamar Arsen. Chiko menenteng makanan dan minuman yang tadi dia beli di supermarket.
Aji membawa alat pemanggang milik Arsen dari dapur dibantu oleh Nafis mengusung tabung gas elpiji. Sedangkan Pangeran masih sibuk membuat kopi susu. Bi Siti sebagai asisten rumah tangga keluarga Arsen sudah berkali-kali menawarkan bantuan untuk membuatkan kopi tetapi Pangeran menolak dengan tegas agar Bi Siti beristirahat saja.
"Ji, gue minta tolong ambilin karpet warna merah dibawah. Tanya aja sama Bi Siti," pinta Arsen.
"Iya Bang," sahut Aji yang baru saja selesai memasangkan gas pada alat pemanggang.
"Pi kopi murah meriah." Pangeran membawa senampan kopi susu dengan enam gelas diatasnya. Kebetulan Arsen tidak suka minum kopi. Karena banyak makanan dan minuman yang harus Arsen hindari sebab penyakit leukimia yang ia derita.
"Bisa kembung perut gue habis minum teh dilanjut minum kopi instan bikinan lo," protes Chandra.
"Lagian lo sendiri ngapain minum teh duluan," timpal Rey.
"Bi Siti yang nyuguhin gue teh. Mubazir kalau nggak gue minum," jawab Chandra menyeruput kembali teh miliknya.
"Bilang aja lo yang minta dibuatin," seloroh Pangeran lalu meletaķkan nampan di atas karpet berukuran sedang yang sudah Aji bentangkan dibantu oleh Nafis.
Bi Siti datang membawakan pesanan Arsen untuk menyiapkan sosis dan dua ekor ayam yang sudah ditusuk seperti sate. Daging sapi dan terakhir roti tawar. Tak lupa bumbu kacang dan semua bahan yang mereka butuhkan.
"Terima kasih Bi," ucap Chandra.
"Sama-sama Den. Kalau butuh bantuan bisa panggil Bi Siti," kata Bi Siti kemudian berlalu dari sana.
Bi Siti terdiam sejenak ketika berada di kamar Arsen menatap foto Arsen dan kedua orangtuanya. Mereka sangat bahagia sekali. Namun, karena kecelakaan dua tahun lalu merenggut nyawa sang mama. Tidak lama dari itu dikabarkan kalau Aila berselingkuh dengan laki-laki sekolah lain hingga membuat Arsen kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Teen FictionPERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...